Orang Tionghoa Pertama di Tanjungpinang Ditempatkan Sultan di Senggarang

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Menjelang datangnya Imlek 2019 (Tahun Baru China 2570) wajah kota lama di Tanjungpinang yang di era kolonial disebut Kampung Cina, berubah semarak.

Kawasan yang pernah jadi satu-satunya pusat perekonomian di Tanjungpinang ini, dipenuhi dengan lampion. Yang di malam hari terlihat lebih indah. Sekilas mirip Singapura beberapa puluh tahun lalu.

Lampion lampion menjuntai di atas Jalan Merdeka Tanjungpinang, menyemarakkan datangnya tahun baru Imlek 2019. f-sigit/suarasiber

Suasana semarak makin terasa di ujung Jalan Merdeka. Tepat di depan Vihara Tian Huo Kong atau disebut juga Vihara Bahtra Sasana, berdiri sebuah panggung ukuran puluhan meter.

Panggung ini dijadwalkan digunakan, Senin (4/2/2019) malam. Pernak pernik untuk merayakan Imlek sudah dipasang di panggung.

Panggung yang berada tepat di jantung pecinan Tanjungpinang ini, akan digunakan untuk menyambut datangnya Imlek. Tradisi ini sudah berjalan sejak belasan tahun yang lalu.

Malam Imlek dirayakan dengan sangat meriah. Nyaris tidak ada pejabat tinggi di Kota Tanjungpinang, dan Provinsi Kepri, yang tidak menghadiri undangan malam Imlek di depan vihara tua itu.

“Sesuai dengan jadwal, undangannya malam ini (Senin, 4/2/2019) jam 20.00,” kata Teguh Susanto, Kabid di Disinfokom Pemko Tanjungpinang menjawab suarasiber.com.

Vihara Tian Huo Kong yang dibangun sekitar tahun 1850-an itu, jadi saksi bisu sejarah panjang keberadaan warga Tionghoa di Tanjungpinang.

Baca Juga:

Aquaplaning, Hantu Pengancam Keselamatan Pengemudi Saat Hujan Deras

Ribuan Warga Tanjungpinang Berobat Gratis di Lapangan Pamedan

Bronis Kijang Rasanya Enaaak Kali… Kali… Kali…

Tugu Khatulistiwa di Kepri Ada di Tanah Mertua

Sekitar 100 tahun sebelum dibangunnya vihara itu, orang Tionghoa sudah ada di Tanjungpinang. Tepatnya di Senggarang, sebagaimana yang ditulis di https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri.

Disebutkan di artikel tersebut, orang Tionghoa didatangkan dari Tiongkok saat Sultan Badrul Alamsyah I berkuasa (1722-1760).

Atas perintah sultan, orang Tionghoa didatangkan untuk menjadi pekerja di perkebunan gambir. Dan, ditempatkan di Senggarang.

Saat itu, sultan memang tengah menggalakkan perkebunan gambir di sejumlah lokasi. Di antaranya di Ulu Riau (Seicarang), Batu 8, Lagoi, dan Busung. Gambir kemudian menjadi komoditi unggulan Kerajaan Riau Johor.

Dari catatan tersebut diketahui, bahwa orang Tionghoa sudah berada di Tanjungpinang sejak sekitar 250 tahun yang lalu. Dan, telah menjadi bagian utuh dari warga Tanjungpinang.

Perayaan Imlek yang khas dengan seni Barongsai-nya sempat dilarang di era Orde Baru. Namun, mantan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), telah mencabut larangan itu.

Dan, sejak itu warga Tionghoa Tanjungpinang serta di Indonesia, bisa merayakannya secara terbuka seperti sekarang. Gong Xi Fat Chai. Yang artinya lebih kurang selamat dan semoga kaya. (mat)

Loading...