Masa-masa Lebaran, Rezeki Para Penjual Bunga Kubur

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Dua hari menjelang Idul Fitri, belasan penjual bunga di luar Komplek Taman Pamakaman Umum (TPU) Batu 7, Tanjungpinang, mulai kebanjiran pembeli. Malam lebaran adalah puncaknya, karena banyak warga yang berziarah ke makam anggota keluarganya.

Sebenarnya, pada hari biasa mereka juga berjualan. Namun jumlahnya tak sebanyak menjelang lebaran tiba. “Sekarang puluhan penjual,” tutur Tiana, seorang warga yang mengawali berjualan kurang lebih 10 tahun silam kepada suarasiber, Sabtu (16/6/2018) sore.

Untuk memenuhi kebutuhan para peziarah selama empat hari, dua hari sebelum dan setelah lebaran, perantau asal Malang, Jawa Timur ini menyediakan 15 kilogram daun pandan. Belum bahan lain, yakni beragam bunga. Daun pandan itu dipotong kecil-kecil lalu dicampur bersama bunga.

Semuanya dimasukkan ke kantong plastik. Satu kantong harganya Rp5 ribu. Pada hari biasa, Kamis adalah hari paling sering ia mendapatkan hasil lebih. Hari-hari lain sepi, paling banyak belasan orang.

Permintaan mulai terjadi awal ramadan. Puncaknya malam lebaran. Menurut Tiana, dalam semalam itu ia bisa menjual sedikitnya 100 kantong bunga. Jika satu kantong Rp5 ribu, ia meraup Rp250 ribu di malam lebaran.

Selain bunga, para penjual juga menyediakan air putih lokal dari sumur dalam botol air minum kemasan. Per botol dijual Rp3 ribu.

Iwan, seorang peziarah mengatakan ia langganan bunga di sekitar TPU setiap tahun. Menurutnya, menjelang lebaran banyak warga yang berziarah ke makam leluhur atau anggota keluarga lain. Mereka membersihkan rerumputan, menabur bunga dan menyiramkan air serta berdoa.

Sayangnya, kebutuhan bunga untuk para peziarah menjadi kendala tersendiri. Penjual bunga lain yang berada di ujung TPU mengatakan, ia dan penjual bunga lainnya akan berburu bunga hingga ke rumah-rumah warga. Itu pun tak selalu membantu.

“Ada warga yang tak boleh bunganya kami beli,” tuturnya.

Di area TPU batu 7, para penjual bunga berderet di sisi kiri dan kanan jalan. Mereka menggunakan lapak meja kayu sederhana dengan payung di atasnya untuk menghindari panas agar bunga tak cepat layu. Mereka berjualan dari pagi hingga sore, kecuali masa lebaran, sampai malam hari. (mat)

Loading...