Saat Perempuan Arab Saudi Bisa Boking Hotel Sendiri, Abaya Pun Ditinggalkan

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Pemerintah Arab Saudi membuat kebijakan baru, akhir pekan lalu. Kebijakan yang menghebohkan dunia.

Yang tujuannya untuk menggairahkan dunia pariwisata di Arab Saudi. Dan, disertai dengan kebijakan bebas visa kunjungan wisata ke Arab Saudi untuk 49 negara.

Kebijakan yang baru pertama kali dilakukan sejak Arab Saudi menjadi negara sendiri. Pariwisata memang jadi andalan Arab Saudi ke depan.

Untuk, melepaskan negara ini dari ketergantungan devisa dari minyak bumi. Yang produksinya semakin menurun, dan harganya fluktuatif.

Kini, semua hotel di Arab Saudi, khususnya di ibu kota, dan kota pesisir, dibebaskan menerima pasangan asing menginap. Pasangan asing itu tidak perlu menunjukkan surat nikah.

Seiring dengan itu, perempuan Arab Saudi pun dibolehkan memboking hotel sendiri. Dan, menginap sendiri tanpa didampingi walinya.

Kebijakan yang menimbulkan prokontra di Arab Saudi sendiri, khususnya dari kalangan konservatif.

Sebelum kebijakan itu terbit, berbagai perubahan memang sudah, dan tengah dilakukan pemerintah Arab Saudi.

Arab Saudi di bawah kekuasaan putra mahkota Pangeran Mohammed bib Salman, memang melakukan banyak perubahan fundamental. Yang mengubah adat istiadat setempat.

Perubahan yang diawali dengan dibolehkannya perempuan menyetir mobil sendirian tahun 2018 lalu. Kemudian, diikuti dengan membebaskan perempuan menonton pertandingan sepak bola di stadion.

Perubahan lain yang juga menghebohkan dunia, adalah membebaskan perempuan Arab Saudi berpakaian, asal sopan. Mereka tak lagi wajib mengenakan abaya.

Abaya dikenal sebagai pakaian wajib semua perempuan di Arab Saudi, dan berwarna hitam. Abaya wajib dikenakan saat keluar rumah. Wujudnya berupa gamis yang longgar, tanpa hiasan, dan menutup semua bagian tubuh.

Tidak ada aturan undang-undang Arab Saudi, yang mewajibkan penggunaan abaya bagi perempuan. Akan tetapi, adat atau norma kesusilaan di tanah Arab Saudi itu yang mengharuskan. Jika melanggar akan ada sanksi dari aparatur terkait.

Itu dulu! Dan, saya saksikan sendiri saat berkunjung ke Arab Saudi di tahun 2015.

Saat itu, semua perempuan Arab Saudi yang ditemui di jalan atau di sekitar kediamannya, seluruhnya mengenakan abaya. Gamis berwarna hitam yang linggar dari ujung kepala yang ujungnya menyapu lantai.

Tidak saya sebut sampai ke ujung kaki. Karena, ujung kakinya memang tak terlihat sama sekali. Hanya dua biji matanya yang terlihat. Itu pun masih dibatasi dengan jalinan kain seperti jaring.

Tua muda, besar kecil, semuanya dengan abaya yang disertai cadar. Termasuk, anak-anak sekolah. Kecuali, anak-anak perempuan.

Kinu, dari belasan portal berita dari dalam, dan luar negeri, abaya tak lagi mendominasi busana perempuan di Arab Saudi. Jins, t-shirt dan sebagainya menjadi busana yang banyak dijumpai.

Perempuan Arab Saudi saat ini diwartakan juga bebas menonton di bioskop. Berbelanja ke mal. Tentunya tak lagi harus mengenakan abaya. Dan, juga tidak perlu didampingi walinya. Sebagaimana adat kebiasaan sebelumnya.

Terlepas dari prokontra terkait kebijakan pemerintah Arab Saudi ini, Pangeran Mohammed bin Salman membuktikan satu hal.

Bahwa, seorang pemimpin yang tak lagi memikirkan kesenangan dirinya sendiri, akan mampu mengubah keadaan. Meski menimbulkan prokontra. Karena sekecil apapun perubahan, akan tetap menimbulkan prokontra.

Sekaligus, mampu membuat perubahan besar bagi rakyatnya. Dan, eksistensi negerinya hingga waktu yang tidak terbatas. (sigit rachmat)

Loading...