Tak Kuat Siksaan di Kapal China, 2 ABK Indonesia Nekat Lompat ke Laut

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Reynalfi (22) dan Juniansyah (30) ditemukan nelayan dalam keadaan lemas di tengah laut lepas. Warga Pematangsiantar, Sumut dan Sumbawa, NTB itu pun diselamatkan.

Saat ditemukan di perairan STS Internasional, Kepulauan Riau, Sabtu (6/6/2020) pukul 03,00 WIB, keduanya masih mengenakan jaket pelampung.

Nelayan yang menolongnya kemudian membawa keduanya ke Pelabuhan Leho, Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun.

“Pengakuan keduanya, sudah terombang-ambing tujuh jam,” ujar Kapolres Karimun AKBP Muhammad Adenan di Mapoleek Tebing Karimun.

Dikutip suarasiber,com dari kabarbatam.com, sebelum interogasi kedua nelayan tadi menjalani rapid tes, dari hasil keduanya dinyatakakan non reaktif.

Kedua nelayan tadi menceritakan, mereka adalah Anak Buah Kapal (ABK) dari kapal tangkap ikan asal china bernama Lu Qing Yuan Yu 213. Mereka melompat ke laut karena tak tahan siksaan.

Terlambat sedikit dibentak, dicaci, ditendang.

“Kami sudah tak tahan lagi, jadi kami memutuskan untuk melompat saja,” tutur Reynalfi.

Pengakuan dua ABK kapal China ini bukan hanya mereka ABK di kapal tersebut. Ada 12 WNI lain, namun mereja menolak dan takut ketika diajak kabur dengan cara melompat ke laut.

Ke-12 WNI tadi bahkan berpesan, jika Reynalfi dan Juniansyah selamat agar melaporkan kondisinya ke pemerintah agar mereka juga bisa dibebaskan.

Selain menerima kekerasan fisik, para WNI juga tak diperkenankan melakukan komunikasi dengan keluarga. Ponsel mereka disita. Istirahat pun hanya 3 jam sehari.

Juniansyah mengungkapkan, awalnya ia dijanjikan sebuah pekerjaan di pabrik tekstil dan baju di Korea dengan ubah sebesar Rp 25 hingga Rp 40 juta oleh seseorang yang mengaku berasal dari agen PT. Duta Grup asal Jakarta.

“Tapi kenyataan saya tidak sampai di Korea, saya dibawa ke Singapura kemudian saya dioper ke sebuah mobil lalu dibawa ke kapal kecil kemudian dipindahkan ke kapal besar berbendera china,” ungkapnya.

Sementara itu, Danlanal Tanjungbalai Karimun Letkol (P) Mandri Kartono mengatakan, bahwa kedua ABK ini merupakan korban human trafficking atau perdagangan orang.

“Mereka ini korban, sindikatnya pasti ada dan akan ditelusuri oleh polisi, dan untuk kapalnya, maka ini suatu temuan juga dan akan menjadi dasar penegak hukum di laut yaitu TNI AL, hal ini menjadi atensi khusus kapal sejenis dikhawatirkan ada yang melakukan apa yang dialami saudara kita ini,” katanya.

Saat ini pihak kepolisian dari Polres Karimun akan melakukan koordinasi dengan Bupati Karimun Aunur Rafiq dan juga Danlanal Tanjung Balai Karimun Letkol (P) Mandri Kartono untuk menindaklanjuti kasus ini. (mat)

Loading...