Saatnya PT INKA Belajar Merancang Kereta Cepat

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir berpesan agar PT Industri Kerata Api (INKA) terus berinovasi. Di usianya ke-38, PT INKA sudaah saatnya belajar membuat kereta api cepat.

Nenristek mengapresiasi capaian PT INKA yang mampu memproduksi kereta api konvensional untuk diekspor. Hal ini disampaikan menteri saat audiensi dengan jajaran direksi PT INKA, Selasa (7/5/2019), seperti dilansir dari ristekdikti.go.id.

Petinggi PT INKA yang hadir ialah Direktur Produksi PT Industri Kereta Api (Persero) Bayu Waskito Sudadi, SM Manager Perencanaan Perusahaan Adib Ardian dan Manager Perwakilan Jakarta, Bandi. Pertemuan dilaksanakan di Gedung Kemenristekdikti.

“Kita apresiasi capaiannya di usia ke-38 tahun, PT INKA mampu mengekspor car body kereta. Artinya kita mampu bersaing dengan negara lain. Tinggal meningkatkan kualitas dan mutu. Artinya jika selama ini kita hanya bisa bersaing dalam produksi kereta konvensional, ke depan perlu meningkat. Kita harus belajar terus dalam produksi kereta cepat,” bebernya.

Menurut Menteri, saat ini teknologi kereta cepat sudah mulai dipakai oleh beberapa negara dunia. Seperti China, Jepang, Spanyol hingga Jerman yang sudah terlebih dahulu mampu memproduksi dan menggunakan teknologi kereta cepat, baik MRT dan juga LRT.

Begitu juga di Indonesia, saat ini sudah beroperasi Moda Raya Terpadu (MRT) dan LRT. Dikatakannya, moda transportasi kereta api bisa menjadi salah satu solusi kemacetan di kota besar.

“Apa yang kita (Kemenristekdikti:red) lakukan? kita membuat Rencana Induk Riset Nasional, diantaranya di bidang transportasi,” ulasnya.

Nasir juga menyebutkan pihaknya bakal mensinergikan antara perguruan tinggi dan industri, terutama dalam hal melakukan riset. Disebutkan Nasir, sinergi antara pendidikan dan industri sangat penting.

Dia melihat selama ini keduanya berjalan masing-masing. Menurutnya perlu ada kombinasi riset dengan perguruan tinggi yang juga melibatkan perusahaan dibawah BUMN. Sehingga upaya pengembangan bisa berintegrasi.

“Kolaborasi antara dosen, mahasiswa dan industri ini harus bersinergi. Kita tidak ingin mahasiswa yang akan digunakan industri tapi tidak paham industri,” terangnya.

Khusus mengenai riset kereta cepat. Nasir tak ingin riset dilakukan dari awal. Akan tetapi melakukan reverse engineering. Hal ini agar tidak jauh tertinggal dengan negara lain.

“Kita tidak ingin riset dilakukan dari dasar, karena negara lain sudah punya duluan. Yang diperlukan reverse engineering, makanya langkah awal adalah kita harus menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk pemeliharaan. Sehingga ketika kereta datang kita sudah siap,” katanya.

Selain itu, Nasir juga menyoroti mengenai penggunaan energi yang bergantung pada Bahan Bakar Minyak (BBM). Pemakaian BBM memiliki cost yang tinggi. Untuk itu, pihaknya juga mendorong dalam upaya mengkonversi energi. Salah satunya penggunaan energi listrik.

Masalah lainnya, Nasir juga ingin agar PT INKA bisa mengurangi kebisingan dalam penggunaan moda kereta api. Agar bisa membuat nyaman penumpang. Menurutnya, masalah utamanya adalah pada line kereta api.

“Kedepan riset BPPT dan lembaga lain. Apakah rel kereta yang ada sudah cukup mumpuni atau tidak. Masalah line, karena rel Indonesia tidak ada yang lain hanya memiliki lebar rel 1 meter. Sehingga kecepatan maksimum hanya 120 km per jam. Ini perlu peralihan dari Nero ke standar yang kecepatan maksimum 250-300 km,” pungkasnya. (man)

Loading...