Mau Tahu, Siapa Pendiri Media Online Pertama di Kepri?

Loading...

Di tengah gegap gempita perkembangan media online saat ini, rupanya publik pembaca mulai mempertanyakan sejak kapan media online terbit pertama kali di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) dan siapa pula pendirinya?

Di sebuah kedai kopi di depan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanjungpinang, Selasa (9/4/2019), saya mendengar langsung pertanyaan itu dari seorang pria paruh baya yang terlihat asyik bercengkrama dengan teman-teman seusianya.

Sambil menyeruput kopi dengan android masing-masing di tangan, mereka membahas topik tentang perkembangan media online di tanah air, khususnya di Kepri dan mudahnya seseorang mengaku-ngaku sebagai “wartawan”.

“Pada awal reformasi, kita cuma mengenal detik.com dan kompas.com yang berkantor di Jakarta. Sekarang, di Kepri saja sudah ada ratusan media online. Kita pun tak tahu dimana kantornya dan siapa wartawannya,” celoteh pria paruh baya itu.

Entah kenapa, otak saya langsung merekam semua percakapan mereka. Naluri jurnalistik saya langsung bekerja merangkai sejarah perjalanan media online dan masa depan media cetak di Kepri. Saya seperti kembali ke era tahun 2000-an.

Saya membayangkan bagaimana mengawali pendirian sebuah media online pertama di Kepri yang saat itu masih menginduk di Provinsi Riau. Maklum, status Kepri pada waktu itu masih kabupaten yang membawahi Tanjungpinang, Bintan, Karimun, Natuna, Lingga dan Anambas.

Saya sendiri masih bekerja sebagai wartawan Surat Kabar Mingguan (SKM) GeNTA Biro Kepri dan menulis di beberapa koran mingguan dan majalah bulanan yang terbit di Pekanbaru dan Jakarta. SKM GeNTA adalah koran daerah tertua di Riau yang terbit pertama kali pada tahun 1978.

Maklum, pada awal masuknya era reformasi yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor : 40 Tahun 1999 tentang Pers, media cetak terbit dimana-mana. Baik koran mingguan, majalah bulan hingga koran harian.

Di era orde baru sekitar tahun 1997, hanya ada dua koran daerah yang beredar di wilayah Riau yang membawahi seluruh wilayah Kepri, yakni SKM GeNTA yang terbit di Pekanbaru dan Harian Sijori Pos (sekarang Batam Pos) yang terbit di Batam.

Kantor Diobrak-abrik

Jadi, tak heran dimana ada acara Bupati Kepri, Abdul Manan Saiman, saya dan wartawan Sijori Pos pasti ada di situ. Hingga pada suatu hari pada tahun 1998, kantor SKM GeNTA di Jalan Sambu No. 17 Perumnas Sei Jang diobrak-abrik sejumlah preman.

Saya yang kebetulan sedang membuat berita sendirian di kantor, hampir mati dikeroyok preman. Penyebabnya, karena berita saya dengan judul “Judi Sie Jie Marak di Tanjungpinang” headline di SKM GeNTA dan beredar di kantor DPR RI di Jakarta.

Berita tentang penyerangan kantor SKM GeNTA dan penganiayaan wartawannya memantik simpati dari sejumlah pejabat sipil dan militer di Kepri. Tak terkecuali Bupati Kepri, Abdul Manan Saiman, Kapolres Kepri Timur, Letkol Pol Surya Dislan dan Komandan Kodim 0315/Kepri, Letkol Inf Tengku Milwan.

Dari kasus inilah, nama saya dikenal di kalangan pejabat Riau dan SKM GeNTA makin diperhitungkan. Bayangkan, sejak kasus itu mencuat, oplah SKM GeNTA di Kepri yang semula hanya 250 eksemplar, langsung naik jadi 500 eksemplar.

Suatu hari pada akhir tahun 2000, Redaktur Pelaksana SKM GeNTA, Dahri Maulana menghubungi saya di Tanjungpinang. Ia mengabarkan sudah pindah jadi redaktur di Harian Sijori Mandiri (sekarang Haluan Kepri) di Batam.

“Dy, abang sudah pindah jadi redaktur di Sijori Mandiri di Batam. Di Tanjungpinang, kami kekurangan wartawan. Tolong bantu abang ya. Kalau bisa, Minggu depan sudah mulai kirim berita,” kata Dahri dari balik telponnya.

Memulai Karier di Sijori Mandiri

Hari pertama di Sijori Mandiri, saya langsung tancap gas dengan menulis tiga berita. Hari berikutnya terus berkembang hingga pernah mengisi delapan berita dalam satu hari karena beberapa wartawan tak masuk kantor dan gagal mengirim berita ke kantor redaksi.

Seiring berjalannya waktu, masa pemerintahan Bupati Kepri, Abdul Manan Saiman berakhir. Ia digantikan oleh Huzrin Hood yang berpasangan dengan Ansar Ahmad sebagai Wakil Bupati. Keduanya adalah Bupati Kepri pertama yang dilantik di era reformasi, masa bakti 2001 – 2006.

Di awal tahun 2001, hubungan pertemanan saya dengan Sigit Rachmat wartawan Sijori Pos (sekarang Batam Pos) dan Suyono wartawan Lantang semakin akrab. Kemana-mana selalu bertiga. Tapi, kami bisa membuat tiga berita dengan kemasan yang berbeda dari narasumber yang sama dan terbit di media masing-masing.

Fokus pemberitaan kami bertiga pada saat itu, adalah soal perjudian yang merajalela di Tanjungpinang dan komitmen Bupati Kepri, Huzrin Hood untuk memberantasnya. Berita tentang judi yang kami ulas berbeda di tiga media harian, membuat gerah para bandarnya.

Hampir tiap hari koran Sijori Mandiri dan Lantang yang dipajang di kedai-kedai kopi, habis diborong oleh orang tak dikenal. Kenapa hanya koran Sijori Mandiri dan Lantang yang diborong? Mungkin karena oplahnya yang tak sebesar Batam Pos.

Kami paham, ini pasti taktik para bandar judi agar koran tersebut tak beredar di masyarakat luas. Teror dan ancaman pun terus kami alami bertiga. Baik melalui telpon, maupun ancaman fisik berupa percobaan penculikan. Suatu hari, saya, dan Sigit Rachmat, terpaksa dijemput oleh Ketua DPRD Kepri, Andi Anhar Chalid di Jalan Bintan karena nyaris diculik sekelompok preman.

Rumah Dilempar Bom

Setelah dirayu dengan iming-iming “upeti” bulanan tak mempan oleh sang bandar, rumah kontrakan saya di Jalan Sumatera No. 5 Tanjungpinang dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal sekitar pukul 02.00 WIB dini hari.

Untung saja tak ada korban jiwa. Ledakan bom rakitan tersebut hanya membakar dinding bagian depan rumah yang terbuat dari papan berhasil dipadamkan oleh tetangga yang datang membantu.

Lagi-lagi nama saya semakin tenar karena pemberitaan atas peristiwa pemboman tersebut masif di media cetak dan televisi nasional. Bahkan, sejumlah organisasi kewartawanan, seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengutuk keras atas teror dan pemboman rumah saya tersebut.

Sejak kasus itu terjadi, berita-berita tentang judi yang saya kirim ke redaksi tak pernah terbit lagi. Saya menyadari ada suatu kekuatan besar yang terganggu atas pemberitaan judi di media tempat saya bekerja. Karena itu, saya mengundurkan diri dari Sijori Mandiri pada pertengahan tahun 2001.

Mundur dari Sijori Mandiri, bukan berarti saya nganggur menulis. Berita-berita saya tetap bisa dibaca di SKM GeNTA dan Harian Suara Kita yang kemudian berubah menjadi Harian Suara Riau yang terbit di Pekanbaru.

Merintis bintanpos.com

Pada masa-masa transisi itulah, saya bersama Sigit Rachmat dan Suyono menemui Kepala Kantor PT. Pos Indonesia Tanjungpinang, Batu Binumbun Sianturi. Banyak hal yang kami bicarakan dalam pertemuan itu. Termasuk rencana kerjasama mendirikan media online untuk membantu perjuangan pembentukan provinsi Kepri.

Beberapa hari kemudian, kami kembali bertemu membahas hal-hal teknis, termasuk pendaftaran nama website, penyiapan kantor, server, jaringan internet 24 jam dan tenaga IT atau Information Technology yang biasa disebut sebagai web master.

Akhirnya, pada tanggal 20 Agustus 2001, nama website yang kami sepakati untuk didaftarkan sebagai Situs Berita Online pertama di Kepri, bahkan di Riau adalah bintanpos.com. Kantor redaksinya kami pilih bangunan kantor PT. Pos Indonesia Tanjungpinang di Jalan Brigjen Katamso No. 122 Tanjungpinang.

Pada awal pendiriannya, Situs Berita Online bintanpos.com, nyaris tak diperhitungkan oleh pejabat Kepri dan Riau. Maklum, pada zaman itu, untuk membaca berita online harus menggunakan komputer atau laptop.

Itu pun baca beritanya kebanyakan di warung internet (Warnet). Kantor-kantor pemerintah belum banyak yang menggunakan fasilitas internet. Beda halnya dengan kantor-kantor BUMN, seperti kantor pos dan kantor perbankan. Semua dilengkapi fasilitas internet.

Sebagai Pemimpin Redaksi, saya harus bertanggungjawab membesarkan media ini. Dari sisi perangkat kerja yang full IT, seperti koneksi internet 24 jam dengan menggunakan fasilitas V-Sat dan jaringan Lokal Area Network (LAN), kantor Situs Berita bintanpos.com boleh dibilang kantor media paling canggih zaman itu.

Sejak mengawaki bintanpos.com, saya mulai jarang turun ke lapangan. Saya lebih banyak bekerja di ruangan redaksi, memastikan semua berita yang disetor wartawan memenuhi kaidah jurnalistik dan cover both side.

Pekerjaan lapangan, saya percayakan kepada beberapa wartawan muda nan energik, seperti Angelia Dhamyanti, Ruziana, Tri Indaryani, Teguh Susanto, Greos Saragih, Coky Iskandar (alm), Jhonson Sihombing, Yudi Santoso, Nosy Arsyita di Batam, Adrizas di Pekanbaru dan Erwin Jr di Jakarta.

Sigit Rachmat yang ikut membidani lahirnya bintanpos.com, masih tetap setia di Batam Pos. Sedangkan Suyono tetap bekerja di Lantang, meski akhirnya mundur dan bergabung di bintanpos.com. Web Master dipercayakan kepada Syarkawi dibantu seorang asisten bernama Supriyanto. Sedangkan sekretaris redaksi dikendalikan oleh Ade Irma Hentriwati.

Banyak suka dan duka yang kami alami dalam perjalanan bintanpos.com. Meski dalam kondisi keterbatasan, tapi semua wartawan digaji secara rutin tiap bulan. Biaya operasional kami dapatkan secara rutin dari pemasangan iklan, seperti Hotel Central 98, Hotel Kartika dan Pemerintah Kabupaten Kepri.

Satu hal yang menarik dari kehadiran bintanpos.com, adalah menjadi rujukan beberapa redaksi media cetak lokal dan nasional. Bahkan, tak jarang berita-berita yang dimuat di bintanpos.com, dikutip media cetak nasional yang terbit di Jakarta dan media-media lokal yang terbit di Batam dan Pekanbaru, hingga media ternama di Malaysia, seperti Berita Harian, The Sun dan News Strait Times pernah mengutipnya.

Pada masa-masa perjuangan pembentukan Provinsi Kepri, peran bintanpos.com dalam menyampaikan aspirasi masyarakat ke para pengambil kebijakan di Pekanbaru dan Jakarta tak dapat dinafikan. Berita-beritanya selalu headline di media-media cetak yang mengutipnya.

Sayang, bintanpos.com hanya bisa bertahan selama enam tahun. Bukan karena bangkrut, bukan pula karena ada masalah. Tapi, tak lebih dari sebuah komitmen, bahwa tujuan awal pendiriannya menjadi corong perjuangan pembentukan provinsi Kepri sudah tercapai.

Pada tahun 2007, saya menutup bintanpos.com dan saya berhenti dari seluruh aktivitas kewartawanan dan memilih melanjutkan karier di dunia bisnis hingga hari ini. *** (Ady Indra Pawennari)

Loading...