Gentong: Jangan Biarkan BTI Mati Pelan-pelan

Loading...
Lulusan Bintan Tourism Institute (BTI) Diakui Industri Pariwisata Dunia (3-Habis)

Rifwandi, Chamaroel Zaman alias Irul hanya dua dari ratusan budak Bintan lulusan diploma satu Bintan Tourism Institute atau BTI (sebelumnya menyandang nama Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Bintan ) yang sukses menapak jalan hidup.

Sigit Rachmat – Tanjungpinang

Sayang, sejak 2015 lalu, Pemkab Bintan tak lagi memberikan beasiswa untuk lulusan SMA di Bintan yang berprestasi namun tak punya uang untuk kuliah di BTI. Padahal, Rifwandi, Irul dan lulusan BTI lainnya kini menyebar di hotel, resor dan kapal pesiar di berbagai belahan dunia.

Sosialisasi juga dilakukan di kampung lain, seperti di Kelurahan Sei Lekop, Kijang. F- sahidbintaninstitutetourism.blogspot.co.id/

Bukan hanya sebagai pelengkap, kuli kasar atau buruh rendahan. Beberapa sukses menempati posisi manajer, personalia bahkan direktur pemasaran. Begitu juga dengan hampir semua hotel dan resor di Lagoi, masih percaya kemampuan lulusan BTI saat penerimaan tenaga kerja.

Saat berita ini ditulis, ada lagi budak Bintan lulusan BTI yang tengah mengurus visa karena mendapatkan panggilan bekerja di sebuah industri pariwisata di Kanada. Namanya Ridho. Kisah hidup tentangnya akan ditulis terpisah di suarasiber.com. Saat ini ia tengah sibuk mengurus keperluan dan dokumen keberangkatannya.

Seberapa hebatkah BTI?

Mari kita kaji dahulu kualitas dari ijazah yang dikeluarkan setiap tahun. Ternyata ijazah diakui oleh ACCS (Asean Common Competency Standart). Pada tataran negara ASEAN dan Australia, lulusan BTI diakui memiliki standarisasi perhotelan dan kepariwisataan.

Suarasiber.com mencoba mengetikkan kata, Ignatius Haryadi pariwisata. Dalam hitungan waktu 0,57 detik ditemukan hasil penelusuran Google Search sejumlah 13.000 kata. Saat diketikkan STP Sahid Bintan, keluar hasil 6.630 pencarian dalam waktu 0,62 detik. Dan hasil pencarian Google mencapai 83.700 kata dalam waktu 0,54 detik saat diketikkan Bintan Tourism Institute.

Warga Desa Kelong, Kecamatan Bintan Pesisir mendapatkan penjelasan mengenai BTI. F-sahidbintaninstitutetourism.blogspot.co.id/

Menyoal Ignatius Haryadi, sengaja susrasiber.com tambahkan pariwisata karena Ketua BTI ini ternyata salah satu tokoh pariwisata di Indonesia. Dikutip dari postingan Suyono Saeran di linimasa Facebooknya tanggal 8 Februari 2017 silam, lelaki ini salah satu dari dua orang di Indonesia yang mengantongi sertifikat CHT (certificate hotel trainer) yang dikeluarkan oleh AHLA Amerika Serikat. Satu orang lagi yang mengantongi sertifikat CHT adalah mantan Menteri Pariwisata Kabinet Gotong Royong I Gede Ardhika.

Dalam keterangannya kepada haluankepri.com, Kamis (9/2/2017), Ignatius menjelaskan sekolah yang berdiri sejak 2013 BTI mendapatkan hibah bangunan lahan SMAN 1 Bintan. Pihaknya juga mendapatkan kucuran dana dari Pemda Bintan menggunakan APBD Bintan 2013.

“Bangunan mess, penginapan untuk mahasiswa dari pulau-pulau, maupun yang tempat asalnya jauh, juga dibiayai dari APBD Bintan,” kata Igantius.

Subsidi dari Pemda Bintan selama ini berupa bantuan beasiswa pendidikan yang besarnya Rp17,5 juta per tahun setiap mahasiswa juga. Jumlahnya 100 orang. Namun, subsidi tersebut dihentikan. “Syukurlah beberapa perusahaan dan perhotelan membantu dengan dana corporate social responsibility (CSR),” kata Ignatius kala itu.

Secara terpisah, Anggota DPRD Bintan dari Fraksi Golkar Hasriawady yang dmintai tanggapannya suarasiber.com, Selasa (8/5/2018) membenarkan kesusahan yang dialami BTI saat ini. Dia sendiri sudah berulang kali mencoba agar anggaran bantuan untuk BTI bisa mengalir kembali, tapi sampai saat ini usahanya mentah.

Hasriawady, Anggota DPRD Bintan dari Fraksi Golkar. F-ist

“Padahal kampus BTI terbukti mampu mengubah nasib banyak anak-anak nelayan, anak-anak pesisir, anak-anak pulau. Alumninya tidak ada yang nganggur. Bahkan sebagiannya sudah melanglang buana keluar negeri,” tutur Hasriawady yang akrab disapa Gentong dengan nada getir.

Nadanya semakin getir, menyimak eksistensi profesor yang memimpin lembaga itu. “Di usianya yang sudah nyaris 80 tahun, beliau masih mau mengabdikan diri untuk anak-anak Bintan.”

Jika mau sejuta cara bisa ditempuh, jika tidak mau sejuta alasan jadi alibi. Apapun alasan yang membuat kampus BTI tidak lagi mendapatkan bantuan dari APBD Bintan, harusnya dicarikan solusinya. Bukan dibiarkan mati pelan-pelan.

“Berat. Tapi kita akan terus berupaya. Agar kampus yang sudah.terbukti mampu mengubah nasib anak-anak pulau ini bisa tetap eksis,” tukas Gentong.

Sebab, Bintan, tegas Gentong, identik dengan pariwisata modern yang akan terus berkembang. Jangan sampai ke depannya anak-anak Bintan jadi penonton, karena tak punya skill bekerja di industri pariwisata di kampung halamannya sendiri.

Melihat kenyataan itu, suka tidak suka harus diakui, bahwa kualitas kampus BTI mampu mencetak tenaga profesional di industri pariwisata. Suka tidak suka harus diakui, bahwa kampus BTI mampu mengubah nasib anak nelayan miskin menjadi orang berpunya dengan cara yang terhormat.

Fakta lain bahwa pendapatan asli daerah terbesar Bintan berasal dari industri pariwisata. Maka, sudah sepatutnya para pejuang aspirasi rakyat memerjuangkan peningkatan kualitas kampus BTI. Sehingga mampu mengubah nasib anak-anak Bintan menjadi Irul atau Rifwandi lain.

Akankah anak-anak Bintan masih bisa mendapatkan brosur seperti ini tahun-tahun mendatang? F-sahidbintaninstitutetourism.blogspot.co.id/

Barangkali tidak perlu harus seperti mereka, di Bintan saja cukup. Karena daerah ini sudah punya industri pariwisata kuat.

“Harapan saya seperti itu. Sayang sekali jika kampus saya tercinta di swicht off,” tulis Irul melalui WhatApp kepada suarasiber.com.

“Tak pernah membayangkan jadi seperti ini,” sambungnya, Sabtu (6/5/2018).

Dari blog sahidbintaninstitutetourism.blogspot.co.id, BTI adalah kampus pariwisata yang unik karena sosialisasi keberadaannya justru tidak hanya dilakukan di SMA-SMA. Para dosen dan staf pengajarnya tak ragu mengadakan sosialisasi di kantor-kanto desa, kantor kecamatan.

Akankah BTI suatu saat hanya menjadi kenangan? Sementara dunia pariwisata menjadi salah satu andalan negeri ini untuk mengundang decak kagum turis mancanegara. Menyedihkan, apalagi Kepri tengah mendapatkan sokongan penuh dari pemerintah pusat untuk dunia pariwisatanya.

Pemkab Bintan seharusnya paham hal itu. Semestinya. ***

Loading...