Sekilas tentang Desa Pengikik, Tambelan, yang Kadesnya “Tantang” UU Pilkada

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Dalam dua hari terakhir nama Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan, Bintan viral di media sosial. Bukan karena menjadi satu-satunya desa mandiri di Kabupaten Bintan.

Tapi karena sikap Kades-nya yang terkesan berani “menantang” UU Pilkada, dengan cara pasang badan membela bapaslon petahana di media sosial.

Meski UU No 10 tahun 2016 dengan tegas melarang Kades berat sebelah. Sebagaimana dinyatakan di Pasai 71 Ayat (1).

“Bahwa, pejabat negara, pejabat daerah, pejabat aparatur sipil negara, anggota TNI/POLRI, dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon.”

Meski sudah berani “menantang” UU Pilkada, akan tetapi sikap Kades itu terkesan dimaklumi oleh Bawaslu.

Karena, hingga saat ini tidak ada tindakan apapun atas sikap Kades itu yang tidak netral itu. Beda dengan Kadispora Kepri, Yuzet, yang dinyatakan bersalah dan direkomkan ke KASN.

Terlepas dari sikap Kades itu, redaksi suarasiber.com tergelitik untuk mengetahui sekilas tentang desa itu.

Melalui salah seorang putra terbaik Tambelan, Robby Patria yang juga kandidat doktor di universitas di Malaysia, diketahui desa itu hanya berpenduduk sekitar 67 Kepala Keluarga (KK).

Walau penduduknya hanya segitu dan setiap tahun menerima miliaran rupiah dari APBN dan APBD. Namun, desa yang keindahan alamnya disebut-sebut luar biasa ini, belum berstatus mandiri.

Tidak Ada Desa Mandiri di Bintan

Sama seperti 35 desa lainnya di Kabupaten Bintan, yang meski telah bertahun-tahun dikucuri miliaran rupiah.

Akan tetapi hingga memasuki era revolusi industri 4.0 sekarang, tidak satupun desa di Bintan yang menyandang predikat mandiri.

Begitu juga dengan Desa Pengikik, yang untuk transportasi ke desa itu pun masih harus menumpang kapal nelayan atau kapal ikan.

“Sarana regulernya tak ade. Cume aparat desa yang balik ke Tambelan bisa numpang (kapal nelayan). Kalau ke Kalbar mereka juga ikut kapal nelayan, Bang,” ungkap Robby Patria.

Ke Kalbar sebelum kembali ke Tanjungpinang dan Bintan, adalah salah satu jalur favorit beberapa pejabat Pemkab Bintan. Jika, sudah berkunjung ke Tambelan. Dan, tentunya tidak sendirian.

Selain bisa lebih dulu makan angin di Pontianak, juga karena alasan menunggu jadwal pesawat ke Batam.

Selain tidak perlu mabuk laut, karena perjalanan panjang dari Tambelan ke Tanjungpinang. (mat)

Loading...