Jaga Keikhlasan, Tukang Urut Kampung Ini Diajak Pasiennya ke Kanada

Loading...

Perasaan Nenek Isah, pesawat yang membawanya tak kunjung mendarat. Tak pernah ia sangka jika Kanada itu jauh, beda dengan Jakarta ke Tanjungpinang, atau naik kapal dari Tanjungpinang ke Malaysia dan Singapura. Bisa pulang pergi sehari.

Nurali Mahmudi – Tanjungpinang

Ini kisah nyata seorang pengurut tradisional yang sekarang tinggal di Pulau Bintan. Lahir di sebuah kampung di Jawa Barat, kemudian merantau ke Pulau Bintan puluhan tahun lalu. Lewat kedua tangan serta doa tulusnya setiap kali mengurut pasien, perempuan berusia 60-an ini hampir tak pernah bisa istirahat lama di rumah.

Orang-orang menyebutnya Nenek Isah. Nama aslinya hampir tak ada yang tahu. Keahliannya mengurut diperolehnya secara turun-temurun. Dari mengurut bayi sampai orang dewasa, Nenek Isah adalah ahlinya. Sama seperti tukang urut tradisional pada umumnya, Nenek Isah pun tak menentukan tarif.

Selain orang dewasa, Nenek Isah juga kerap dipanggil atau didatangi pasien untuk mengurut bayi dan anak-anak. f-nurali mahmhdi/suarasiber

“Dikasih keahlian seperti ini untuk membantu orang lain,” tuturnya, beberapa waktu lalu di Batu IX, Tanjungpinang, saat tengah mengurut pasien yang mengalami keseleo di tangannya.

Jika ingin merasakan urutan Nenek Isah, bisa menghubunginya lewat ponsel untuk buat janji. Boleh datang ke rumahnya, sebelum Waduk Seiladi masuk ke kanan kalau dari Kota Tanjungpinang. Kalau dari arah Kota Kijang, ya sebaliknya.

Baca Juga :

Petani Lingga Kaget, Padi Baru Dipanen Kok Bisa Langsung Dimasak jadi Nasi

“Nenek pagi-pagi sudah keluar dipanggil pasien. Kalau mau datang janjian dahulu, Mas,” saran anak Nenek Isah saat suarasiber.com mendatangi rumahnya namun yang dicari sudah keburu keluar. Padahal hari itu masih cukup pagi.

Ketika ditanya sejak kapan menyadari punya kelebihan mengurut, perampuan yang tak banyak bicara namun ramah ini berkisah. Ia lupa tahun berapa. Puluhan tahun lalu, begitu ia menyebutnya.

Saat itu Nenek Isah masih gadis remaja. Tiba-tiba dipanggil tetangga untuk membantu mengurut anggota keluarganya. Saat memasuki rumah tetangganya, ia melihat seorang wanita muda duduk di kursi. Yang membuatnya heran, mengapa salah satu kaki perempuan muda tadi disampirkan ke pundaknya. Melihat hal itu, Isah muda bertanya kepada tetangga yang mengundangnya.

“Astaghfirullahaldziim, rupanya itulah pasien yang harus saya bantu,” tutur Nenek Isa.

Pasien itu mengalami korban kecelakaan, tempurung lutut kakinya hancur. Karena tak ada lagi tempurung lututnya itulah kakinya bisa dilipat. Muncul keraguan dalam hati Isah remaja apakah ia bisa membantu tetangganya itu. Selama ini kalau mengurut, paling hanya urut-urut anggota keluarga, ringan-ringan.

Korban kecelakaan ini sudah ditawari anggota keluarganya berobat ke tempat lain, namun entah mengapa tak mau. Ia hanya mau diurut Isah.

“Saya tertegun, mulai dari mana? Terus terang saya bingung,” imbuh Nenek Isah.

Lalu ia menyadari, tak ada yang tak mampu jika diserahkan kepada Allah SWT, tuhan Nenek Isah. Dan keajaiban dirasakannya. Ia merasakan gerakan tangannya seolah-olah ada yang menuntunnya, hingga urut-mengurut pun berjalan lancar.

Sejak saat itu, sebelum mengurut ia selalu berdoa karena segala hal yang dimilikinya atas karunia Allah.

Baca Juga :

Warga Desa Terpencil Ini Punya Cara Jitu Jaga Kesehatan

Menyingkap Jejak Romusha di Pulau Bintan (Bagian 1)

Berapa jumlah pasiennya dari awal membuka praktik di Pulau Bintan? Tak terhitung, jawabnya. Kalau di Provinsi Kepri, semua kabupaten atau kota sudah didatangi. Kalau mengurut ke Malaysia, Thailand, Singapura sudah biasa.

Soal pasien luar negeri, Nenek Isah punya kisah sendiri. Seorang pasiennya di Singapura memiliki saudara yang tinggal di Kanada. Saat Nenek Isa ditanya maukah membantu mengurut seorang wanita di Kanada, ia langsung mengiyakan.

Pada hari yang ditentukan, Nenek Isa dijemput pasien Singapura tadi ke rumahnya di Tanjungpinang. Nenek Isa membawa pakaian ganti karena ia tahu akan mengobati orang ke luar negeri. Dalam pikirannya, Kanada itu ya seperti ke Malaysia, Thailand atau Singapura.

Saat naik pesawat dan rasanya lama sekali, ia bertanya kepada pasien yang mengajaknya dan betapa kagetnya Nenek Isah. Buyarlah harapannya untuk bisa balik lagi ke Tanjungpinang sore harinya. Sebab jika dipanggil ke Singapura atau Malaysia, paling dua hari sudah bisa pulang lagi.

“Saya ingat orang orang lain yang juga harus saya urut. Ternyata lama ya ke Kanada, saya mah tak tahu Kanada itu mana jadi asal iya saja,” kata Nenek Isa. Ia lalu tersenyum kecil.

Baca Juga :

Kepri Menyumbang 6 Event Unggulan di Calendar of Event Wonderful Indonesia 2019

Akhirnya sampailah ia ke rumah pasangan suami istri yang menetap di Kanada. Beruntung ada orang Singapura yang bisa menerjemahkan percakapan dirinya dengan pasien. Kali ini pertolongan yang diminta pasien: agar bisa hamil. Jelas, urusan hamil itu kuasa yang di atas sana. Untuk ke sekian kali, Nenek Isa hanya bisa berdoa kepada Tuhan. Ia berharap segala yang dilakukannya dimasukkan ke dalam kategori kebaikan oleh Tuhan.

Saat datang kedua kalinya ke Kanada, Nenek Isa bersyukur pasien tadi melahirkan tiga anak. Bukan dua, melainkan tiga bayi. Air mata bahagia tak mampu dibendung Nenek Isa kala itu. Jika bukan karena Tuhan, tak ada yang bisa seperti itu.

Dalam sehari, selalu ada pasien yang harus didatangi atau datang ke rumahnya. Bahkan sehari 5 atau 8 pasien sudah biasa. Melayani sejumlah itu, tak ada senjata paling ampuh selain ikhlas.

“Ikhlas membuat saya bekerja senang,” tuturnya. ***

Loading...