Begini Rasanya Meniduri Kamar Orang Belanda

Loading...

DABO, SINGKEP (suarasiber) – Dua unit logam berbentuk kuali berdiameter sekitar 1 meter, terpacak di halaman depan Gedung Daerah, Dabo, Singkep. Kuali besar yang dicat perak itu bekas alat keruk pasir timah.

Timah memang pernah menjadi ruh bagi Singkep khususnya, dan Lingga umumnya sejak ratusan tahun sebelumnya hingga tahun 1992. Tahun ketika penambangan timah yang sudah berlangsung sejak sekitar tahun 1800-an, dihentikan.

Walau berlangsung berabad-abad, namun tak banyak manfaat yang ditinggalkan untuk daerah ini. Selain ratusan kolam ekspenggalian pasir timah yang disebut kolong, juga sejumlah bangunan usang.

kamar belanda
Foto – mat/suarasiber

Beberapa bangunan usang itu masih berdiri tegak. Kokoh. Salah satunya adalah Gedung Daerah, Dabo, Singkep.

Gedung yang kini jadi rumah dinas Bupati Kabupaten Lingga. Dulunya atau antara tahun 1957 – 1992, gedung yang berdiri di atas bukit itu jadi kediaman pejabat UPTS (Unit Penambangan Timah Singkep).

Tidak diketahui pasti kapan gedung yang punya 3 kamar besar, dan beberapa kamar berukuran lebih kecil mulai dibangun. Namun, dari arsitekturnya, dan dari ketebalan temboknya diprediksi dibangun kolonial Belanda sekitar tahun 1930-an.

Tahun saat Belanda mulai mengeksploitasi penambangan timah secara besar-besaran. Dan, berlangsung hingga dinasionalisasi sekitar tahun 1957.

Di bangunan kuno inilah, Alias Wello Bupati Lingga berdomisili saat di Dabo, Singkep. Ada sebuah kamar yang digunakannya. Kamar nomor tiga.

Kamar-kamar lainnya digunakan untuk tamu. Juga untuk warga biasa yang ingin menginap di gedung tua ini. Termasuk saya, juga pernah meniduri tilam di kamar nomor dua di sini.

Alias Wello yang akrab dengan sapaan AWe, memang membebaskan siapapun menginap di Gedung Daerah, Dabo, Singkep. Hal serupa juga berlaku untuk Gedung Daerah di Daik, Lingga.

“Sebelum zaman Bupati Pak Alias Wello, hanya orang-orang tertentu yang boleh masuk ke sini,” kata Khaidir, pegawai yang mengurus gedung ini kepada saya.

Agak tercekat leher mendengar ucapan itu. Sebagai orang biasa yang cuma punya pena, namun tak punya seragam, pangkat, dan jabatan tentu mustahil bagi saya menginap di sini.

Meski leher seperti tercekat, saya juga senang. Karena datang di saat Alias Wello jadi bupati. Dan, berkesempatan meniduri tilamnya yang empuk.

Tilam yang juga pernah ditiduri Gubernur Kepri nonaktif Nurdin Basirun, saat berkunjung ke Dabo, Singkep.

“Pak Nurdin (Gubkepri nonaktif) tidur di situ (kamar yang saya gunakan), kalau menginap di Dabo,” ujar Ady Indra Pawennari, staf khusus Bupati Lingga.

Selain gubernur, pimpinan daerah Provinsi Kepri juga pernah menginap di kamar yang saya gunakan.

Ukurannya sekitar 180 cm x 200 cm, king size. Saya sendirian jadi terasa sangat lapang. Tidak banyak furniture di kamar berukuran sekitar 5 x 7 meter ini. Sehingga kesan luasnya semakin terasa.

Sebuah lemari baju, sebuah rak teve dengan satu unit teve tabung jadul ada di sudut kamar. Dua kursi santai dengan satu meja bulat kecil, dan satu rak gantung menghiasi kamar.

Kamar mandi ada di pojok lainnya. Sebuah bak besar dengan gayung plastik menjadi pelengkap.

Jendela kamar mandinya besar, dan membuat ruangan itu jadi terang. Walau sederhana, namun kamar mandi ini dilengkapi toilet duduk moderen. Tempat yang nyaman, dan fokus untuk merenung.

kamar belanda 3
Foto – mat/suarasiber

Saya meniduri tilam yang pernah ditiduri Gubkepri, dan petinggi Provinsi Kepri selama dua malam. Pendingin ruangan yang kehabisan freon tak mengurangi kenyamanan kamar ini.

Kipas angin yang disediakan Pak Kaidir pun tak saya gunakan, dan tetap bersukur bisa menginap gratis he he he.

Apalagi di kamar yang pernah digunakan pejabat UPTS, dan pejabat Provinsi Kepri. Juga petinggi Belanda di NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV SITEM), saat mereka berjaya dulu.

Saat kantuk semakin kuat menyerang, saat itu juga pikiran melayang ke orang-orang Belanda ketika sedang di gedung ini. Apa yang mereka lakukan sebelum tidur di kamar ini.

Ahh.. sudahlah. Masa mereka sudah lewat, kini masa untuk membangunkan Lingga, agar kembali berjaya tanpa bergantung ke timah. (sigit rachmat)

Loading...