Hari Bumi dan Covid-19 sebagai Momentum untuk Merawat Dunia

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Sejak 50 tahun yang lalu, setiap tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi di seluruh dunia.

Terkait Hari Bumi, Kherjuli, Presiden Lembaga Air Lingkungan dan Manusia (Alim), mengatakan peringatan Hari Bumi atau Earth Day ke-50 tahun 2020, berbeda dengan tahun yang lalu.

Saat ini, kata Kherjuli, manusia sebagai penghuni bumi sedang dilanda wabah virus corona atau Covid-19. Dampaknya sungguh luar biasa.

Selain kematian, kecemasan, kepanikan, juga menurunnya pertumbuhan ekonomi global. Hampir semua negara-negara di belahan Bumi ini merasakannya. Termasuk Indonesia.

Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri, ada pula sisi positifnya bagi planet ciptaan Tuhan ini.

Di antaranya, polusi udara di beberapa kota besar di dunia menurun drastis. Iklim pun mendadak membaik. Akibat terhentinya sejumlah pabrik dan industri serta volume kendaraan akibat pembatasan sosial (social distancing) maupun kebijakan lockdown.

Ada efisiensi penggunaan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil maupun nonfosil. Ada penurunan drastis gas rumah kaca dari emisi buangan kendaraan dan industri ke udara. Sehingga, beban atmosfer bumi juga berkurang dalam waktu singkat.

“Ini adalah cara Tuhan untuk membersihkan bumi dari polusi udara dan pencemaran lainnya. Karena memang, telah sangat tampak kerusakan di darat, laut dan udara, akibat ulah manusia,” ujar Kherjuli.

Meskipun demikian, imbuhnya, kita semua berharap, agar pandemi Covid-19 bisa segera berakhir. Sehingga, manusia bisa hidup dengan selamat dan tenang. Sembari tidak lagi membuat kerusakan disana-sini.

Bumi kita hanya satu. Manusia tidak bisa pindah ke planet lain. Oleh karena itu, tetap jalankan arahan dari WHO dan pemerintah dalam memutus rantai penularan Covid-19 ini. (mat) 

Loading...