Gedung Guru Kepri Bukan Monumen Kegagalan?

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Ketiadaan anggaran disebut menjadi salah satu sebab mubazirnya Gedung Guru Kepri di Senggarang, Tanjungpinang. Di samping perlunya tambahan anggaran untuk sedikit merehab gedung tersebut.

Hal ini disampaikan HZ Dadang AG, Ketua PGRI Kepri menjawab suarasiber.com, Selasa (23/10/2018).

“Tidak mungkin dengan iuran anggota PGRI untuk merawat gedung itu,” kata Dadang.

Menurut Dadang, ketiadaan anggaran perawatan yang menjadi kendala digunakannya Gedung Guru itu, sudah disampaikan ke Kadis Pendidikan Kepri M Dali.

[irp posts=”11796″ name=”Demi Korban Palu, Susi Pudjiastuti Jadi Model di Jakarta Fashion Week”]

[irp posts=”11793″ name=”Santri Diharapkan Semakin Vokal Suarakan Hidup Damai”]

[irp posts=”11783″ name=”Inilah 5 Fakta Pengungkapan TKI Ilegal di Nongsa”]

Gedung guru itu dibangun sejak tahun 2011 hingga 2014 dengan hingga belasan miliar rupiah. Dan hingga 2018 akan berakhir, gedung itu terkesan menjadi monumen kegagalan manajemen perencanaan pembangunan di Kepri.

“Jangan jadikan Gedung Guru sebagai monumen kegagalan perencanaan pembangunan di Kepri. Buat apa membangun bangunan megah kalau toh akhirnya tidak difungsikan,” ujar Solikhin, Ketua Umum LSM Gerakan Berantas Korupsi (Gebrak) Provinsi Kepri.

Ditambahkannya, kelemahan dari sebuah pembangunan gedung atau pun suatu proyek, adala pemeliharaan/perawatan.

“Kbiasaan yang terjdi adalah setelah dibangun bangunan tersebut tidak ditindaklanjuti dengan pendampingan dana perawatan. Baik setelah dibangun maupun dihibahkan,” tukasnya. (mat)

Loading...