Tim Redaksi Suarasiber Vaksin Covid-19 di RSUD Tanjungpinang

Loading...

Suarasiber.com – Bertemu dengan banyak orang, baik urusan berita atau hal lain membuat Tim Redaksi suarasiber.com ikut program vaksinasi Covid-19 yang dilakusanakan di Ruang Lavender, RSUD Tanjungpinang, beberapa hari lalu.

Pemimpin Redaksi Sigit Rachmat, Redaktur Pelaksana Nur Ali Mahmudi dan reporter Machfut Aminuddin datang kira-kira pukul 09.00 WIB. Di lokasi sudah ada puluhan warga dari berbagai profesi antri dengan duduk di kursi yang disediakan.

Sementara yang tak kebagian tempat duduk berdiri atau membentuk kelompok sendiri. Setiap calon penerima vaksin harus mengisi formulir rangkap dua yang disediakan petugas.

Saat mengisinya, setiap orang pasti membuka dompetnya untuk melihat berapa NIK yang tertara di KTP. Selain diminta mengisi NIK, nama, alamat dan sebagainya, juga memberikan jawaban ya atau tidak untuk belasan pertanyaan yang diajukan di dalam form.

Formulir yang sudah diisi lalu dimasukkan keranjang antrean. Jika ada nama yang kemudian dipanggil, itu bisa saja ada kolom yang belum diisi.

Telinga harus waspada sebab di dalam ruangan ada beberapa petugas yang saling berteriak memanggil. Ada yang memanggil untuk tensi darah dan cek suhu tubuh, ada juga yang dipanggil untuk pemeriksaan kedua dan ada yang berteriak memanggil peserta yang segera divaksin.

Formulir Tim redaksi suarasiber.com ditumpuk bersama. Artinya jika satu dipanggil, berarti dua lainnya menyusul.

Namun begitulah antre, ternyata saat nama Sigit Rachmat dipanggil untuk cek tekanan darah dan suhu tubuh nyatanya dua lainnya tidak langsung berurutan.

Toh mengantre yang memang membosankan bisa berkurang suntuknya karena harapan mendapatkan vaksin sangat kuat. Satu persatu akhirnya semuanya mendapatkan tusukan jarum di bahu kiri.

Pulang? Jangan! Setiap orang yang sudah divaksin harus masuk ke ruangan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang disediakan. Satu ruangan berisi sekitar 30 orang. Semuanya sudah divaksin. Namun wajah mereka berbeda.

Ada yang nyengir seolah masih merasakan sakit di bekas suntikan, ada yang ketawa-tawa karena mungkin tak merasakan apa-apa, ada yang menguap, ada yang mengantuk dan banyak ragam.

Sebelumnya serahkan dahulu selembar kertas yang diberikan oleh petugas usai divaksin. Serahkan kepada para perawat yang cantik dan ramah di ruangan KIPI. Mereka memang mengenakan masker, namun dari suaranya saat melayani terdengar lembut. Menentramkan.

Di sini semua orang boleh mengambil teh hangat yang tersedia. Ada air kemasan gelas. Beberapa macam kue kering. Setiap orang mesti menjaga jarak.

Seorang petugas yang dimintai keterangan mengatakan waktu menunggu 30 menit dilakukan untuk mengobservasi KIPI.

KIPI dapat terjadi dengan menimbulkan gejala sedang hingga berat. Gejala berat termasuk sangat jarang terjadi. Namun, salah satu gejala berat yang diantisipasi adalah reaksi syok anafilaktik.

Reaksi syok anafilaktik adalah reaksi alergi berat yang menyebabkan penurunanan tekanan darah secara drastis sehingga menyebabkan sulit bernapas bahkan kehilangan kesadaran.

Reaksi ini biasanya terjadi dalam waktu singkat hingga 30 menit setelah divaksin.

“Kurang lebih 30 menit. Itu jarang banget terjadi, tetapi tetap harus diobservasi dulu,” kata perawat.

Tik tok tik…. jarum jam dindng berdetak. Tak terasa Tim Redaksi suarasiber.com dipanggil untuk pulang. Selembar kertas disodorkan sebagai surat keterangan sudah divaksin dosis 1 dan diminta datang 14 hari kemudian untuk dosis 2.

Alhamdulillah, hari itu tak ada yang mengalami gejala serius. Kalau ada yang mengantuk berat, bisa jadi karena malamnya begadang. Atau tiba-tiba doyan makan kue, kabarnya sih beberapa orang mendadak jadi terasa lapar usai divaksin.

Bagaimana rasanya divaksin? Kami sepakat memberikan jawaban: seperti digigit semut. Bukan semut api, semut biasa itu lho. (red)

Loading...