Alias Wello, Bupati Penyuka Ikan Asin yang Tak Butuh Upeti dari Bawahan

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Ada yang menarik saat Alias Wello bakal calon (balon) Bupati Kabupaten Bintan di Pilkada 2020, hadir di acara keluarga Bugis di Batu 16, Senin (27/1/2020) siang.

Saat itu pembawa acara dengan terlebih dulu minta maaf, menanyakan apa benar salah satu makanan favorit AWe, adalah ikan asin.

Pertanyaan yang membuat siapapun tertawa, termasuk AWe yang langsung menjawab, “Benar.”

AWe memang pria sederhana yang tetap rendah hati (humble), meski menjabat sebagai Bupati Lingga 2015 – 2020.

Sikap rendah hati dan tetap sederhana itu sudah dikenal luas. Jika ke luar kota, jarang sekali didampingi ajudan. Naik pesawat di kelas ekonomi, tidur di hotel melati, pergi dan pulang naik taksi atau ojek.

Agamis Walau Tak Pernah Pamer Pakai Gamis

Busana yang dikenakan pun sangat simple, cukup celana jins dengan kaus. Walau tak pernah pamer mengenakan gamis ala orang di jazirah Arabia. Namun, pria yang tak merokok ini tak pernah melalaikan salat wajib. Di pesawat pun dia tetap salat.

Saat datang ke acara undangan ini pun dia cuma didampingi sopir. Sama sekali tak ada dayang-dayang yang umumnya mengikuti kegiatan kepala daerah.

Dia memang menekan pengeluaran APBD yang tak perlu. Tujuannya, agar setiap sen anggaran bisa digunakan untuk membangun daerah.

Itu sebabnya juga nyaris seluruh biaya perjalanan dinasnya, dia tanggung secara pribadi.

Kebiasaan yang sudah dijalani pria kelahiran 7 Januari 1963, sejak menjabat Ketua DPRD Lingga 2004 – 2009.

Ketika itu dia maju dari Partai Patriot dan cuma dapat dua kursi. Namun dengan kemampuannya berorganisasi sejak masih SMA di Dabo, membuatnya mampu meraih kursi ketua dewan.

Saat maju ke Pilkada Lingga 2015 pun, AWe hanya menggunakan satu partai, Partai Nasdem. Dan menang telak atas tiga kontestan lainnya.

Sebagai bupati, sikap humble AWe tetap terpancar. Dia tak segan berlumuran lumpur atau sampah. Bukan hanya untuk difoto Humas, untuk pencitraan. Tapi benar-benar hingga tuntas.

Tak Butuh Upeti dari Bawahan

Baginya kerja keras adalah di atas segalanya. Karena itu juga sebagai bupati dia tak segan mencopot pejabatnya di semua eselon. Bahkan, kepala desa yang menyimpang pun dicopotnya.

Sama sekali tak ragu, karena AWe tak pernah meminta upeti satu sen pun ke pejabatnya. Cukup kerja keras dan prestasi.

Hal serupa diterapkannya juga di kebijakan terkait proyek pembangunan dari APBD Lingga. AWe sangat anti jika ada pihak yang melobi untuk dapat proyek.

Jangankan orang lain, bahkan saudara kandungnya pun tak boleh ikut main proyek. Apalagi, jadi makelar proyek dan menarik upeti dari kontraktor.

Hubungannya dengan wakil bupati pun sangat-sangat harmonis. Di Kabupaten Lingga, wabup berperan melebihi kewenangan yang diatur undang-undang.

Serahkan Kewenangan Internal ke Wabup

Sama sekali tidak ada keraguan bagi AWe, menyerahkan nyaris semua urusan internal pemerintahan ke wabup. Termasuk, mengatur penggunaan anggaran.

AWe fokus urusan keluar, menerebos segala birokrasi di pusat dan mendapatkan tambahan anggaran untuk APBD Lingga. Itu sebabnya hanya dalam 4 tahun, jumlah APBD Lingga naik hingga sekitar Rp400-an miliar.

Di awal dia menjabat jumlah APBD Lingga cuma sekitar Rp700-an miliar dan utang sekitar Rp125 miliar. Begitu minimnya hingga para pegawai pun tak ada tunjangan.

Kini, APBD Lingga berjumlah sekitar Rp1,1 triliun!

Beragam terobosan pun dilakukan. Dan, membuat pejabat kementerian takjub hingga berulang datang ke Lingga. Bahkan, Wapres Jusuf Kalla pun pernah datang.

Kini, AWe yang berkarakter humble, simple, cepat, antisuap dan agamis ini memutuskan maju ke Pilkada Bintan 2020.

Dukungan dari banyak kalangan pun mengalir deras. Undangan untuk menghadiri suatu acara di Bintan pun berdatangan. Selain itu, AWe memang bukan sosok asing di Bintan. Karena dia memang pernah ikut Pilkada Bintan 2005. (mat)

Loading...