Inflasi Tanjungpinang Terendah Ketiga Se-Sumatera

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Tingkat inflasi di Kota Tanjungpinang per Januari 2018 berada pada level 0,18 persen dan masuk dalam peringkat ketiga terendah regional Sumatera.

Angka inflasi Kota Tanjungpinang tersebut melebihi ekspetasi dan target inflasi yang ditetapkan pemerintah, yakni berada dalam kisaran 2,5 sampai dengan 4,5 persen.

Hal tersebut terungkap dalam rapat koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Tanjungpinang di kantor Wali Kota Tanjungpinang, Kamis (15/2/2018).

Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Penjabat Wali Kota Tanjungpinang H Raja Ariza, dan dihadiri oleh Sekda Tanjungpinang selaku Ketua TPID Drs Riono, perwakilan Bank Indonesia Perwakilan Kepri, Kepala BPS Kota Tanjungpinang, unsur akademisi, perwakilan Polres Tanjungpinang, dan unsur pemerintahan lain yang tergabung dalam keanggotaan TPID Kota Tanjungpinang.

Menurut Drs Riono, rendahnya angka inflasi Kota Tanjungpinang per Januari 2018 itu disebabkan oleh adanya penurunan harga pada sejumlah komoditi yang dijadikan indikator penghitungan tingkat inflasi. Beberapa komoditi yang mengalami deflasi tersebut antara lain cabai merah kering, beberapa jenis sayur, minyak goreng, dan gula pasir.

“Jika kondisi seperti saat ini bertahan, kita memprediksikan pada bulan Februari 2018 Kota Tanjungpinang akan mengalami deflasi sekitar 0,1 persen. Tentunya kita akan melakukan berbagai upaya dan tindakan agar angka inflasi Tanjungpinang terus berada pada level yang wajar,” ungkap Riono.

Lebih jauh, rapat TPID Kota Tanjungpinang juga menghasilkan beberapa rekomendasi penting yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah Kota Tanjungpinang dan instansi vertikal terkait di dalamnya dalam menghadapi bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri tahun 2018.

Untuk mencegah terjadinya kenaikan harga secara drastis pada beberapa bahan kebutuhan di luar batas kewajaran atau daya beli masyarakat, pemerintah Kota Tanjungpinang kembali akan mengadakan koordinasi kepada para pemilik rumah potong sapi, dan distributor bahan kebutuhan pokok.

Pada umumnya kenaikan harga bahan kebutuhan pokok disebabkan oleh faktor ketersediaan bahan pokok. Fakta lain bahwa Tanjungpinang bukan daerah produsen bahan kebutuhan pokok, membuat pemenuhan kebutuhan pokok di Tanjungpinang sangat bergantung kepada daerah lain atau bahkan luar negeri.

Kondisi inilah yang akan menjadi fokus perhatian pemerintah Kota Tanjungpinang untuk mengendalikan inflasi pada hari-hari besar keagamaan.

Sementara Raja Ariza mengatakan bahwa perekonomian Kota Tanjungpinang dipengaruhi oleh 2 sektor. Yakni sektor pemerintah dan swasta.

Dari sektor pemerintah, ia menyatakan bahwa keterlambatan penggunaan APBD menyebabkan lemahnya perputaran uang di daerah.

Oleh sebab itu, Raja Ariza mengharapkan agar OPD di lingkungan pemerintah Kota Tanjungpinang segera melaksanakan program dan kegiatan yang telah dianggarkan dalam APBD Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2018.

Riono menambahkan, persediaan beras, gula, dan minyak goreng untuk Kota Tanjungpinang masih stabil. Di gudang Bulog saat ini, persediaan beras dalam kemasan 5 kilogram masih tersedia sebanyak 200 ton, gula pasir kemasan 1 kilogram 315 ton, dan minyak goreng kemasan 1 liter sebanyak 3.796 liter.

“Belum ditambah dengan persediaan yang dimiliki distributor swasta. Intinya, tidak ada gangguan atau kekhawatiran terhadap pemenuhan bahan kebutuhan pokok di Tanjungpinang,” jelas Riono. (mat)

Loading...