Petani Padi di Jemaja Risaukan Ketersediaan Air

Loading...

ANAMBAS (suarasiber) – Musim tanam baru dimulai di lahan padi di Desa Bukit Padi, Jemaja, Anambas. Namun kekhawatiran melanda petani. Mereka risau dengan ketersediaan air yang sangat dibutuhkan untuk tanaman padi hingga panen kelak.

Salah satu petani ialah Slamet, mengaku risau dengan air yang mengalir dari saluran irigasi. Kekhawatirannya bukan tanpa alasan. Tanah longsor yang terjadi di Desa Dampit membuat jalur air terputus. Kalaupun mengalir deras alirannya tidak maksimal.

“Padahal kami mencoba melakukan penanaman padi setahun dua kali. Melihat aluran airnya, saya rasa tidak mencukupi untuk kebutuhan padi,” ujarnya kepada suarasiber.com, Ahad (6/1/2019).

Slamet juga menyebutkan, akibat tertimbun tanah di Desa Dampit, saluran irigasi yang ada di Bukit Senyum pun kering, tak teraliri air.

Baca Juga :

Kapal Dagang, dari Singapura ke Palembang, Ditangkap Bawa Barang Terlarang

Pengemudi Yaris Terbalik Mengaku Didorong Sesuatu dan Kemudi Sulit Dikendalikan

Tentara dan Polisi Tanam Padi Bersama Petani Anambas

Dewi Sudah Meninggal 5 – 7 Hari Sebelum Ditemukan

Petani ini menyebut justru hambatan air terutama di lokasi ini.

“Kalau tanahnya tidak dikeruk, kira-kira seminggu saja padi yang kami tanam akan mengalami kekeringan dan ujung-ujungnya ya panen gagal. Kami mohon kepada pemerintah untuk benar-benar memperhatikan kelancaran air di saluran irigasi ini,” pinta Slamet.

Selain pengerukan tanah, seyogyanya ada orang yang ditempatkan sebagai pemantau irigasi. Berdasarkan pengalamannya, kebocoran sering terjadi di saluran irigasi. Ia menyayangkan anggaran yang sudah dikeluarkan pemerintah jika tidak diawasi irigasinya.

“Saluran irigasi harus bisa melancarkan aluiran air ke sawah-sawah petani. Ini salah satu hal terpenting dalam bertanam padi yang harus diatasi, karena Pemkab Anambas merencanakan menjadikan Jemaja sebagai lumbung padi,” Slamet mengingatkan. (hs)

Loading...