Saat Pak Gubernur Menemukan Bahagia di Lapak Takjil

Loading...

Gubernur Kepri mengendarai sendiri mobilnya. Di sebuah lapak takjil, di kawasan Teluk Keriting, Tanjungpinang, ia menghentikan kendaraannya, turun dan berbagi kebahagiaan bersama para ibu rumah tangga.

***

Mengenakan kopiah putih bermotif segitiga kecil, baju koko warna ungu gelap, lelaki berkacamata dan berkumis tebal ini hangat menyapa warga yang sore itu, Ahad (27/5/2018) berdesakan di depan lapak takjil milik Ijah.

Sebenarnya lapak ini sehar-hari juga buka. Bedanya saat Ramadan jam sibuknya pas menjelang sore hingga maghrib kurang belasan menit, seperti saat Gubenur datang.

Kehadiran Gubernur yang tiba-tiba, juga mengagetkan warga secara tiba-tiba. Apalagi tanpa kikuk Gubernur mereka memilih berdiri di samping Ijah, di belakang lapak jualan. Nurdin memosisikan dirinya layaknya pedagang.

“Beli apa, Bu?” tanya Nurdin kepada ibu-ibu rumah tangga yang berebut menyalaminya.

Sesaat kemudian ia menyapa dengan tawaran belanja, “Kue? Air?”

Sejurus kemudian Gubernur pun menawarkan diri membungkus kue yang dibeli. “Mau kue yang mana, Bu? Sile pilih biar saya bungkuskan,” begitu tutur Nurdin, membuat ibu-ibu rumah tangga senang dan bahagia.

Selama ini, mungkin mereka hanya tahu Sang Gubernur Kepri dari foto atau saat mengikuti sebuah kegiatan. Namun untuk bersalaman, tentu tidak semua ibu rumah tangga yang sore itu memburu takjil membayangkannya. Gubernur dan warga biasa, sebuah strata yang jauh berbeda. Mungkin kalau Pak RT atau Lurah, masih seringlah mereka melihatnya, menyapanya.

Begitulah Nurdin sore itu. Ia tak menginginkan jarak, jika ia adalah pemimpin tertinggi di Provinsi Kepri. Agaknya, Nurdin juga merasakan hal yang dirasakan ibu-ibu rumah tangga. Senang dan bahagia.

“Berbaur dengan masyarakat menjelang berbuka sungguh menyenangkan,” aku Nurdin.

Pada intinya, Nurdin ingin sebisa mungkin menyempatkan waktu berdekatan dengan masyarakat Kepri. Dan menjelang berbuka, ia banyak menemukan kerumunan warga di tempat-tempat penjualan takjil.

Dengan cara seperti itu, ia mendapatkan masukan. “Juga saran dari masyarakat dalam pembangunan Kepri,” imbuh Nurdin.

Sore itu Nurdin adalah manusia yang butuh sosialisasi. Berdekatan dengan warganya bukanlah kesempatan yang bisa dilakukannya setiap saat, ia memanfaatkan momen tersebut secara maksimal.

Melihat antusias ibu-ibu rumah tangga berebut membeli takjil, Nurdin pun memborong kue yang ada di lapak Ijah. Ludes. Habis. Padahal belum pukul 17.00 WIB. Kue dan aneka panganan itu dibagikannya ke warga yang sedang berbelanja takjil.

Melihat masih ada warga yang belum kebagian, Nurdin pindah ke lapak di sebelah lapak Ijah. Dan Gubernur memborong air buah, pecel bahkan pedagang nasi padang pun kecipratan rezeki Ramadan. Semuanya terlihat suka cita.

Rasa kue atau jajanannya pasti sama dengan hari-hari kemarin. Ukurannya, warnanya, beratnya tentu tidak berbeda. Namun yang membuatnya berbeda pada sore itu ialah, makanan itu dibeli oleh seorang Gubernur.

Begitulah Nurdin Basirun. Selain memborong takjil, ia dengan ramah membalas sapaan warga. Setiap tangan yang terulur, disambutnya, digenggam. Itulah jabat tangan yang tulus dari rakyat kepada pemimpinnya.

“Alhamduillah Pak Gubernur datang, keberkahan juga datang mengiringi,” ujar Ijah yang bisa pulang ke rumah lebih awal. Dipandanginya kotak-kotak plastik tempat kue dan panganan lain yang kosong. Ijah tersenyum.

Seorang warga, Asni yang mendapatkan takjil gratis dari Pak Gubernur juga sesemringah Ijah. Asni senang Gubernur sudah mau datang, bersalaman dengan warga. Asni juga senang Pak Gubernur memborong takjil yang dibagikan warga.

Selarik doa baik diucapkannya, “Semoga Pak Gubernur sehat selalu serta murah rezekinya.” (man)

Loading...