Puisi Tsi Taura Minggu Ini
“K U C I N G”
Raja tikus mengadukan kucing pada Hakim Keledai di Negeri antah berantah
Raja tikus bermohon agar sang hakim dihukum pancung
Tangkap, mangsa dan bunuh kami
Jangan ditakut-takuti
Dimain-mainkan
Tangkap lepas, lepas tangkap, tangkap luka berdarah
Hakim keledai menolak tuntutan Raja tikus
Itu adalah seni turun-temurun kucing
Anda lapor saja ke Raja Hutan
Undang-undang rimba lengkap di peradilan paling adil di rimba larangan
Kucing bersorak dan berjalan di atas pentas
Tak ada yang perduli
Ia pun BAB di sudut gedung
(Medan, Jan 2018, Tsi Taura)
RUMAH MADAT
Nyanyian malam terhimpit bebatuan menggelupas jiwa
Sajadah tasbih yang kuselipkan di gelisah langkahmu
Direntap renjana rumah madat
Kilau dunia di selangkangan malam
Terciduk dekap peluh
Tak terkelabui tirai besi yang meleleh di bedungan kawat berduri
Tertunduk disumpah seribu mata
Aku tak mampu menemuimu sebab kau memaling rindu
yang menjalar raga yang ruyak
Memecah pasu bersuci
Pagi dan katuplah matamu bila bersua lagi
Biar kuberendam bulan di atas danau
Memetik cahaya berselimut halimun
(Jakarta, 090119, Tsi Taura)
MAAF
aku melintas rimba belukar jalan ke rumahmu
menggesek dawai sukma mati suri di raga duniawi
maaf aku menciduk selir bendara negeri
sebelum senja aku mulai membayangkan
bulan di atas danau
menunggumu tiba
mempersunting subuh merah
melihat surga di aliran sungai ayat-ayat langit
tanpa anggur yang kau selipkan dalam mabukku
mendekap kekasih di arsy
maaf aku tak membedah kota-kota meracik rencana
yang biasa kau sulang dalam tarian majnun
aku mengembara bersama selir bentara negeri
biar bibirnya tak berbisa lagi
biar nafsu hijrah ke kalbu
dan kita semakin renta
(Bandung, 130119, Tsi Taura)
KANCIL
Tersebut di buku erek-erek tafsir seribu mimpi
Kau menyandang gelar penipu
Mungkin ini terilhami dongeng nenek
sebelum cucunya terbuai di katil
Oh, kancil bertubuh kecil dan lincah
Melegenda kisahmu di seluruh jagat
Siapa saja menipu rakyat
Kawan dan lawan
Tergelar namamu
Hewan-hewan di rimba baik yang lemah dan buas
Kau tipu dan menang dalam sidang dewan rimba
Secerdik-cerdik kau menipu takluk jua pada silemah
Kau kalah berlomba lari dengan siput yang lamban
Mati kelelahan di pinggiran hutan
Kaupun pernah mengelak melunas hutan
Bukan dua akan kau bayar
Ketika bulan dua tiba kau berdalih
bulan masih satu di langit
Oh, ohhh, kancil licik dan cerdik
Sikorban yang lemah tak kehilangan akal
Ketika purnama memancar
membawa kancil ke tepi kolam
Hai kancil bayar hutangmu
Bulan dua sudah tiba
Satu di langit
Satu di kolam
Bayngan bulan di kolam kau tersipu malu
Ohh, para penipu
Dongeng ini tak terkikis di makan zaman
(Jkt, 100119, Tsi Taura)
Puisi-puisi berikut ini merupakan hasil karya Tsi Taura (nama pena), seorang pria yang pernah menjabat Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kota Tanjungpinang. Jabatan penting yang diembannya di banyak daerah di Tanah Air, tak mengurangi prouktivitasnya mencipta puisi hingga kini, dan dipublikasikannya di laman Facebook dengan nama akun Mat Kilau.