Praktisi Kuliner Ini Kaget Setibanya di Bandara RHF, Alasannya…

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Amaliah dari Pusat Studi Makanan dan Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta diundang sebagai narasumber dalam Diskusi Kelompok Terpumpun Integrasi Pentahelix Pengembangan Ekonomi Kreatif di Provinsi Kepri, di Hotel Aston, Tanjungpinang, Selasa (27/11/2018).

Dalam pemaparan materinya pada diskusi yang diselenggarakan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Dinas Pariwiata Provinsi Kepri ini, Amaliah sempat menuturkan keterkejutannya saat turun di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjungpinang.

“Kok saya tidak melihat iklan atau promosi tentang kuliner Kepri, padahal daerah ini sangat dekat dengan Malaysia, Singapura dan mendapatkan perhatian cukup besar dari Kementerian Pariwisata untuk wisatanya,” tutur Amaliah yang kerap menghadiri acara makanan dan gizi di luar negeri.

Ia lantas memberikan contoh, di Yogyakarta pemerintah ikut membantu para pelaku usaha kreatif dengan mencetak brosur atau media promosi lain untuk memberikan gambaran kepada para wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Juga ada buku tentang kuliner yang menceritakan histori menu-menu bangsawan yang kini bisa dinikmati siapa saja.

Baca Juga:

Kejari Teliti Berkas Korupsi Rp 5 Miliar di Pembangunan Pelabuhan Dompak

Dua KAL Lengkapi Kekuatan TNI AL, Ini Dia Komandannya

Presiden Jokowi di Hari Korpri, Tinggalkan Pola Pikir Zaman Old

Hal yang sama juga dilakukan di Jepang. Amaliah pun menunjukkan contoh contoh promosi yang dia sebutkan kepada para peserta diskusi.

“Wisatawan mancanegara itu tak hanya datang, melainkan butuh cerita. Ini yang harus teman-teman ketahui,” kata Amaliah.

Stake holder harus terlibat dalam pengembangan kuliner suatu daerah, sebab masyarakat Indonesia tak pernah mendapatkan pendidikan pangan. Sebagai contoh, Amaliah menceritakan biasanya para pelaku kuliner tradisional kurang mempertimbangkan ukuran produk yang dijualnya. Kalau disajikan untuk turis dalam negeri, tentu harus dibedakan jika penikmatnya wisatawan mancanegara.

Membantu produk kuliner UKM juga bisa dilakukan dengan cara lain. “Contoh kecilnya, setiap kali ada rapat di UGM, kami selalu menggunakan snack atau makanan yang dibuat pelaku UKM lokal. Dan itu dibayar kontan,” sebutnya.

Terakhir, soal kemasan. Amaliah pun membawa banyak contoh kemasan produk ekonomi kreatif dari berbagai daerah. Kemasan yang menarik akan mampu mendongkrak harga jual produknya. (mat)

Loading...