Anak Buruh Pasar Jebol Bidik Misi Teknik Nuklir UGM

Loading...

Bagi Tanti Hendita Sari yang lahir di Gembong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tercipta sebagai orang miskin harta tak harus miskin prestasi dan cita-cita. Dan Tanti membuktikannya. Anak sulung dari dua bersaudara itu mampu jebol program bidik misi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, jurusan yang sangat langka yaitu teknik nuklir.

Moh Priyo Utomo – Kontributor Pati, Jawa Tengah

Selain di UGM, jurusan ini hanya ada di Universitas Indonesia (UI) dan Malaysia . Malaysia sendiri baru membuka perkuliahan jurusan tehnik nuklir tahun 2012.

Supar, ayahnya hanya mengenyam pendidikan kelas 3 SMP dan berprofesi sebagai buruh penjual daging sapi di Pasar Gembong. Sementara Paini sang ibu yang juga lulusan SMP menerima jahitan agar beban sang ayah menjadi lebih ringan.

Baca juga Yahya, Budak Pinang yang Berjaya di Maldives

Berprofesi sebagai buruh, sang ayah harus bekerja tidak kenal waktu. Sesaat setelah azan subuh berkumandang pria yang rambutya mulai dihiasi uban itu sudah mandi keringat memotong dan menimbang daging sapi pesanan pembeli. Aktivitas itu akan berhenti setelah pasar sepi sekitar pukul 12.00WIB siang.

Menjelang pulang, atas kemurahan hati sang bos, Supar membungkus sangat sedikit daging sapi. Sedikit daging sapi itulah yang menjadi lauk andalan keluarganya. Sejujurnya sedikit daging itu tak cukup untuk lauk makan 3 kali sehari. Agar cukup, Paini sang ibu mengakalinya dengan mengoleskan garam dapur lebih banyak. Memang terasa lebih asin, namun dengan sedikit gigitan, daging sapi lebih terasa. Sebagai selingan agar tak bosan dengan lauk daging sapi, sang ibu mengolah tempe atau tahu.

Prestasi yang ditorehkan Tanti sejak bangku SD membuat Supar dan Paini tidak minder bergaul dengan orang lain yang lebih berkecukupan.

Baca juga Dulu Anak Nelayan Miskin Kini Senior Bartender di Maldives

“Prestasi Tanti menambah kebanggaan kami. Mungkin mereka memiliki uang lebih, tapi saya juga memiliki anak berkemampuan lebih,” ujar Supar sambil menyunggingkan seyum di bibirnya, saat berbincang dengan suarasiber.com, kemarin.
.
Apakah lauk daging sapi kebanyakan garam yang membuat Tanti secerdas itu? Supar mengangkat bahunya sambil tertawa. Yang pasti, sejak diterima di SMA N 1 Pati, Tanti rajin puasa sunah Senin dan Kamis. Selain itu, setiap akan memulai belajar, putrinya selalu menyempatkan diri membaca ayat suci Alquran. Bahkan, saat orang lain masih tertidur pulas, Tanti sudah bangun untuk salat Tahajud sampai tiba waktu Subuh. Usai subuh belajar sebentar, kemudian persiapan berangkat sekolah.

Meski memiliki sepeda motor tua yang masih layak digunakan, Tanti memilih berdesak-desakan di angkutan umum. Padahal jarak dari rumahnya ke sekolah sekitar 13 kilometer. Program full day school yang diterapkan SMAN1 Pati dimana siswa baru bisa meninggalkan sekolah setelah pukul 15.00 WIB membawa kesulitan tersendiri bagi Tanti.

Baca juga Rifwandi, Budak Bintan Pesisir yang Kini Koki Royal Caribbean Cruises

Dia harus berjalan sekitar 2 kilometer ke tempat mangkal angkutan umum. Kalau lagi mujur, dia akan menemukan angkutan umum arah rumahnya yang lewat. Namun, seringnya dia menunggu satu atau dua jam baru menemukan angkutan yang lewat. Atau kalau tidak ada angkutan, dia menelpon ayahnya agar dijemput.

Meski hidup serba terbatas, berbagai prestasi pernah digenggamnya.Langganan juara kelas sejak kelas 1 SD sampai kelas 3 Mts ini juga meraih juara pertama olimpiade matematika tingkat SLTP Kabupaten Pati.

Saat inipun menurut Paini, Tanti menunjukkan prestasi yang mumpuni. Dari 50 mahasiswa tehnik nuklir UGM seangkatannya, Tanti mampu meraih prestasi 10 besar.

Kepada generasi muda pembaca suarsiber.com, Tanti berpesan,”Jangan minder walau berasal dari keluarga miskin. Belajar yang rajin dibarengi doa dan jangan takut salah, segera evaluasi diri untuk menggapai cita-cita.” ***

Loading...