Lingga Studi Banding ke PT Maqpro Biotech Indonesia di Sidoarjo, Jatim

Loading...

Kabupaten Lingga saat ini menjadi salah satu daerah tingkat II di Indonesia yang fokus kepada pembangunan di sektor kelautan dan perikanan.

Keseriusan Kabupaten Lingga yang dipimpin oleh H. Alias Wello dan Nizar dibuktikan dengan konsep pembangunan minapolitan yang terdiri atas cluster pengembangan udang Vannamei dan Cluster produksi ikan laut yang berorientasi kepada sistem produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Konsep produksi berkelanjutan dimaksudkan dengan industrialisasi sektor perikanan melalui pembangunan unitunit produksi pendukung yang terintegrasi dalam satu cluster diantaranya adalah unit produksi pakan ikan yang didukung juga dengan keberadaan unit produksi tepung ikan, unit produksi benih, unit pendederan ikan, unit perbesaran dan cold storage untuk hasil produksi perikanan budidaya.

Sementara konsep ramah lingkungan diterjemahkan kedalam konsep sistem produksi yang lebih mengedepankan kepada kualitas lingkungan melalui pembangunan unit pengelolaan limbah di setiap unit produksi dan pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan yang dilakukan secara intensif dan konsisten.

Dalam hal perwujudan pembangunan industri yang lebih bersifat pro-lingkungan hidup dan pro-masyarakat, Kabupaten Lingga mengutus tim yang terdiri atas staf PT. Pembangunan Selingsing Mandiri (Risalasih, SE) dengan dibantu Dr. Romi Novriadi sebagai tenaga ahli, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Ir Aang Abubakar dan Dinas Lingkungan Hidup untuk berkunjung ke PT. Maqpro Biotech Indonesia di Sidoarjo, Jawa Timur.

Kunjungan ini guna mempelajari sistem pengelolaan limbah sistem produksi yang sesuai dengan standar nasional dan internasional. Penentuan kunjungan ke PT. Maqpro Biotech juga didasari oleh keberadaan lokasi unit produksi ini yang berada di tengah permukiman penduduk.

Dengan demikian sangat sesuai dengan keberadaan mesin pembuatan pakan dan tepung ikan yang dimiliki oleh Kabupaten Lingga yang juga ditempatkan di kota Dabo dan berada di tengah pemukiman penduduk.

Kunjungan dan studi banding dilakukan secara dua tahap:

(1) Observasi langsung tentang teknik pengelolaan limbah di lokasi industri
(2) Diskusi interaktif tentang bagaimana teknik pengelolaan limbah yang baik.

Pada saat kunjungan, fokus pengamatan pengelolaan limbah dilakukan di 3 (tiga) titik, yakni unit penerimaan bahan baku produksi, unit produksi pengolahan dan unit pengelolaan limbah cair dan padatan.

Ketiga titik ini memiliki potensi untuk menghasilkan bau yang dapat meresahkan masyarakat serta limbah cair, padatan dan gas yang dapat menyebabkan degradasi kualitas lingkungan.

Seperti yang kita ketahui, ikan yang sudah memasuki fase post mortem akan melalui fase autolisis, biologi dan kimiawi. Proses autolisis yang disebabkan oleh aktivitas enzim menyebabkan kadar air pada ikan menjadi meningkat.

Ketika kadar air ini juga diintervensi oleh keberadaan bakteri dan proses kimiawi lainnya, ikan akan menghasilkan senyawa trimethylamine (TMA) yang dapat menimbulkan bau “busuk: di lingkungan produksi.

Dari hasil kunjungan, disarankan untuk menerapkan standar operasional prosedur (SOP) dan penegakan disiplin untuk penerapan SOP dimaksud untuk mengurangi potensi bau yang dihasilkan masyarakat.

Terkait bahan baku, pencegahan bau harus dimulai dari jenis bahan baku yang terstandarisasi dan sistem transportasi yang digunakan untuk mengangkut bahan baku dari lokasi asal ke lokasi
industri.

Bahan baku yang digunakan hendaknya memiliki standar kesegaran dan kualitas tersendiri sehingga potensi bau dapat dihilangkan. Proses pengangkutan juga harus mengikuti standar yang ditetapkan mulai dari teknik pengangkutan hingga kepada upaya untuk meminimalisasi kemungkinan limbah cair yang lolos ke lingkungan.

Proses transportasi kemudian diikuti dengan teknik pemindahan bahan baku ke lokasi industri dan ke unit pengolahan.

Selanjutnya, seluruh peralatan dan mobil angkut yang digunakan dibersihkan dan dikeringkan agar menghindari potensi pembuangan limbah dari industri ke lokasi awal sumber bahan baku.

Untuk processing, potensi limbah yang dihasilkan dapat berupa cair, padatan dan gas. Disini dipelajari bahwa proses pengelolaan limbah juga harus melalui proses biologis dan kimiawi.

Proses biologis terdiri atas penguraian limbah dengan menggunakan bakteri aerob dan anaerob yang dilengkapi dengan sistem aerasi kuat untuk mendukung proses transisi dari bahan yang bersifat toksik dan bau menjadi bahan yang lebih ramah lingkungan.

Proses kimiawi utamanya digunakan untuk limbah cair dengan menggunakan scrubber yang berisikan hypochlorite dan proses penurunan pH (derajat keasaman) limbah untuk lebih memudahkan proses penguraian.

Prinsip ini kemudian diikuti dengan penyerapan gas methane dan lainnya yang mungkin dapat dihasilkan melalui penggunaan sabut kelapa dan bahan kayu padatan.

Untuk proses penyimpanan, dikarnakan tepung ikan yang sudah dihasilkan memiliki potensi signifikan untuk penyebaran bau, prinsip First In First Out juga harus diterapkan secara disiplin untuk menghindari penumpukan dan kemungkinan masa penyimpanan yang lebih lama dan memungkinkan terjadinya perkembangan mikroba.

Secara umum, dari hasil kunjungan ini, tim Kabupaten Lingga memiliki dasar untuk penulisan standar operasional prosedur yang baik sehingga pada akhirnya akan dihasilkan proses produksi yang berkelanjutan, efisien, ekonomis dan ramah lingkungan.

Penulis:
Romi Novriadi, Wakil Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia

Loading...