Isdianto: Pulau Penyengat Seharusnya Mendunia

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Sedikitnya peneliti dari 21 kampus di Indonesia membahas bahasa, sastra, budaya dan seni di Kota Tanjungpinang. Pemprov Kepri pun mengapresiasi hal tersebut.

Apresiasi itu disampaikan Plt Gubernur Kepri Isdianto saat membuka Seminar Internasional dan Rapat Tahunan (Semirata) Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat Bidang Ilmu Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya di aula Pemprov Kepri, Sabtu, (28/9/2019).

“Universitas Maritim Raja Ali Haji layak menjadi tuan rumah dalam kegiatan itu karena selama ini berhasil menggelorakan kaidah Bahasa Indonesia kepada anak bangsa, dan melahirkan cukup banyak sastrawan muda,” ujar Isdianto.

Disinggungnya, Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang juga salah satu pusat perkembangan budaya dan sastra di Indonesia sehingga layak dikaji lebih mendalam agar berkembang pesat. Pulau ini disepakati sebagai cikal bakal lahirnya Bahasa Indonesia memiliki potensi yang besar.

Di hadapan sekitar 400 peserta kegiatan, Isdianto mengemukakan Pulau Penyengat sebagai tempat lahirnya Gurindam 12, syair yang berisi petuah dan nasehat karya Pahlawan Nasional, Raja Ali Haji. Karenanya, semestinya mendunia, tidak hanya dikembangkan di tingkat lokal.

Sampai sekarang, Pulau Penyengat belum “go internasional”, meski baru-baru ini ditetapkan sebagai Pulau Perdamaian Dunia. Melalui seminar yang dihadiri oleh banyak profesor ini, diharapkan memberi kontribusi yang besar dalam mengembangkan Pulau Penyengat.

“Kami berharap acara akbar yang diikuti oleh banyak ahli bahasa, seni, dan sastra ini memberi kontribusi yang besar kepada pemerintah dan masyarakat Kepri. Kami membutuhkan ide, gagasan dan rekomendasi agar Pulau Penyengat dapat berkembang pesat sebagai pusat budaya dan pariwisata,” ujarnya.

Rektor UMRAH Syafsir Akhlus, yang juga Ketua Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat mengatakan SEMIRATA Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat Bidang Ilmu Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya akan membuahkan kesepakatan dari hasil pemikiran dan kajian yang dapat dimanfaatkan pemerintah.

“Kegiatan ini untuk mendukung kemajuan daerah, termasuk mengembangkan Pulau Penyengat sebagai pusat pengembangan budaya, bahasa, sastra dan seni,” katanya.

Ketua Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat Bidang Ilmu Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya, Isda Pramudiati memastikan kegiatan ini memberi kontribusi kepada perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat.

Kontribusi berupa pemikiran dan hasil kajian dari para dosen dan peneliti yang berasal dari perguruan tinggi negeri di wilayah bagian barat Indonesia.

Setiap tahun, para peneliti dan dosen dari Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat Bidang Ilmu Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya, berkumpul, mengeluarkan ide, gagasan dan hasil kajian.

“Kepri memiliki bahasa, sastra, seni dan budaya yang menarik untuk diteliti,” katanya. (mat)

Loading...