Kisah Mengharukan Badut Penari Biayai Sekolah 3 Adiknya (2)

Loading...
Ancam Tak Pulang jika Adik Tak Mau Kuliah

Isi tas lilit yang dilingkarkan di tubuh Idor tak pernah banyak, namun harapannya tak pernah habis demi kesuksesan ketiga adiknya di kampung. Ia tak segan-segan mengancam adiknya agar bersedia melanjutkan kuliah.

Nurali Mahmudi – Tanjungpinang

Saat ini adik Idor persis, lelaki, sudah tamat sebuah SMA di Sumatra Barat. Adiknya lagi kelas dua SMA dan si bungsu di SD.

“Yang lulus SMA saya sarankan kuliah dari tahun lalu, tetapi tak mau,” tutur Idor yang tak bisa menyembunyikan letih tubuhnya.

Lebaran kemarin Idor tak pulang. Bukan tak kangen atau rindu dengan orang tuanya dan ketiga adiknya yang setiap bulan menerima kiriman uang darinya. Saat itu adik-adiknya menangis menginginkan ia hadir di rumah karena lebaran.

Kisah Mengharukan Badut Penari Biayai Sekolah 3 Adiknya (1)

“Saya sebenarnya juga rindu, Bang. Adik adik membujuk saya, Uda pulanglah, Uda pulanglah. Tetapi saya harus bertahan di perantauan,” kata Idor lirih.

Seakan lebaran itu terjadi hari ini. Ia mengisap rokoknya pelan-pelan, membuang puntungnya ke bawah kursi kafe tempat suarasiber.com mewawancarainya.

Ia lalu mendekapkan kedua telapak tangannya. Ada satu menit ia membiarkan perasaannya. Saat ia menarik nafas lewat hidung, sebenarnya Idor sedang menangis.

“Mengapa saya tak pulang, Bang. Biar adik saya yang lulus SMA mau kuliah. Saya sudah keliling Batam, tanjungpinang, Karimun, saya lihat bagaimana orang-orang yang sekolah kerjanya bagus. Apa bisa menjadi pegawai kalau hanya sekolah sampai kelas lima SD seperti saya?” lanjut Idor kemudian.

Kejahatan Masa Lalu Antar Pejabat dan Anggota DPRD Ini ke Tahanan

Suaranya bergetar. Bintang bintang malam itu samar bersinar, terhalang saputan mendung tipis.

Idor tahu, adiknya tak mau kuliah lantaran kasihan dengan Idor yang juga harus membiayai dua adiknya yantg lain. Padahal mereka tak pernah tahu apa pekerjaan Idor di perantauan.

Tahunya, Idor bekerja di pabrik di Batam. Saat merantau ke Batam beberapa tahun lalu, Idor izinnya memang pergi ke Batam. Dan tentu saja pabrik-pabrik yang ada di kawasan industri di Batam tak akan manerima Idor yang tak membawa ijazah.

Dan Idor sengaja tak menceritakan apa pakerjaannya kepada adik-adiknya. Ia khawatir jika mereka tahu, ada perasaan malu punya abang kerjanya badut penari. Padahal Idor tulus dan ikhlas menjalani hidupnya demi pendidikan adik-adiknya.

Baterai Panel Surya Hilang, Pelabuhan Letung Remang-remang

Sepasang remaja memasuki kafe tempat suarasiber.com dan Idor duduk berhadapan. Yang laki-laki sepintas melirik ke arah Idor. Mungkin aneh baginya, malam-malam ada orang keluar ke kafe, ngopi, hanya mengenakan celana pendek dan kaus tanpa lengan.

Alhamdulillah, sebut Idor, saat ini adiknya yang lulus SMA mulai luluh dan merencanakan masuk kuliah. Sempat ia bertanya, bagaimana dengan biayanya.

“Saya sampaikan, biar Uda yang biayai kamu, jangan minta kie mamak. Semoga nanti hidupnya senang, Bang,” harapan Idor.

Mendagri Cabut Instruksi soal Jilbab dan Jenggot ASN

Menyadari perjalanan adik-adiknya masih panjang, Idor berdoa agar senantiasa diberikan kesehatan. Baginya, kesehatanlah modal terbesarnya. Jika sakit, untuk jalan kaki saja kesulitan. Sementara badut penari akan terus jalan kiaki, menyusuri jalan demi jalan, lorong demi lorong, gang demi gang, tempat keramaian dan liku-liku jalan yang harus ditapaki.

“Minta doa ya, Bang. Harus ada yang berubah di keluarga kami. Kemiskinan tak akan berubah jika tak ada keinginan untuk mengubahnya. Salah satunya saya pikir lewat pendidikan,” katanya.

Idor beranjak dari tempat duduknya, menepikan sound systemnya yang mengganggu pengunjung kafe. Ia tengadahkan kepalanya ke langit, merentangkan salah satu tangannya. Begitulah ia memperkirakan apakah akan turun hujan atau tidak. (barsambung)

Loading...