Sebelum Covid-19 Harga Kerapu Sekilo Rp120.00, Kini Rp50.000

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Pandemi Covid-19 telah mengubah kelangsungan hidup banyak pihak. Kepri sebagai daerah kepulauan, memiliki para nelayan tangkap yang terdampak.

Disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kepri H TS Arif Fadilah, sesuai laporan bupati dan wali kota, bahwasanya para nelayan tangkap tidak punya akses pemasaran.

Hal ini diperparah lagi dengan daya beli masyarakat yang semakin berkurang.

Arif mengatakan hal tersebut saat webinar Solusi Pembiayaan dan Pemasaran Produk Perikanan di Tengah Pandemi dengan tema Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Mendukung Pengembangan Koperasi dan UMKM Sektor Perikanan, di Kantor Gubernur Dompak, Tanjungpinang, Selasa (6/10/2020).

Para pelaku usaha di bidang kelautan dan perikanan. kata dia, sangat memerlukan kemudahan akses pembiayaan.
Masalah lainnya adalah tingginya biaya logistik yang berdampak kepada tingginya harga jual dari pulau terluar, rendahnya pemanfaatan teknologi bagi koperasi dan UMKM dalam pengelolaan bahan baku dan rendahnya kualitas kemasan produk koperasi dan UMKM.

“Apa yang menjadi kendala para pengusaha dibidang kelautan dan perikanan itulah yang ingin terus kita dongkrak agar maju,” ungkapnya.

Menurut Arif, pasar lokal, restoran dan hotel di Kepri yang dulunya sangat eksis di dunia pariwisata sekarang tampak kosong karena semuanya terbatas.

Dampak dari Covid-19 bagi usaha perikanan dan budidaya ikan laut di Kepulauan Riau adalah menurunnya harga jual secara drastis.

Hasil budidaya ikan, seperti kerapu biasanya dijual ke Malaysia, Singapura dan Hongkong. Untuk ikan hidup sebelum Covid-19 ada yang diekspor nanun namun semenjak coroba tidak ada lagi. Melainkan hanya di jual di pasar lokal dengan kondisi daya serap yang terbatas.

Harga kerapu sebelum pandemi berkisar Rp120 ribu per kilo, setelah Covid-19 ini menjadi hanya Rp70 ribu bahkan Rp50 ribu perkilo. Kalo ikan kakap, bawal bintang masih di harga Rp70 ribu perkilo.

Sekretaris Daerah Provinsi Kepri H TS Arif Fadilah menegaskan bahwa wilayah Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura, Kamboja, Malaysia dan Vietnam.

Dan berkaitan dengan situasi Covid-19 ini, menurutnya dampaknya cukup luar biasa.

Akibatnya meskipun wisata Kepri berada diperingkat ke-3 di Indonesia, namun dirasankan sangat menurun sekali. Bahkan sektor industri juga mengalami penurunan karena bahan baku dari luar negeri tidak bisa masuk.

Di seluruh Provinsi Kepri papar Arif tercatat sebanyak 2.132 koperasi, koperasi nelayan berjumlah 262 dan UMKM berjumlah 160.290.

Di akhir pemaparanya, Arif juga menyampaikan jika nilai produksi rata-rata Rp60 ribu perkilo gram, dan sekarang sangat menurun. Sedangkan produksi ekpor Malaysia dan Singapura tidak ada lagi.

Hanya di Pasar lokal dan pasar Modern di Kabupaten dan Kota. Olahan hasil perikanan sebelum Covid-19 bisa sampai 1000.000 juta ton lebih pada tahun 2019, dengan terdampak Covid-19 menjadi hanya 685 ribu ton di tahun 2020.

Sementara itu, Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit mengatakan Pemerintah terus berupaya untuk memulih kan UMKM khususnya di komisi lerikanan dan menjaga proses hulu hingga hilir dapat berjalan optimal melalui upaya dalam program strategis.

Dan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan total jumlah nelayan 2,3 juta jiwa dan pembudidaya ikan hampir 4 juta orang, dimana 96 persen nelayan Indonesia masuk dalam kategori nelayan kecil dan tradisional. (mat)

Loading...