Pesan di Hari Kartini dari Seorang Guru, Suka dan Duka Jalani dengan Ikhlas

Loading...

Suarasiber.com – Tanggal 21 April selalu dirayakan sebagai Hari Kartini di Indonesia. Menjadi Kartini zaman old dengan zaman now tentu berbeda.

Salah satu yang merasakan perjuangan Raden Ajeng Kartini ialah Dra Endang Setyaningsih, guru sejarah di SMA Negeri 15 Semarang, Jawa Tengah.

Melalui video wawancaranya di podcast SMAN 15 Semarang yang dilihat suarasiber.com pada hari Rabu (21/4/2021), ia menitipkan pesan di hari Kartini.

Menjadi guru sejak tahun 1989, Endang merasakan perbedaan pola perilaku anak didik. Hal ini karena pengaruh teknologi informasi.

“Anak-anak zaman dahulu cenderung lebih mudah dikendalikan dan diatur, meski ya tentu saja ada yang bandel,” kata Endang.

Guru juga tidak lagi bisa menerapkan gurusentris, guru lebih banyak bicara. Zaman sudah berubah, siswa sekarang lebih ingin menjadi dirinya sendiri.

Hal tersebut diakui Endang menjadi pekerjaan yang berat bagi dirinya sebagai seorang guru. Apalagi dengan derasnya informasi dari luar yang sangat mudah diakses anak-anak.

Murid zaman now ingin dihargai kebebasannya, lebih terbuka. Hal ini tak bisa dihadapi dengan gurusentris.

“Guru semestinya menjadi pendengar yang baik. Anak-anak kalau dinasihati cenderung menutupi telinganya, karenanya hargai pendapatnya, tunjukkan guru sayang sama mereka,” pesan Endang.

Sebagai manusia, sesekali kalau sempat jengkel dan kelewatan ya harus meminta maaf kepada anak didik.

Guru ideal, kata Endang, adalah yang mampu mengendalikan diri. Ia harus ikhlas membimbing dan mendidik serta menjadi teladan.

Guru seyogyanya mendukung cita-cita baik anak didiknya. Mereka yang melakukan sesuatu hal positif meski skalanya kecil harus diberikan penghargaan.

“Meski kecil tetapi benar harus dihargai. Sementara yang salah ya dihukum dengan cara yang mendidik,” ujarnya.

Kemudian, jika mengalami jalan buntu saat mendidik, maka orang tuanya harus bekerja sama dengan sekolah untuk sama-sama mendidik.

Suka duka sebagai guru pasti dirasakan semua pendidik di manapun ia berada. Kuncinya ialah menjalaninya dengan ikhlas.

Di akhir perbincangan, Endang menginginkan wanita Indonesia selalu tangguh dengan menjaga kepribadian.

Terus menuntut ilmu, terus bekerja dan berkreativitas secara profesional.

Sebelumnya juga ada pesan Kartini dari Kepala SMAN 4 Semarang, Dra Wiji Eny MPd di podcast yang sama.

Wiji Eny mengatakan, untuk sukses mendidik, disiplin adalah kuncinya. Pendidikan karakter tidak bisa dilupakan.

“Saya menerapkan kedisiplinan terhadap anak-anak di rumah dan di sekolah itu sama,” ujarnya. (man)

Loading...