Tingkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Tasawuf

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Dosen Kebidanan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung (Unissula, Semarang memperkenalkan metode tasawuf untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja, belum lama ini.

Dosen yang terdiri dari Noveri Aisyaroh SSiT MKes, Sarjuni SAg MHum dan Sri Wahyuni SST MKeb melakukannya dengan cara pengabdian masyarakat melalui peer educator dengan metode tasawuf. Sekolah yang mendapat kunjungan mereka diantaranya SMP Islam Nudia dan SMP Kesatrian 2 Semarang, Jawa Tengah.

Kegiatan ini disokong dana hibah Kemenristekdikti melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) 2018, berlangsung 7 Maret- 2 Mei 2018, demikian rilis yang dikirimkan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) kepada suarasiber.com.

Menurut Noveri, sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan remaja. Ada banyak hal yang bisa dilakukan di sekolah untuk memulai perbaikan remaja.

Kegiatan PKM ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, berperilaku hidup bersih dan sehat, pemeriksaan Hb bagi siswa putri, pembentukan peer educator serta mengoptimalkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

“Semua itu bisa dilakukan dengan metode tasawuf. Caranya pendekatan yang menekankan pada dimensi esoteris ajaran Islam yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah sampai mendapatkan posisi yang sedekat-dekatnya,” beber Noveri.

Noveri yang juga ketua tim menambahkan, kesehatan reproduksi remaja tidak semata-mata secara fisik bebas dari penyakit atau kecacatan tetapi juga sehat secara mental serta sosial kultural.

Hal itu dilatar belakangi fenomena masa remaja merupakan periode transisi dari masa anak menuju ke dewasa, masa ini ditandai dengan percepatan perkembangan fisik tubuh, mental, emosional, psikososial, kognitif, dan perilaku.

Remaja seringkali dianggap sebagai periode kehidupan yang paling sehat. Namun, sebenarnya remaja perlu mendapat perhatian serius karena mereka berisiko mengalami bukan saja berbagai masalah kesehatan, remaja juga sering bermasalah dengan perilaku berisiko karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan, sehingga mereka masih perlu dibimbing oleh orang tua. (mat)

Loading...