Nurdin Basirun 63 Tahun, Dulu Dipuja, Kini Merana, ke Depan Optimis

Loading...

Penulis Zainal Takdir
Aktivis budaya yang tinggal di Tanjungpinang


NURDIN Basirun, kemarin, Selasa (7/7/2020), tepat berusia 63 tahun. Usia matang, kata orang zaman now.

Kali ini, ulang tahunnya nyaris berlalu tanpa kesan.

Hanya ada satu dua orang yang masih ingat kepadanya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Dan, mendoakannya melalui media sosial.

Berbeda dengan peringatan ultah Nurdin yang ke-62, tanggal 7 Juli 2019. Bedanya macam siang dan malam.

Walau dalam Islam tidak dikenal istilah ulang tahun, apalagi dirayakan. Namun, datangnya hari jadi kelahiran selalu disambut gembira. Dan, tak sedikit yang merayakan.

Walaupun, sebagian orang berusaha menyedarhanakan perayaan itu. Begitu juga di ultah ke-62 Nurdin Nasirun tahun lalu.

Ada yang datang membawa kue ultah. Ada juga yang datang sekedar menunjukkan wajah.

Tak cuma pejabat dan pegawai. Sejumlah tokoh dan warga pun ikut beramai-ramai datang.

Menjangkau telapak tangannya. Menyalaminya sembari komat kamit mengucapkan selamat ulang tahun dan bla bla bla.

Begitu juga di media sosial, ada banyak sekali yang mengucapkan selamat ultah. Tentunya disertai kata-kata yang berbunga dan doa.

Ya. Doa. Di zaman now ini, memang sudah lazim orang memohon permintaan kepada Allah SWT melalui beragam media sosial.

Meskipun, umumnya kita semua diajarkan dan dididik sejak kecil, bahwa doa harus disampaikan langsung kepada Allah SWT. Harus dalam kondisi bersuci.

Namun, tetap saja banyak orang yang berdoa melalui media sosial. Terserahlah. He he he…

Itu dulu! Walau baru setahun berlalu tetap saja disebut dulu.

Dulu, Nurdin Basirun masih menjabat Gubernur Kepri. Ada banyak kepentingan yang dituju.

Sekarang, dia tak punya jabatan mentereng lagi. Bukan gubernur lagi. Bukan juga bupati atau walikota.

Tak ada lagi kepentingan yang diharap dari Nurdin Basirun.

Nurdin, sekarang hanya seorang terhukum. Seorang narapidana yang sedang menjalani hukumannya di dalam ruang tahanan di Lapas Suka Miskin, Bandung.

Setelah majelis hakim mengetuk palu hukuman 4 tahun penjara dan denda. Sebelum disidang, Nurdin ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), 3 hari setelah ultahnya yang ke-62.

Kini, tidak ada lagi pejabat-pejabat, pegawai, tokoh dan warga yang berebutan menyalami. Juga mencium tangannya sambil tertunduk-tunduk.

Kini, tidak ada lagi lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan beramai-ramai.

Ke depan? Setelah masa hukuman badannya selesai, tidak ada yang tahu. Hanya Allah SWT yang tahu apa yang akan terjadi esok.

Yang pasti, Nurdin Basirun harus tetap optimis. Optimis dan terus berusaha agar ke depan -setelah masa hukumannya selesai- akan datang lagi orang-orang berebut menyalami serta mencium tangannya.

Syaratnya, Nurdin Basirun harus bisa jadi pejabat lagi. Jadi gubernur lagi. Apakah mungkin?

Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dengan catatan sistem Pilkada masih seperti sekarang dan jumlah partai politik masih banyak.

Apalagi, syarat untuk maju menjadi kepala daerah pun tidak berat. Asal modal cukup saja siapapun bisa maju ke Pilkada. Soal kualitas hasil, itu urusan belakangan.

Tentu saja, Nurdin harus menunggu sampai hak politiknya dikembalikan. Karena, majelis hakim juga mencabut hak politiknya selama 5 tahun.

Yang jelas, Nurdin Basirun harus terus optimis menatap masa depannya.

Ada pelajaran penting di kejadian yang dialami Nurdin. Bahwa, hormat, tabik, salam, cium tangan dan sejenisnya suatu saat bisa berakhir.

Saat pangkat tak lagi di sandang, saat seragam tak lagi dikenakan atau saat kursi jabatan tak lagi diduduki.

Tapi itu semua tak perlu disesali, itu sudah bagian dari budaya zaman now. Biarkan saja berlalu yang penting banyak bersukur saja dengan segala nikmat dari-Nya. *** 

Loading...