Pengakuan Staf Khusus Bupati Lingga: Menggali Seorang AWe Tiada Habisnya

Loading...

Sulit mengatakan dengan pasti, apakah benar kata Leon Edel yang menulis Writing Lives bahwa, beberapa pengarang menulis tentang seseorang karena Ia kagum dan “jatuh cinta” kepada subyeknya.

Tetapi, yang tak dapat saya bantah adalah, bahwa subyek yang saya tulis ini adalah orang yang sudah bertahun-tahun saya kenal dan hampir setiap hari berada di sekitarnya.

Karena itu pula, sulit rasanya untuk memilah-milah unsur subyektivitas diantara keinginan memberikan obyektivitas. Yang jelas, hubungan antara saya dengan Alias Wello, Bupati Lingga, Kepulauan Riau itu, memang sangat dekat.

Bukan hanya setelah Ia menjadi Bupati, tetapi jauh sebelumnya, kami sudah saling mengenal satu sama lain seperti layaknya keluarga.

Sebetulnya, keinginan untuk menulis tentang kisah – kisah hidup Alias Wello yang akrab disapa AWe ini, sudah lama terpikirkan.

Tetapi, keinginan itu terus tertunda, sampai kemudian saya mendapat gagasan dan dorongan dari Pemimpin Redaksisuarasiber.com, Sigit Rahmat untuk menulis sosok AWe guna memperingati tiga tahun pemerintahannya bersama Muhammad Nizar yang jatuh pada tanggal 17 Februari 2019.

Dorongan dari Sigit, teman seperjuangan saya ketika masih bergelut di dunia jurnalistik ini, terus terngiang diantara berbagai kritik dan fitnah yang mendera pemerintahan AWe – Nizar.

Boleh jadi, orang mengkritik dan memfitnahnya secara membabi buta karena mereka tak paham apa yang sudah dilakukannya untuk kemajuan bumi “Bunda Tanah Melayu” itu.

Tanpa pikir panjang, saya meraih Ponsel Android dan memulai menulis di sela – sela waktu istirahat saya di salah satu penginapan di Jakarta dalam sebuah penugasan khusus menemui pejabat Direktorat Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial (PKPS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dan Kepala Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian.

Waktu itu, jam di tangan saya menunjukkan pukul 18.30 WIB, Minggu, 11 Februari 2019. Waktu penanda dimulainya penulisan itu.

Target saya, dalam jangka waktu satu jam ke depan, satu tulisan tentang tiga tahun perjalanan pemerintahan AWe – Nizar harus selesai.

Ternyata, di luar dugaan, dalam waktu satu jam yang saya persiapkan itu, saya berhasil menuntaskan tiga tulisan sekaligus.

Jujur, saya tak menyangka bisa menyelesaikan tiga tulisan dalam waktu secepat itu. Apalagi, saya sudah lama sekali tak aktif menulis.

Sejak pensiun dari dunia tulis menulis tahun 2007 lalu, inilah capaian penulisan tercepat dalam hidupku.

Menulis tentang tiga tahun pemerintahan AWe – Nizar, ibarat menumpahkan air dari ketinggian. Mengalir deras, lancar, tanpa hambatan.

“Alhamdulillah Git, tulisan tentang perjalanan tiga tahun pemerintahan AWe – Nizar, sudah selesai. Sudah siap tiga tulisan.

Malam ini tinggal finishing. InsyaAllah, besok pagi tulisan pertama sudah bisa ditayangkan di suarasiber.com,” kata saya memberi tahu Sigit, mantan Pemimpin Redaksi Tanjungpinang Pos itu, yang juga mantan Kepala Perwakilan Batam Pos di Tanjungpinang itu.

Apa yang disampaikan Sigit dalam obrolan di sebuah kedai kopi di Tanjungpinang, ternyata benar adanya.

Ia memberikan bocoran, bahwa tulisan – tulisan tentang gaya kepemimpinan AWe – Nizar di Kabupaten Lingga yang tayang di suarasiber.com, selalu dibanjiri pembaca dari dalam, dan luar negeri.

Termasuk tayangan tiga tulisan bersambung tentang AWe – Nizar yang saya tulis minggu itu.

“Dy, luar biasa. Saya tak menyangka, pembaca tulisan tentang kesederhanaan AWe dalam memimpin Lingga yang tayang di suarasiber.com, tembus hingga angka 30 ribuan pembaca. Ini capaian yang spektakuler.

Nanti saya kirimkan datanya. Ternyata, pembaca yang mengagumi sosok AWe jauh lebih banyak dibanding pembaca berita kriminal sekalipun,” ungkap Sigit.

Fenomena pembaca suarasiber.com yang cenderung lebih menggemari berita – berita tentang kebaikan, memotivasi, dan menginspirasi, adalah fakta gambaran nyata sikap pembaca zaman now. Yang tak lagi menyukai berita-berita provokatif yang cenderung mengandung fitnah atau berbau hoax.

Publik sepertinya sudah bosan direcoki dengan suguhan berita-berita yang mengembangkan pertentangan, dan perbedaan yang mengarah pada permusuhan satu sama lain. (*)

Kiriman Ady Indra Pawennari, Staf Khusus Bupati Lingga

Loading...