Wanita Pemulung di Pasar Dabo Itu, Kini Buta Permanen dan Butuh Uluran Tangan

Loading...

DABO SINGKEP (suarasiber) – Rumahnya hanya berjarak sekitar dua kilometer dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dabo Singkep, tak membuat wanita muda yang berprofesi sebagai pemulung itu, bisa lebih mudah mendapatkan perawatan kesehatan.

Ia malah mengalami kebutaan permanen plus menderita penyakit kulit karena kesulitan mendapatkan pertolongan medis. Kini, ia harus terbaring sakit tak berdaya di rumah sendirian.

Maklum, ia hanyalah anak semata wayang dari seorang ibu yang juga berprofesi sebagai pemulung dengan pendapatan tak lebih dari Rp15 ribu sehari. Ayahnya sudah lama meninggalkannya.

butuh bantuan 3
Foto – istimewa

Ia adalah Marida. Wanita kelahiran Dabo Singkep, 17 Juni 1989 itu, tak pernah menyangka hidupnya bakal mengalami penderitaan seperti saat ini. Bahkan, menjadi beban bagi ibunya Rusmiati (51).

Saat usianya menginjak 20-an tahun, Marida pernah menikah dengan seorang pria berinisial IJ. Namun, pernikahannya kandas di tengah jalan karena suaminya kecantol wanita Pelakor di sebuah pulau di wilayah Lingga.

Setelah resmi bercerai dengan suaminya pada tanggal 1 Maret 2013, Marida tak ingin membiarkan ibunya berpeluh sendirian mencari nafkah.

Ia pun ikut turun ke lapangan. Membawa karung di punggung keliling pasar Dabo Singkep dan tempat pembuangan sampah untuk memunguti kardus dan botol bekas.

Marida tak punya pilihan lain. Ia bukanlah wanita yang berpendidikan tinggi dan punya keahlian untuk memilih pekerjaan yang layak untuknya. Ia hanyalah tamatan Sekolah Dasar (SD).

Suatu hari di awal Januari 2019 lalu, Marida melakukan aktivitas seperti biasanya. Keliling pasar dan tempat sampah memunguti kardus dan botol bekas.

Tiba-tiba ia merasakan ada yang tak beres dengan kesehatannya. Seluruh badannya pedih dan gatal. Penglihatannya mulai kabur dan berkunang-kunang. Ia pun memilih bergegas pulang ke rumah.

Berbekal Kartu Indonesia Sehat (KIS), Marida memeriksakan kesehatannya ke RSUD Dabo Singkep. Dokter yang menanganinya mendeteksi adanya katarak dan merujuknya ke sebuah klinik Mata di Tanjungpinang pada tanggal 7 Januari 2019.

Namun, karena keterbatasan biaya dan tak ingin membebani ibunya, Marida mengurungkan niatnya berobat ke klinik mata di Tanjungpinang. Di sinilah mulainya petaka itu datang.

butuh bantuan 2
Foto – istimewa

“Sekarang Marida sudah tak bisa melihat sama sekali. Ditambah pula lagi penyakit kulit yang menggerogotinya,” ungkap Anel Zulnefri, anggota Komunitas Sosial di Dabo Singkep kepada suarasiber.com, Minggu (12/10/2019).

Anel berharap, ada dermawan yang terketuk hatinya untuk membantu membiayai pengobatan Marida di rumah sakit yang representatif.

Meski hidupnya miskin tak berpunya, Marida dan ibunya tak pernah menceritakan penderitaan yang dialaminya kepada orang lain. Ia sepertinya sudah pasrah dengan nasib yang dialaminya.

Bahkan, Lurah Dabo Lama, Kecamatan Singkep, Keizzy Dalfi mengaku tak pernah mendapat laporan dari Ketua RT. 001/RW.003 Jalan Gergas, Lorong Cempaka Biru tempat Marida berdomisili. (mat)

Loading...