ADA Bapak Rakyat di Pilkada Bintan 2020

Loading...

BINTAN (suarasiber) – Alias Wello – Dalmasri Syam (ADA), paslon Bupati dan Wabup Bintan di Pilkada Bintan 2020, punya rekam jejak sebagai pejuang.

Di masa mudanya, AWe – Dalmasri, adalah aktivis pergerakan yang dikenal cukup vokal menyuarakan aspirasi masyarakat.

Tak jarang, dia harus berhadapan dengan aparat pada masa rezim otoriter orde baru. AWe adalah salah satu anggota Komite Pemekaran Kepulauan Riau (KPKR), yang ikut merumuskan perjuangan pembentukan Provinsi Kepri.

Sedangkan Dalmasri, adalah salah satu pencetus nama Kabupaten Bintan, setelah Kabupaten Kepulauan Riau naik status jadi provinsi. Bahkan, di era kepemimpinannya sebagai Ketua DPRD

Kabupaten Kepulauan Riau Periode 2004 – 2009, nama Kabupaten Bintan disetujui DPRD Kabupaten Kepulauan Riau melalui sebuah keputusan Nomor : 33/KPTS/DPRD-KEPRI/2005, tanggal 3 Desember 2005.

Dalmasri, Wakil Bupati Bintan ini, sangat familiar dengan masyarakat Bintan. Jika ada masyarakat yang mau menikahkan anaknya, tak perlu mengirim undangan resmi.

Cukup kirim pesan melalui SMS atau WA, dia pasti datang. Begitu juga jika ada warga yang berduka, wajah Dalmasri selalu ada di tengah-tengah masyarakat.

4 Tahun PAD Lingga Naik 300 Persen

Kini, keduanya telah resmi ditetapkan sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Bintan 2020 – 2024. Sejumlah program perubahan sudah di benak mereka. Bintan harus maju dan lebih baik dari hari ini.

Keberhasilan AWe selama memimpin Lingga akan ditularkan ke Bintan. AWe memang memiliki sejumlah prestasi yang tak dimiliki oleh kepala daerah lainnya di Kepri.

Di awal pemerintahannya, Kabupaten Lingga hanya memiliki APBD sekitar Rp754 Miliar dengan beban utang kepada pihak ke-3 sebesar Rp127 Miliar. Artinya, secara riil APBD Lingga hanya Rp623 Miliar.

Kini, pada tahun anggaran 2020, APBD Lingga tembus pada angka Rp1,1 triliun. Prestasi lainnya, di tangan Awe, Lingga sukses meraih Adipura dan WTP selama 3 tahun berturut-turut.

Sesuatu yang tak pernah diraih oleh pemerintahan sebelumnya. PAD pun naik hingga 300 persen dalam masa 4 tahun.

Kesederhanaannya, juga dikenal dimana-mana. Bila bepergian ke luar kota, AWe jarang sekali didampingi ajudan.

Bukan Kepala Daerah Penikmat APBD

AWe bukan tipe kepala daerah penikmat APBD, yang menggunakan jurus aji mumpung. Mumpung jadi kepala daerah naik pesawat di kelas bisnis, menginap di hotel bintang 5 dan makan di restoran bonafid.

AWe selalu naik pesawat di kelas ekonomi, tidur di hotel melati, pergi dan pulang naik taksi dan ojek sudah menjadi kebiasaannya sehari-sehari. Makan pun cukup di pinggir jalan.

Pada tahun pertama kepemimpinannya sebagai Bupati Lingga, AWe hanya menghabiskan uang operasional Bupati sebesar Rp72 juta dari sekitar Rp1,2 miliar yang disiapkan dalam APBD Lingga. Tak jarang ia membiayai perjalanan dinasnya dengan uang pribadi.

Bila ada kegiatan gotong royong di kampung, ia tak sungkan ikut berlumpur. Masuk parit ambil sampah, mencangkul, memikul kayu dan menebas rumput. Ia tak ingin dibedakan dengan rakyat yang dipimpinnya.

Soal makanan jangan ditanya. Ia tak cerewet. Jika ia mengunjungi rakyatnya, ia tak mau dijamu berlebihan. Cukup dihidangkan pisang goreng atau nasi dengan lauk ikan asin.

Satu hal yang patut diapresiasi dari kepemimpinan AWe, adalah sikap tegas dan keberaniannya. Ia tak sungkan memecat dan mencopot bawahannya yang melanggar aturan.

Jalankan Pemerintahan dengan Aturan, Bukan Perasaan

Begitu juga dengan pejabat di atasnya, ia tak takut melawan bila kebijakannya menyimpang. Selama menjabat sebagai Bupati Lingga, sejumlah pejabat dan Kepala Desa diberhentikannya karena melanggar aturan. Baginya, pemerintahan harus dijalankan sesuai aturan, bukan perasaan.

Bila mau jadi pejabat, tak perlu menyogoknya atau mengirim upeti. Bagi AWe, haram baginya menerima upeti, apalagi mengemis upeti ke bawahannya.

Jika mau jadi pejabat cukup tunjukkan kinerja yang bagus. Pasti jadi pejabat.

Begitu juga soal proyek yang dibiayai APBD, dia paling alergi jika ada pihak-pihak yang mencoba berunding dengannya.

Ia juga suka membuat terobosan di luar logika banyak orang. Dulu, menanam padi di Lingga dianggap mitos. Konon, Sultan Lingga hanya memberi titah kepada rakyatnya menanam sagu.

Tapi, AWe ingin membuktikan bahwa masyarakat Lingga bisa makan beras dari sawah yang dikelolanya sendiri. Alhamdulillah berhasil. Sejumlah pejabat pusat pun takjub dibuatnya.

Wapres Jusuf Kalla Pun Datang ke Daik

Menteri Pertanian waktu itu, Andi Amran Sulaiman dan Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko sampai bolak-balik ke Lingga. Keduanya hanya ingin membuktikan

Konsistensi AWe dalam mendorong kebangkitan pertanian di Lingga. Kini, sejumlah desa di Lingga sudah mulai makan beras dari sawahnya sendiri. Tak perlu bergantung pada beras impor lagi.

Di Kepri, nama AWe cukup disegani lawan-lawan politiknya. Kepiawaiannya berdiplomasi sulit ditandingi.

Bisa dibayangkan, seorang AWe mampu meyakinkan Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla berkunjung ke Daik, hanya untuk menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Lingga ke-14.

Dan, disejalankan dengan pembukaan acara perhelatan Tamadun Melayu yang digelar pada tanggal 19 November 2017.

Wakafkan Diri untuk Masyarakat Bintan

Kini, AWe tak perlu cuti lagi untuk ikut kontestasi di Pilkada Bintan 2020 seperti pada tahun 2005 lalu.

Begitu KPU menetapkan namanya sebagai calon Bupati Bintan masa bakti 2020 – 2024, dia pun berhenti dari jabatannya sebagai Bupati Lingga.

AWe akan bekerja total dan turun dari kampung ke kampung meyakinkan masyarakat, bahwa Bintan bukan sekedar rumah yang dapat digadai dan dibeli, tapi Bintan adalah Marwah Kita.

AWe sudah mewakafkan dirinya untuk mengabdi di Bintan. Jika terpilih sebagai Bupati Bintan,

Ia memastikan berdomisili di Bintan. Rumah pun sudah dibelinya di Kampung Mentigi, Tanjunguban, Bintan Utara. Dia ingin masyarakat Bintan lebih dekat dengan pemimpinnya. Selalu ADA ketika masyarakat butuh pelayanan. (mat)

Loading...