Dompak, Dahulu Kampung Para Perompak

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Tak banyak yang tahu, bahwa asal nama Dompak (Pulau Dompak), adalah lompak yang berarti rompak. Disebut rompak, karena pulau ini pernah menjadi sarang perompak! 

Di pulau yang terletak di sebelah selatan Tanjungpinang ini, kini menjadi pusat pemerintahan Provinsi Kepri. Ada kantor gubernur, gedung dewan, dan masjid besar (Masjid Nur Ilahi).

Asal usul nama Dompak ini, ada dua versi. Sebagaimana yang ditulis Koordinator Perpustakaan dan Dokumentasi BPNB Kepri, Dedi Arman di laman https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/asal-usul-nama-dan-sejarah-dompak/. 

Dikonfirmasi suarasiber.com, Rabu (23/1/2019), Dedi Arman, membenarkan tentang artikel asal usul Pulau Dompak tersebut.

Disebutkan di artikel itu, cerita mengenai asal usul nama Dompak ada dua versi. Versi pertama menyatakan jauh sebelum kemerdekaan, yakni masa Kerajaan Riau Lingga, Kampung Dompak Lama adalah tempat  persembunyian perompak. 

Para perompak berasal dari sejumlah etnis, yakni Tioanghoa, Bugis, Melayu, Thailand dan ada juga yang Jawa. Ketua perompak adalah etnis Tionghoa.  

Pimpinan perompak yang menyediakan peralatan dalam merompak. Wilayah perompakan mereka di perairan Selat Malaka, termasuk beraksi merampok di daerah kini masuk wilayah  Malaysia, Singapura dan Bintan. 

Setiap selesai merompak (merampok), mereka beristirahat di sebuah kampung Dompak Seberang. Kampung itu belum punya nama, namun sudah bermukim  sejumlah orang Tionghoa (Cina). 

Kampung yang jadi lokasi tempat peristirahatan dan persembunyian itu diberi nama Kampung Lompak oleh orang Tionghoa. Nama itu mengandung  pengertian kampung para perompak. 

Namun, aktivitas mereka di tempat ini tak bisa bertahan lama karena ditentang pihak Kerajaan Riau Lingga dan mereka dibasmi. Setelah itu,  oleh warga Melayu yang bermukim di sana, nama Kampung Lompak diubah jadi Kampung Dompak. Artinya tetap sama kampung perompak.

Versi kedua menyebutkan, di wilayah Dompak Seberang tepatnya di Kampung Dompak Lama adalah tempat persembunyian sekaligus tempat peristirahatan para perompak. 

Mereka adalah orang Tionghoa, sedangkan penduduk aslinya orang Melayu Kepri. Para perompak yang berada di daerah ini tidak menetap, dan mereka tak menganggu penduduk daerah itu dan daerah  sekitarnya. 

Penduduk asli selalu mewaspadainya. Saat mereka datang dari jauh, terdengar suara gongnya. Apabila mendengar gong itu, gadis-gadis Melayu penduduk asli langsung  masuk ke dalam rumah.

Lokasi persembunyian para perompak itu di hutan kayu bakau. Pada suatu hari, saat pimpinan perompak sedang tertidur, tiba-tiba dadanya ditimpa buah kayu bakau. Dia meraung kesakitan, dan membuat anak buahnya heran. Ia merasa ada firasat jelek. 

Kejadian ini pertanda kehadiran mereka tak disukai penduduk asli kampung itu. Kepala perompak tak lama  kemudian meninggal dunia. Anak buahnya memilih pergi dari kampung itu. 

Sebelum pergi, mereka memberikan informasi kepada penduduk kampung. Daerah ini takkan mereka tempati  lagi. Penduduk asli timbul gagasan atau ide untuk memberi nama kampung mereka, Kampung Dompak artinya kampung para perompak.

Penduduk asli Dompak adalah orang Melayu yang berasal dari Penyengat dan pulau-pulau di sekitar Pulau Bintan. Daerah pertama yang dihuni adalah kampung lama. 

Kampung ini jauh terisolir, maka penduduknya pindah ke kampung Dompak Lama. Dalam perkembangannya, penduduk juga pindah dan menyebar ke Tanjungsiambang, Dompak Seberang (Dompak Laut), dan Seijang (Dompak Daratan). Di Dompak Lama dan Dompak Seberang, penduduk Melayu berbaur dengan orang Bugis, Buton, Flores dan Tionghoa.

Sebelum terbentuk Kota Administratif Tanjungpinang, dulunya Dompak sebuah desa yang secara administrasi berada di wilayah Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kabupaten Kepri. 

Kini Dompak statusnya kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Bukit Bestari, Kota tanjungpinang. Wilayahnya mencakup seluruh Pulau Dompak dan Dompak daratan. (mat)

Loading...