Rio dan Sabar Ikhlas Uang Parkirnya Berkurang karena Pilkada

Loading...

Rio hanyalah tukang parkir. Meski lokasinya di Pasar Bestari, Bintan Centre, pasar basah yang selalu ramai. Tetap saja tak bisa disebut tajir, karena di lokasi ini ada 12 orang yang bekerja seperti dirinya. Lantas, bagaimana jika pasar sepi karena warga merayakan pesta demokrasi, Pemilihan Wali Kota/ Wakil Wali Kota Tanjungpinang 2018?

Ditemui Rabu, 27 Juni 2018, pukul 09.00 WIB, pemuda berambut agak gondrong dengan ciri khas mengenakan topi ini tengah berjalan-jalan di areal parkir pasar belakang, depan Pujasera Bintan Centre. Garis-garis pembatas parkir menyerong untuk mobil terlihat jelas, karena hanya ada beberapa mobil parkir.

Sabar menyadari rezeki parkirnya sudah diatur Tuhan. Meski sepi ia tetap bersemangat. F-man

Tempat parkir motor pun sama kondisinya. Memang ada belasan di sudut parkir yang dijaga Rio, namun apalah arti belasan unit jika dibandingkan yang parkir pada hari biasa. Toh agaknya Rio tak begitu peduli, padahal di telapak tangannya baru tergenggam rupiah yang tak terlalu besar.

“Saya sudah lima tahun lebih parkir di sini, Bang. Kalau coblosan macam hari ini, memang sepi,” tuturnya.

Justru bagi anak muda ini, sepinya keadaan digunakan untuk berpikir positif. Ia bisa lebih banyak waktu istirahat sambil bekerja. Sebagai tukang parkir, sudah jamak Rio harus jalan sana-sini, memberi aba-aba untuk mundur atau maju, belum lagi warga yang ngomel karena motornya nyenggol motor lain, dan sebagainya.

Di bagian pasar depan, Sabar juga melaksanakan tugas mulia hariannya. Tukang parkir. Di sini sepeda motor puluhan, lebih banyak daripada yang dijaga Rio.

“Ini sepi, Bang. Orang-orang antre untuk coblosan,” tuturnya sambil mengatur motor agar rapi.

Bagi Sabar, nama agaknya memiliki keterkaitan dengan sifatnya. Paling tidak bagi Sabar yang tukang parkir ini, ia percaya rezeki ada yang mengatur. Ia sama sekali ikhlas jika pada 27 Juni 2018 hasil parkirnya tak banyak.

Ia justru bersyukur jika nanti coblosan melahirkan pemimpin yang membuat kota yang ditinggalinya sekarang ini lebih baik. Sama seperti Rio, Sabar bahkan enam tahun menjadi tukang parkir di Pasar Bestari ini.

Menurut penuturannya, ia dan teman-temannya sesama tukang parkir sudah sepakat pukul 11.00 WIB pulang untuk melaksanakan hak pilihnya di dalam TPS.

“Pedagang juga tak sampai siang, Bang,” lanjutnya.

Tak jauh dari pasar, hanya dibatasi sebuah jalan, Gun bermain ponselnya. Ia duduk di kursi bersama seseorang. yang jelas seseorang itu bukan pembeli bakso dan mi ayamnya, karena mejanya kosong. Keduanya tampak sibuk dengan ponselnya masing-masing.

Gun menikmati sepinya pembeli bakso dan mi ayamnya dengan bermain ponsel. F-man

Penjual bakso yang menyewa teras sebuah ruko di depan Pasar Bestari, Bintan Centre ini sengaja mengurangi jumlah porsi untuk bakso dan mi ayamnya.

“Nggawe ora akeh, Mas. Jarena konco konco nek coblosan sepi. Yo memang sepi nyatane,” tutur Gun yang artinya buat (bakso dan mi) tak banyak, kata teman-teman kalau coblosan sepi. Nyatanya ya memang sepi.

Padahal, jam-jam ramai orang makan bakso dan mi ayamnya saat pagi. Dan kebanyakan yang menjadi langganannya adalah warga yang sering belanja ke pasar.

Rio, Sabar, Gun tahu 27 Juni coblosan. Jika uang yang masuk kocek berkurang dibanding hari normal lainnya, bagi mereka tak masalah. Mereka tahu. Mereka paham. Mereka ikhlas. Semuanya berdoa agar siapa yang terpilih menjadi pemimpin yang mampu mengemban amanat masyarakat. (man)

Loading...