Kematian yang Menggetarkan

Loading...
Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, S.KM,.M.Kes,.M.Sc.PH

Reportase kekinian dari berbagai media menunjukkan jumlah kematian penduduk yang semakin meningkat dengan berbagai sebab kematiannya.

Mencermati kematian global dengan sebab pandemik Covid-19 saja, terdapat dua juta kematian dengan rate kematian 2,39%, Indonesia sendiri sudah diangka 3,4%, sekira diangka 26.000 kematian.

Angka kematian yang lebih tinggi dari angka global tersebut adalah alarm keras bagi bangsa Indonesia. Laporan kematian tersebut hanya berasal dari yang terkonfirmasi positif Covid-19. Belum yang terkategori suspect ataupun probable.

Jadi angka kematian yang sesungguhnya bisa jauh lebih besar dari yang terlaporkan. Ketika menggunakan hukum iceberg phenomena, maka angka sesungguhnya jauh lebih besar, begitu juga yang terkonfirmasi dan suspect.

Laporan kematian dari media sosial silih berganti dengan sebab utama gempa bumi, banjir, longsor dan kebakaran. Sepertinya seluruh penjuru dan elemen bumi sedang murka dan mengeluarkan semua berita kematiannya.

Tentu ini adalah pelajaran dan ujian bagi kita semua, bagaimana survive pada situasi tersebut. Kematian adalah takdir, seperti juga jodoh dan rezeki. Tidak ada yang bisa menunda atau mempercepatnya.

Kematian sebagai rahasia Ilahi, tentu tetap memberi ruang kepada siapa saja untuk melakukan upaya semaksimal mungkin untuk tetap survive sebelum waktu kematian tiba.

Cukup banyak upaya yang dapat dilakukan untuk survive, katakanlah disiplin terhadap protokol kesehatan, perbanyak kebaikan, bersedekah, berfikir positif, lebih mendekatkan diri kepada sang khalik dan introspeksi diri.

Betapa kematian itu menggetarkan, diberbagai riwayat disebutkan bagai kambing dikuliti hidup hidup, atau bagai pelepah kurma yang ditarik dari dubur ke mulut atau bagai orang kehausan yang diberi minum air laut dan terus saja kehausan.

Tentu berat ringannya proses kematian ini tidak terlepas dari amal ibadah setiap orang. Ada yang meninggal dengan tersenyum dan jauh lebih banyak terlihat meninggal dengan kegelisahan.

Kematian yang menggetarkan ini semakin sering menimpa orang-orang disekitar kita. Perhatikan setiap group WA, FB, IG yang ada, setiap waktu ucapan belasungkawa dan doa kesembuhan silih berganti.

Ibarat tamu, kematian ini sudah ada di beranda rumah setiap orang. Karena itu, persiapkan kematianmu sebelum semuanya terlambat. Jangan terlalu panjang berfantasi.

Kematian yang mengintai adalah takdir Allah SWT yang tidak bersyarat; tua, muda, laki-laki, perempuan, sehat-sakit siapa saja yang tergariskan segera menghadap, maka berangkatlah dia.

Pada situasi ini, bagaimana kita bisa melewati badai. Tentu ikhtiar yang sungguh sungguh dan doa terus menerus dengan asa semoga bencana ini diangkat segera oleh sang Khalik. ***

Oleh Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, S.KM,.M.Kes,.M.Sc.PH
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanudin

Editor Andi Kurniawan, Magister Public Health, Kelahiran Dabo Singkep, Domisili Kota Tanjungpinang, Email: [email protected]

Loading...