Mantan Pemulung Kini Milyarder Berkat Porang

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Namanya Paidi (37), kalaupun ditebak dari namanya berbau kampung, memang begitulah kenyataannya. Mantan pemulung ini mengalirkan hawa positif dan semangat karena mampu menjadi seorang milyader. Tuhan menunjukkan rezekinya lewat porang.

Kegigihan warga Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Provinsi Jawa Timur ini pun membuat Andy F Noya mengundangnya ke Kick Andi yang diunggah di YouTube 26 Juli 2019 lalu. Paidi diminta untuk bercerita bagaimana ia bisa bergelut dengan umbi-umbian yang dahulu sama sekali tak dilirik untuk diekspor.

View this post on Instagram

Berbagi bersama kick andy untuk indonesia

A post shared by paidi porang (@paidi_porang) on

Dalam tayangan itu Paidi mengisahkan, awalnya ia adalah pedagang tahu keliling. Ia menjualnya dari desa ke desa. Sayangnya ada saja yang utang dari Rp2 atau Rp3 ribu. Karena yang utang tak hanya satu dua orang, akhirnya ia bangkrut.

Lulusan STM jurusan Otomotif ini kemudian menjadi pemulung. Awalnya memulung juga unik. Di suatu hari ia melihat plastik terbang mengenai dirinya. Ia memikir bagaimana bisa mendapatkan uang dari plastik bekas seperti itu. Solusinya ialah pemulung.

Baca Juga:

Kisah Sukses Sugimun, Bos 3 Toko Elektronika yang Sering Dianggap Pengemis

Bocah Pencuci Bus Itu Menjadi Bupati Bintan Dua Periode

Sekian lama menjadi pemulung akhirnya Paidi berani meminjam modal ke bank. Namun lagi-lagi keberuntungan belum berpihak kepadanya.

“Saya bangkrut untuk kedua kali,” ungkap Padidi dalam tayangan Kick Andy itu.

Begitulah masa susah Paidi. Kini ia memiliki empat hektar lahan porang. Satu hektare bisa menghasilkan omzet hingga Rp1 miliar.

Perkenalan Paidi dengan porang sebagai bahan makanan dan kosmetik ini terjadi 10 tahun silam. Kala itu ia bertemu teman lamanya di sebuah panti asuhan di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Oleh temannya itu, Paidi dikenalkan porang yang dibudidayakan warga setempat.

Paidi pun belajar menanamnya. Selain itu ia mencai informasi di internet. Dari dunia maya ia tahu umbi ini menjadi kebutuhan perushaan besar di dunia.

Hari-hari berikutnya Google pun menjadi teman Paidi. Ia kumpulkan informasi seputar porang dan lahirlah jenis penanaman model baru. Bila biasanya porang ditanam di bawah pohon lain sehingga ternaungi, Paidi menanamnya langsung di bawah langit.

Rupanya ada bedanya. Cara lama membutuhkan waktu 3 tahun baru bisa dipanen, sementara model penanaman yang dikembangkan Paidi hanya membutuhkan waktu dua tahun dengan hasil yang lebih banyak.

Paidi bukan orang yang pelit ilmu. Nyatanya ia juga membuat blog gratisan untuk menyebarluaskan informasi tentang porang ini.

Omzetnya pun miliaran. Hal ini membuat warga kampungnya ikut menanam porang. Hal ini dibenarkan Kepala Desa Kepel, Sungkono. Bahkan dua tahun terakhir petani porang mencapai 85 persen.

Tahun lalu penjualan porang di Desa Kepel tembus Rp4 miliar. Melihat peluang itu BUMDes pun siap membantu memberikan pinjaman modal.

Studi Porang Indonesia

Kini Desa Kepel menjadi tempat studi petani dari berbagai provinsi di Indonesia untuk belajar menanam porang. Melihat antussame para petani tadi, kelompok tani setempat bernama Sarwo Asih Desa Kepel membuat paket studi porang.

Paketnya pun beragam, mulai Rp80 ribu hingga Rp300-an ribu. Paket yang lebih mahal menyediakan tempat menginap dengan fasilitas yang lengkap, termasuk wisata ke Gligi Forest Park.

Selain diberikan materi, para tamu juga diberikan kesempatan praktik di lapangan secara langsung. Segala informasi yang mereka butuhkan bisa dijawab di sini. Materi dan praktiknya berupa proses menanam, memupuk hingga memanen.

Uniknya, para peserta yang selesai mengikuti studi porang akan mendapatkan sertifikat dari Bumdes Desa Kepel. Selain menerima kunjungan para petani, anggota Kelompok Yani Sarwo Asih juga menerima undangan pelatihan menanam porang ke berbagai daerah di Indonesia. (man)

Loading...