Iran Akui Tembak Jatuh Pesawat Maskapai Ukraina

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Iran akhirnya mengakui telah menembak jatuh pesawat Boeing 736 milik maskapai penerbangan sipil Ukraina, Rabu (8/1/2020). Pengakuan itu disampaikan melalui Menteri Luar Negeri (Menlu) Zavad Zarif secara terbuka melalui akun resmi Twitternya @@JZarif, Minggu (11/1/2020) pukul 11.05.

Zahad juga menyampaikan permintaan maaf dan dukacita kepada korban serta warganya. Dan, semua yang terdampak akibat penembakan itu.

“A sad day. Preliminary conclusions of internal investigation by Armed Forces:

Human error at time of crisis caused by US adventurism led to disaster

Our profound regrets, apologies and condolences to our people, to the families of all victims, and to other affected nations.”

Menurut Zavad Zarif, pesawat sipil berisi sekitar 176 orang, 84 di antaranya warga Iran, ditembak secara tak sengaja akibat human error oleh militer Iran.

Meski mengakui menembak pesawat yang baru lepas landas dari Bandara Teheran, namun Zavad menyalahkan Amerika Serikat. Menurutnya, kekacauan itu terjadi sebagai dampak ulah Amerika sebelumnya.

Sebelumnya seorang jenderal Iran tewas mengenaskan. Setelah ditembak rudal Amerika yang diluncurkan melalui pesawat tanpa awak (drone).

Komen menarik disampaikan akun @annaleclaire, “At least Iran is honest. The USA would never have admitted this.”

Sikap jujur Iran dihargai, sesuatu yang tak pernah dilakukan Amerika.

Hal senada disampaikan akun @Zohaib_Anjum, “Bold of Iran to accept and apologize for err, unlike what followed after downing of Iranian plane by USA, decades ago.”

Iran berani mengakui dan meminta maaf. Beda dengan ketika pesawat Iran dijatuhkan Amerika beberapa dekade lalu.

Seorang warga Amerika menanggapi cuitan Menlu Iran ini @JasonJacquet3, “Our President’s reckless actions caused this. We are trying to get him out as soon as possible. He has terrible manners and you wouldn’t want to meet with him anyway.”

Dia membenarkan penembakan pesawat sipil itu, akibat kecerobohan Presiden Donald Trump. (mat)

Loading...