Berkumpul Malam Hari, Warga Jemaja Berburu Sesuatu

Loading...

ANAMBAS (suarasiber) – Malam sudah gelap, karena lampu lampu listrik sudah menyala di sebuah SD negeri di Jemaja, Kabupaten Anambas. Satu persatu warga berdatangan. Mereka dalam diam, namun dengan langkah yang pasti.

Lantas para warga mencari tempat sendiri-sendiri. Posisi duduk ini disesuaikan dengan kenyamanan. Ada juga yang satu tempat diisi beberapa orang. Mata mereka awas menatap sesuatu di tangan.

Begitulah yang terjadi sebulan terakhir di Jemaja. Biasanya sinyal internet dari operator telekomunikasi yang ada di daerah ini cukup kencang. Namun kini masyarakat dihadapkan pada kenyataan jaringan yang lelet. Jangan memaksakan diri untuk menggunakan video call, untuk mengirim email saja susah.

“Untuk menelepon saja susah nyambungnya,” tutur Agus yang ditemui suarasiber di SD yang digunakan untuk mengadu nasib berkomunikasi.

Karena malam itu ia harus menelpon kerabatnya di luar daerah, Agus pun ke SD yang memiliki fasilitas WiFi. Rupanya bukan hanya dirinya, ia juga bertemu beberapa warga di tempat itu.

[irp posts=”11500″ name=”Pakai Aplikasi Ujar, Pengaduan Warga 1 Hari Langsung Ditanggapi”]

[irp posts=”11497″ name=”Agung Sarwono: Bisa-bisa 5 – 10 Tahun Lagi Anambas Baru Punya Depo BBM”]

[irp posts=”11494″ name=”Gelombang Kuat, Angin Kencang, Sekeluarga Tercebur ke Laut”]

“Saya sering dirugikan, seharusnya kuota internet yang saya beli bisa digunakan maskimal hingga masa aktif. Kalau seperti ini bagaimana mau menggunakannya?” ujarnya agak kesal.

Warga lain, Adam mengakui kerap menggunakan video call untuk melepas rindu dengan keluarganya di Malaysia. Namun belakangan ini untuk nelepon saja kadang tak nyambung, mati sendiri dan problem lain. “Saya harus menggunakan WiFi yang ada di beberapa tempat di Letung,” imbuhnya.

Di sebuah SD yang memasang WiFi malam itu seolah ada kehidupan. Selain warga yang benar-benar membutuhkan sinyal kuat untuk menelepon sesuai kepentingannya masing-masing, ada juga beberapa remaja yang datang sekadar untuk membuka bukan laman internet.

Pare pemburu sinyal ini rela keluar rumah untuk mendapatkan akses internet. Lalu mereka dengan sabar duduk. Ada yang membaca artikel, mengunggah postingan di medsos, voice call, video call dan berselancar.

“Kalau terus begini, saya khawatir kunjungan wisatawan ke Jemaja bisa berkuarng. Komunikasi sangat dibutuhkan para turis,” komentar Zamri. (hs)

Loading...