Cara Menulis Rilis, Hindari Copas!

Loading...

Suarasiber.com – Cara menulis rilis sekilas terlihat mudah, sehingga kadang dianggap sepele. Yang penting terbit, itu akhirnya.

Bagi reporter yang baru belajar menulis berita, mungkin agak bingung bagaimana memulai menuliskannya kembali.

Padahal sumber tulisannya sudah diberikan, entah dari humas kantor atau instansi tertentu. Semakin dibaca, berulang-ulang justru semakin membuat bingung.

Rilis bukan sesuatu yang asing bagi mereka yang menggeluti dunia tulis-menulis. Bukan hanya bagi wartawan sebuah koran, online atau cetak.

Seorang blogger yang berpengalaman juga mampu mengolah rilis menjadi artikel yang mengasyikkan.

Mengubah rilis menjadi tulisan dengan gaya kita bukanlah larangan. Bahkan seharusnya seperti itu karena wajah penulis ada di tulisan yang dibuatnya.

Cara Menulis Rilis

Berikut ini panduan singkat tentang bagaimana cara menulis rilis yang bisa diikuti.

1. Baca Seutuhnya

Coba kalian baca rilis yang dikirimkan, entah melalui emaail atau grup media sosial. Baca dari judul sampai kalimat terakhir.

Membaca bukan hanya mengeja, melainkan memahami apa yang ada dalam tulisan tersebut. Biasanya, rilis dikirimkan dengan harapan dibantu disebarluaskan.

2. Pahami Pesan Pengirim

Sebuah rilis dibuat pasti mengandung sebuah pesan. Misalnya tentang kunjungan kerja sebuah instansi keluar kota, penangkapan penjahat, berhasilnya sebuah kota mempertahankan adipura dan sebagainya.

Jika ada bebarerapa pesan yang ingin disampaikan, tandai. Kira-kira yang mana paling penting untuk dibuat di alinea awal?

3. Tulislah Ulang

Kadang untuk menghasilkan sebuah rilis yang berkualitas kita harus rela dan ikhlas menuliskannya ulang.

Penyakit kita ialah, ingin serba instan. Belum tentu rilis yang dikirimkan susunan kalimatnya enak dibaca.

Bahkan kadang ada kesalahan penulisan. Jika tidak diperhatikan, maka kesalahan yang terjadi akan terbawa ke tulisan kita.

4. Ikuti Piramida Terbalik

Bagian mana yang penting tuliskan di atas. Kita berpikiran saja bahwa tidak semua pembaca suka membaca seluruh tulisan.

Untuk kita kita harus memberikan informasi utama di bagian awal. Aline satu, dua, tiga usahakan untuk memberikan penekanan pada bagian yang penting tadi.

Jika merasa tulisannya terlalu panjang, pahami teknik penulisan piramida terbalik. Semakin ke bawah semakin kurang penting.

Yang pernah bekerja di koran cetak pasti paham hal ini. Karena panjang berita akan ditentukan luas space yang masih tersedia.

Jika tak paham teknik penulisan artikel terbalik, maka oleh redaktur akan dipenggal begitu saja jika terlalu panjang.

5. Gunakan EYD

Rilis yang ditulis ulang seharusnya sudah melewati filter seperti Ejaan yang Disempurnakan. Misalnya ada kata tidak baku di rilis kiriman, sudah menjadu kewajiban bagi kalian mengubahnya dengan menggantinya dengan kata baku.

Jangan Biasakan Copas

Percayalah, copas atau cipy pasti akan membuat ketajaman menulis kita tumpul. Mengapa copas bukan sesuatu yang baik untuk penulisan rilis?

1. Jaga Kredibilitas Media

Kita pasti menginginkan pembaca mendapatkan artikel yang enak dibaca. Kalimat-kalimatnya tertata rapi, bagaimana membuat kutipan dan kalimat tidak langsung.

Pembaca akan betah berlama-lama membaca sebuah rilis yang ditulis ulang secara cermat. Naga-naganya, pembaca akan menyimpan dalam otaknya nama portal, blog, website yang dianggapnya bagus dengan tulisannya.

2. Tunjukkan Kualitasmu

Ingat, di setiap ujung artikel atau tulisan pasti dicantumkan inisial penulisnya. Sebenarnya tidak fair jika kalian copas sebuah rilis lalu kita kasih nama inisial kita.

Atau untuk mengakalinya dicopas dan dikberi kode red (baca redaksi) atau bahkan ditulis rilis.

Apa yang sudah kita lakukan untuk rilis tadi? Jangan hanya berpikiran, apa yang sudah diberikan pengirim rilis untuk kita?

Misalnya rilis dari instansi atau lembaga yang menjalin kerja sama dengan media. Buatkah pertanyaan, mereka sudah membayar, lalu apakah yang sudah kalian lakukan terhadap rilis tadi?

Padahal, rilis tadi juga dikirimkan ke banyak media. Artinya bukan hanya dengan satu media. Bisa dibayangkan betapa kecewanya pengirim rilis jika kebanyakan hanya copas.

Berani bertanya kepada pengirim rilis? Lebih suka dengan rilis yang ditulis ulang atau hasil copas?

3. Bukan Tercepat

Jangan memiliki pemikiran siapa yang pertama menerbitkan rilis adalah yang terhebat. Bisa yang terhebat jika rilisnya diubah dan diedit sehingga lebih menarik untuk disajikan. Dan dipublish lebih cepat.

Kalau hanya terbit cepat dengan teknik copas, tentu bukan itu yang diinginkan pengirim rilis.

4. Ingat Mbah Google

Nah ini nih sebenarnya yang penting. Google itu selalu mengupdate kebijakan atau algoritma. Bagaimana blog, portal atau website kita akan dikenal baik oleh Google jika hobi copas?

Google nggak melarang yang namanya copas, namun copy dari artikel sumber, dipaste di aplikasi pengolah kata misalnya Microsoft Word atau Notepad.

Berikutnya editlah. Bersusah payah akan membuat Google mengganjar kita dengan posisi yang menyenangkan.

Semoga artikel cara menulis artikel hindari copas ini bermanfaat. (mat)

Loading...