Rhogerry Deshycka Anak Kampung yang Berkibar di Amerika Serikat

Loading...

Suarasiber.com – Ada sebuah pepatah kuno Arab yang berbunyi, Man Jadda Wajada. Terjemahan bebasnya, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

Gerry atau lengkapnya Rhogerry Deshycka, membuktikan hal itu.

Dia lahir dan tumbuh di pelosok kampung di Lubuk Minturun, Padang, yang sebagian warganya bergelut dengan kemiskinan.

Bocah kampung yang jago berenang dan menyelam di sungai itu, kini sedang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di University of California, San Francisco AS.

Pendidikan Strata 1 (S1) dan Strata 2 (S2) diselesaikannya di Massachusetts Institute Technology (MIT) AS.

Saya mengetahui kisah bocah luar biasa itu dari percakapan di grup WhatsApp (WA). Grup teman-teman semasa kuliah.

Berawal dari situ, saya mencoba mencari tahu tentang Gerry. Kebetulan, Khairus Yelliza, salah seorang teman di grup itu sangat mengenal Gerry. Dan, bisa memberikan gambaran tentang kisah Gerry.

Bagi kebanyakan orang Indonesia, bisa kuliah di universitas terbaik di dunia itu hanya jadi mimpi.

Harus ada dukungan finansial yang sangat kuat. Atau, kecerdasan yang luar biasa.

Tak heran jika umumnya anak Indonesia yang bisa kuliah di Amerika, apalagi di universitas terbaik di dunia, adalah anak-anak orang kaya. Atau anak pejabat-pejabat kaya.

Cari Batu di Sungai

Sesuatu yang jauh dari Gerry. Dia hanya anak kampung terpelosok di Lubuk Minturun, Padang. Kampung ini mayoritas warganya petani. Selain pencari batu di sungai.

Tak heran jika sebagian warganya harus bergumul dengan kemiskinan. Yang berdampak pada putus sekolahnya anak-anak.

Karena mereka harus membantu orang tuanya di kebun atau menyelam ke sungai mencari batu. Sesuatu yang juga dilakukan Gerry kecil. Mencari uang.

Namun, Gerry bersukur punya orang tua berwawasan jauh ke depan. Paling tidak, dia mampu memberikan nama yang bervisi ke depan untuk anaknya, Rhogerry Deshycka.

Gerry diapit ibunya Syefriati Katir (kiri) dan tantenya Khairus Yelliza di depan dome kampus Massachusetts Institute Technology (MIT) AS. F ist

Walau harus ke kebun dan mencari batu, tapi Gerry kecil diberkari kecerdasan lebih. Prestasinya di SD membuat gurunya kagum.

Dan, mendorong Gerry tetap melanjutkan SMP ke Padang.

Meski di kampung kecil yang tak jauh dari tempat pembuangan akhir sampah dan pekuburan umum itu, ada sebuah SMP. Tapi fasilitasnya hanya secukupnya.

Saat SMP Pergi Sekolah sejak Subuh

Kecerdasannya yang mengantarkan Gerry bisa bersekolah di sekolah favorit di Padang, SMP Negeri 1.

Di sekolah ini, anak kampung itu harus berjuang keras. Karena jaraknya sekitar 26 Km dari kampungnya, Gerry sudah harus berangkat ke sekolah seusai subuh.

Dia juga harus berjuang keras secara mental. Karena, dia cuma anak miskin dan dari kampung yang namanya sulit dicari di peta.

Kerja keras Gerry berbuah manis karena di sekolah terbaik itu, dia mampu menjadi yang terbaik. Tak hanya di Kota Padang dan Sumbar tapi se-Sumatera.

Dia juga mulai mengibarkan namanya di kancah nasional. Setelah meraih medali perunggu di Olimpiade Siswa Nasional.

Prestasi luar biasa yang memberinya tiket untuk melanjutkan sekolah di Pribadi Bilingual Boarding School, Bandung.

Sekolah yang melahirkan pelajar-pelajar hebat. Yang mampu meraih medali hingga ke olimpiade internasional.

Gerry membuktikan hal itu, saat dia meraih medali emas di The 24th International Biology Olympiad di Bern, Swiss pada 2013.

Medali emas itu yang menjadi tiketnya masuk ke Massachusetts Institute Technology (MIT) AS. 

Ingin Mengabdikan Diri ke Tanah Air

Sebuah kampus terbaik di dunia berdasarkan QS World University Rankings 2020. Di kampus ini Gerry menyelesaikan S1-nya dengan cemerlang.

Di kampus itu juga Gerry menyelesaikan pendidikan pascasarjana (S2), juga dengan cemerlang.

Kini, anak muda berparas ganteng yang menyukai riset bidang rekayasa jaringan, genetika, parasitology dan imunologi ini, sedang menyelesaikan S3 di University of California, San Francisco AS.

Walau sudah berkibar di Amerika Serikat, namun anak kampung itu punya cita-cita luhur, membangun negaranya. Membangun kampung halamannya.

Padahal, dia bisa saja seperti umumnya mahasiswa Indonesia di luar negeri. Bekerja dan mencari Dolar di negeri orang.

Gerry justru ingin membangun negerinya. Agar, anak-anak lainnya juga bisa menuntut ilmu setinggi-tingginya. (mat)

Loading...