Alias Wello, Bupati Zaman Now yang Slow dan Tak Neko-neko

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Dilayani bak seorang raja. Mau apa saja, selalu ada staf yang siap berlari untuk memberikan layanan terbaik.

Dari mulai membukakan pintu mobil, menjinjingkan tas, dan segala barang pribadi yang dibawa.

Termasuk mengilapkan sepatunya biar selalu kinclong. Atau, bahkan minta ditemani makan malam oleh staf khusus.

Dan, bersama staf khusus berpelesiran ke puncak gunung atau berkeliling mengitari danau di sela kegiatan kunjungan ke daerah lain.

Itu semua, adalah sesuatu yang lumrah dinikmati oleh para pejabat. Apalagi pejabat sekelas kepala daerah atau anggota dewan.

Namun, tidak semua pejabat, tidak semua anggota dewan, dan tidak semua kepala daerah berperilaku bak seorang raja.

Adalah Alias Wello namanya, biasa disapa dengan panggilan Awe. Saat ini dia menjabat Bupati Kabupaten Lingga. Sebelumnya, pernah menjabat Ketua DPRD Kabupaten Lingga.

Sejak menjadi anggota DPRD, Ketua DPRD Lingga hingga menjadi Bupati Lingga, Awe tidak mau memanfaatkan jabatan agar dilayani seperti raja.

Meskipun itu haknya. Dan, dipastikan tidak ada sesiapapun yang akan komplain.

“Saya sering bepergian dengannya (Awe) ke daerah lain. Terenyuh hati melihatnya,” kata Ady Indra Pawennari, staf khusus Bupati Lingga membeberkan keunikan Sang Bupati kepada suarasiber.com, kemarin.

Kalau mau berangkat, ujar Ady, apa-apa hal yang perlu disiapkannya sendiri. Termasuk memesan tiket pesawat, dan membayarnya sendiri ke travel yang jadi langganannya.

“Utang dulu,” ucap Ady.

Begitu berangkat, Awe juga tidak perlu membawa banyak staf. Karena segala sesuatu dia lakukan sendiri.

Seperti membawa tas ransel di punggungnya sambil menenteng tas kresek dan tas kecil di bahu. Tanpa beban, wajah pun tak bersungut-sungut.

Di pesawat, kapal feri atau moda transportasi apapun yang digunakan, Awe tidak pernah minta kursi khusus. Di kursi manapun dia duduki. Dan, tanpa wajah masam karena tidak bisa duduk di kursi pilihan.

Setelah sampai pun tidak repot menunggu jemputan. Ada taksi, ya naik taksi.

“Jangan bayangkan akan naik hotel berbintang kalau berangkat sama Awe. Hotelnya pasti hotel melati, yang kadang tilamnya sudah tak rata,” imbuh Ady.

Baca Juga:

AWe – Nizar, Contoh Pemimpin yang Tanggalkan Jabatan Sebagai Simbol Prestise

Asih: Apa Gunanya Bus Pemkab Bintan Diadakan, Kalau Tak Dioperasikan?

Begitu pun jika usai menghadiri suatu acara di kementerian. Dia tak perlu menanti staf mendapatkan cap, dan tanda tangan pejabat di tempat yang dikunjungi.

Karena, nyaris semua kunkernya tidak menggunakan SPPD, untuk diganti nantinya dengan dana APBD.

Padahal, SPPD inilah yang dikejar nyaris semua pegawai, semua pejabat, semua anggita dewan, dan juga sejumlah kepala daerah.

Mantan wartawan harian yang bermetamorfosa menjadi pengusaha ini, menambahkan, Awe bukan tipikal pejabat penikmat jabatan.

Bagi Awe, ucapnya lagi, jabatan bukan untuk dinikmati tapi untuk memerjuangkan warganya agar lebih sejahtera. Agar, pembangunan bisa lebih kencang.

Dan, apapun jabatan itu semuanya adalah titipan. Amanat, yang suatu saat akan diserahkan kepada orang lain lagi.

Kini, Awe dan wakilnya Nizar, memasuki tahun ke-4 memimpin Kabupaten Lingga. Banyak sudah dibuat. Namun, masih belum sempurna.

Meski hanya tinggal sekitar 2 tahun memimpin, namun Awe dipastikan akan tetap dengan gayanya. Tidak minta dilayani. Dan, tetap berperilaku rendah hati.

Makan minum pun tak perlu harus di tempat mewah yang berpendingin ruangan. Menginap pun tetap di hotel melati. Busana pun tak harus bermerek mahal. Dan, semua itu dinikmati dengan senyum. (aip)

Loading...