KM Bukit Raya Sudah Terlalu Letih…

Loading...
Mendesak untuk Menyiapkan Penggantinya

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Putra Kelarik, Bunguran Utara, Natuna, Drs H Abdul Kadir Ibrahim, MT, menilai KM Bukit Raya sudah terlalu letih. Letih! Karena sudah sekitar 20 tahun melayari rute Pulau Tujuh. Khususnya rute Tanjungpinang – Natuna.

Karena sudah letih, kata Abdul Kadir Ibrahim yang akrab dengan sapaan Akib, pemerintah harus segera mengganti KM Bukit Raya. Yang sudah banyak berjasa selama 20 tahun meniti laut Natuna.

“Apalagi jika pemerintah menyadari dan memikirkan, bahwa Natuna (Pulau Tujuh), adalah bagian wilayah inti NKRI yang tranportasi utamanya adalah kapal. Maka tidak ada alasan apapun untuk tidak segera menyiapkan kapal pengganti Bukit Raya,” kata Akib menjawab suarasiber.com, Minggu (20/5/2018).

Abdul Kadir Ibrahim, saksi perjalanan KM Bukit Raya yang kini disebutnya sudah letih. F-ist

Menurut Akib, idealnya kapal yang melayari jalur ke Pulau Tujuh harus yang elok, laik dan layak.

“Saya secara pribadi sebagai orang Natuna melekat sekali kepedihan, dan kesusahan semasa sekolah dulu menumpang kapal perintis yang sedemikian sederhana,” imbuh Akib, yang kini menjabat sebagai Sekretaris DPRD Kota Tanjungpinang.

Melekat pula, ujarnya, kenangan semasa tiga tahun 1995-1998 bertugas di Midai, menumpang KM Awu, dan kemudian KM Bukit Raya.

Ditambahkannya, pemerintah bukan hanya ditunggu keseriusan, dan kesigapan mengganti KM Bukit Raya dalam kesempatan pertama. Tetapi juga menambah jumlah kapal yang laik dan layak.

“Saya ingat betul ketika sekolah dulu, ada pelesetan kapal yang melayari laut Pulau Tujuh itu ibarat jong sabut. Tapi sudahlah. Itu masa lampau. Kita sudah lebih 70 tahun merdeka,” tukas mantan wartawan Harian Riau Pos ini.

Kini, tol laut tengah dielu-elukan, dipekik-pekikkan, dan digembar-gemborkan. Akan tetapi, orang-orang Natuna di rantau yang tahun ini hendak mudik lebaran tengah kebingungan. “Nak naek ape?”

Karena, tutur Akib, jumlah hari libur yang tersedia tidak cukup untuk melaksanakan mudik dengan kapal.

“Karena kapalnya sungguh terbatas! Hendak mudik dan pulang di waktu yang lainpun terpaksa mengurut dada, tak bisa!” tegas Akib.

“Amboi kapal ke Natuna tak setegak lurus dengan kemajuan pembangunan jalan. Atau sarana transportasi darat terutama di Pulau Jawa,” ucapnya sedih.

Ah terasa lucu negeri ini, ucap Akib, negeri bahari, maritim, sebagian besar dan luas wilayahnya lautan (kepulauan). Tapi transportasi utamanya hanya kapal yang sudah sekitar 20 tahun melayarinya.

“Kita tunggu keseriusan perbaikan, dan kecukupan transportasi laut ke dan dari Natuna. Merdeka!” pekik Akib. (mat)

Loading...