Kopi Liberika Meranti, Unik dan Berasa Buah-buahan

Loading...

Kopi liberika meranti termasuk satu dari tujuh kopi lokal Indonesia yang namanya sudah mendunia. Di Sumatera, orang kebanyakan mengenal Kopi Gayo atau Kopi Lampung.

Padahal Provinsi Riau juga memiliki satu jenis kopi yang aromanya unik. Namanya Kopi Liberika Meranti yang ditanam warga Desa Kedaburapat, Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Dibandingkan dengan kopi lainnya, keunikan kopi Meranti adalah ukuran buahnya. Buah kopi di sini lebih besar daripada buah kopi arabika maupun robusta. Kulit buah kopinya sangat tebal, dibutuhkan mesin untuk mengolahnya.

Namun lantaran tebalnya kulit buahnya tadi menjadikan kopi ini mampu dan tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hasil peneltian lainnya, kopi ini mempunyai kandungan kafein yang lebih rendah daripada jenis kopi lainnya. Dengan demikian aman untuk lambung.

Inovasi di Lahan Gambut

Tahukah kalian jika Kopi Meranti memiliki kemampuan tumbuh di tanah gambut. Padahal selama ini diketahui lahan gambut butuh dioleh sedemikian rupa agar mudah untuk ditanami.

Sementara kopi jenis arabika dan robusta butuh dataran tinggi untuk hidup, Liberika Meranti bisa ditanam di dataran rendah. Bahkan hanya 1 meter di atas permukaan laut.

Tanah gambut juga memiliki tingkat keasaman yang tinggi, namun kopi Liberika justru tumbuh dengan baik. Tanaman ini pun kini menjadi produk unggulan Desa Kedaburapat.

Nama kopi Liberika Meranti sudah dipatenkan ke Kementerian Pertanian dan Kementerian Hukum dan HAM oleh seorang petani, Al Hakim.

Meski tumbuh di tanah gambut namun penanaman kopi ini membutuhkan perlakuan yang berbeda khususnya pada tanahnya.

Sebelum penanaman, tanah gambut dipadatkan terlebih dahulu selama 3-4 tahun. Nah, waktu menunggu tanah padat itu digunakan petani untuk menyiapkan bibit kopi yang ditanam di kantong polybag.

Begitu tanah memadat, lahan gambut tersebut kembali dibersihkan dengan pancang lobang dengan kedalaman 40 x 40 centimeter. Kondisi ini didiamkan selama setengah bulan.

Selanjutnya, dibuatlah parit-parit kecil sebagai saluran air yang dihasilkan oleh gambut tersebut. Pemberian pupuk 3-4 kali selama setahun dengan pupuk organik.

Perjuangan berat tadi akhirnya diganjar dengan lahirnya Kopi Liberika meranti. Mengingat kondisi tanahnya yang gambut, tidak ada mobil melintas di desa ini. Kendaraan bermotor yang bisa melintas hanyalah sepeda motor.

Inovasi Lain Kopi Liberika Meranti

Saat panen kopi, harga jualnya berkisar Rp2.500/kg. Setiap petani bisa memperoleh Rp 250 ribu per 20 hari. Sekali panen bisa mencapai 100 kg.

Inovasi lain dikembangkan dengan produk lain berupa pengharum ruangan dan mobil. Nah, apakah di mobil kalian tergantung pengharum beraroma kopi? Bisa jadi itu dari Meranti.

Inovasi yang dilakukan petani kopi di Meranti ini tak lepas dari peran pemerintah pusat, melalui Kementerian Desa PDTT. Yang dioptimalkan ialah penggunaan Dana Desa, dan ternyata berkat kerja keras masyarakat Desa Kedaburapat menunjukkan kemandiriannya.

Rasa Khas Kopi Liberika Meranti

Sejumlah sumber mengatakan jika Kopi Liberika Meranti ini berasal dari daerah Liberia, Afrika Barat. Biji kopi ini tumbuh dibawa oleh Belanda pada abad ke -19 kemudian dikembangkan.

Pohon ini dikembangkan untuk menggantikan tanaman arabica yang terserang penyakit. Pada mulanya, kopi ini disebut Kopi Sempian yang tumbuh di Riau dan Jambi.

Keunikannya terletak pada rasanya, yang disebut seperti nangka, kopi dan cokelat. Padahal ditanam tidak bersama dengan tanaman kakao. Melainkan tumbuh dalam satu lokasi dengan tanaman kelapa.

Awalnya Kurang Diperhatikan

Sebenarnya masyarakat setempat sudah mengembangkan tanaman ini sejak tahun 1942. Hanya, tidak begitu duperhatikan karena hanya menjadi tanaman selingan. Hasil buahnya yang sedikit kalah dengan kelapa dan pisang.

Masyarakat lebih menggantungkan hidupnya dari hasil perkebunan lain seperti sagu, pinang dan kelapa. Lagipula mereka pun tak tahu sebenarnya kopi yang ditanam jenisnya apa.

Baru pada tahun 1980, kopi ini mulai dibeli para tengkulak yang datang dari rumah ke rumah. Harganya cukup murah lalu dijual dengan harga lebih tinggi ke Malaysia.

Kopi Liberika Meranti selama 37 tahun memenuhi permintaan masyarakat Malaysia. Lama-lama masyarakat menyadari kopi yang ditanam memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Pada 2010 Balai Penelitian Tanaman Industri (Balitrri) Bogor melakukan penelitian kopi masyarakat kecamatan Rangsang Barat. Hasilnya, kopi di sini berjenis liberoid atau Liberika. Yaitu jenis kopi terbaik bahkan kwalitasnya disebut lebih baik dari arabika dan robusta.

Hasil penelitian Balitrri membuka harapan petani di Kepulauan Meranti. Tidak lama setelah hasil penelitian itu disampaikan, kopi liberika Rangsang Meranti mulai naik daun.

Masyarakat yang dulunya menjual kopi dengan harga murah kini bisa bernegosiasi menyesuaikan dengan harga pasar. Harga kopi liberika meranti pun mampu meningkatkan taraf perekonomian petaninya.

Itulah cerita dibalik kepopuleran Kopi Liberika Meranti. (mat)

Loading...