Ratusan M untuk Riau dari Festival Bakar Tongkang

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Riau umumnya, dan masyarakat Rokan Hilir (Rohil) khususnya, mendapat manfaat ekonomi dari Festival Bakar Tongkang. Puncak festival dilaksanakan, Rabu (19/6/2019), dan dihadiri hingga sekitar 75 ribu turis.

Jika seorang turis menghabiskan Rp500 ribu sehari, berarti ada sekitar Rp37,5 miliar uang yang beredar dalam satu hari. Yang berarti sekitar Rp100 miliar dalam 3 hari. Dan, uang itu langsung beredar di masyarakat.

Apalagi, mereka sudah datang sejak sekitar sepekan sebelum acara dilaksanakan. Dan, tak hanya datang dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri. Seperti, dari China, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand dan lainnya.

Sehingga, nyaris semua hotel, dan penginapan penuh selama berhari-hari. Restoran, rumah makan, kedai-kedai suvenir sampai penjual perlengkapan berdoa di kelenteng sibuk melayani pembeli.

Dampak Positif untuk Masyarakat Riau

Bahkan, penarik becak pun ikut sibuk memenuhi permintaan turis. Mereka juga ikut menikmati cipratan rezeki dari Festival Bakar Tongkang.

Semakin banyak turis yang datang, akan semakin besar pula dampak ekonominya bagi masyarakat. Apalagi, festival yang sebenarnya sederhana itu terbukti mampu menyedot kunjungan turis.

Itu sebabnya, Ketua Pelaksana Top 100 Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia Kemenpar Esthy Reko Astuti, menilai festival ini sebagai ritual budaya yang sukses. Dan, mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Baik langsung atau tidak langsung.

Sebagaimana dirilis di kemenpar.go.id, Esthy, mengatakan festival ini membuktikan, bahwa sektor pariwisata mampu menyejahterakan masyarakat di Riau. Dampaknya lebih besar daripada sektor lainnya. Termasuk dari sektor migas.

100 Persen dari Iuran Warga

Dikutip dari berbagai sumber, festival yang sudah mendunia ini, sudah berlangsung sejak sekitar 135 tahun yang lalu. Pembakaran replika tongkang yang menghabiskan dana hingga sekitar setengah miliar rupiah ini, nyaris tanpa campur tangan pemerintah.

Dananya juga seratus persen dari iuran warga Tionghoa setempat. Peran pemerintah dalam acara ini, sebatas memberikan keamanan, dan ketertiban.

Festival bakar tongkang di Bagan Siapi-api, Rohil, Riau ini, sudah jadi tradisi yang dilaksanakan sekitar 135 tahun yang lalu. Mereka memang datang merantau dari Fujian, China ke Bagan Siapi-api sejak ratusan tahun lalu.

Untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik, dan lokasi yang didarati, yang kini bernama Bagan Siapi-api ternyata berlimpah ikan. Sebagai rasa sukur, mereka membuat ritual membakar tongkang. Yang terus dilaksanakan sampai sekarang.

Penghasil Ikan Terbesar di Dunia

Beberapa dekade lalu, nama Bagan Siapi-api, dan Riau, mendunia karena hasil ikannya yang berlimpah. Bahkan, sempat tercatat sebagai tempat penghasil ikan kedua terbesar di dunia.

Tak cuma ikan, Bagan Siapi-api juga dikenal sebagai penghasil terasi terbesar di dunia. Pusatnya ada di Pulau Halang, yang berjarak beberapa mil dari Bagan Siapi-api. Ada ratusan industri terasi di Pulau Halang sampai tahun 1990-an

Meski demikian, hingga tahun 1990-an, Bagan Siapi-api tidak bisa ditempuh dengan jalan darat. Transportasi satu-satunya hanya melalui laut, bisa dari Dumai atau dengan melayari Sungai Rokan.

Bagan Siapi-api baru lepas dari keterisolirannya sejak adanya UU Otonomi Daerah. Yang ditandai dengan pemekaran Kabupaten Kampar. Bagan Siapi-api membentuk kabupaten sendiri, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. (mat)

Loading...