Tol Laut dan Kegembiraan Masyarakat Letung

Loading...

Hendro, pedagang di Pelabuhan Letung senang. Eni, warga Letung pun girang.

Hariyadi Saputra – Anambas

Senangnya Hendro dan girangnya Eni mungkin biasa bagi mereka yang tinggal di perkotaan. Atau di daerah yang secara geografis adalah daratan. Bahkan peresmian Tol Laut yang dicanangkan Presiden Jokowi – Jusuf Kalla pun pasti biasa saja.

Namun lihatlah warga Letung, Kecamatan Jemaja, kabupaten Anambas, Provinsi Kepri. Padahal yang bersandar di pelabuhan ini hanya sebuah kapal. Kapal bernama Sabuk Nusantara 59 itu selintas tak beda dengan kapal lain yang pernah bersandar di Pelabuhan Letung. Hampir tak ada bedanya dengan Kapal Bukit Raya, misalnya.

Yang membedakannya ialah tulisan di sisi kanan dan kiri kapal. Pada Sabuk Nusantara 59 terlihat jelas tulisan Tol Laut dengan warna hitam. Tulisan ini berukuran besar sehingga sebelum benar-benar merapat di Dermaga Pelabuhan Letung pun warga bisa membacanya.

Tol Laut seakan menjadi harapan bagi masyarakat Letung atau Anambas pada umumnya. Ibu-ibu rumah tangga yang harus pintar menggunakan uang belanja untuk keluarganya adalah salah satu kelompok yang tak dapat menyembunyikan kegembiraannya setiap kali Kapal Tol Laut datang.

[irp posts=”10813″ name=”Pesta Narkoba, 3 Cewek 3 Cowok Digulung Anggota Kodim”]

[irp posts=”10806″ name=”Polres Tanjungpinang Terbaik II Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja “]

[irp posts=”10799″ name=”Si Abi Diancam Hukuman Kebiri”]

Hendro, pedagang di Pelabuhan Letung senang. Ada keceriaan di gurat wajahnya pada Rabu (26/9/2018). Hari itu Kapal Sabuk Nusantara 59 merapat. Di tubuhnya yang tambun berisi kebutuhan pokok bagi masyarakat kepulauan.

Sebagai pedagang di Pelabuhan Letung, Tol Laut adalah harapan. “Cabai, bawang dan barang lain mengalami penurunan harga,” katanya.

Saat Tol Laut datang, Pelabuhan Letung tak ubahnya pusat keramaian dadakan. Pembeli dan pedagang saling berinteraksi. Yang diharapkan Hendro hanyalah saling menjaga kepercayaan antara pembeli dan pedagang.

Dengan mengawasi banyak calon pembeli, terkadang Hendro mengakui kewalahan. Apalagi jika Tol Laut membawa banyak barang kebutuhan warga. Harus cekatan, harus jeli. “Biasanya yang sangat ramai menjelang lebaran. Pernah sih rugi meski nggak banyak, mungkin karena terlalu ramai ada yang memanfaatkan kesempatan,” terang Hendro.

Eni, warga Letung pun girang. Ia jujur merasa terbantu dengan adanya Tol Laut. Sembilan bahan pokok (sembako) bisa diperolehnya dengan harga agak miring.

Pada hari itu, bawang merah yang biasanya Rp35 ribu per kilogram menjadi Rp30 ribu, bawang outih dari Rp30 ribu menjadi Rp25 ribu, telur satu ikat biasa Rp225 ribu menjadi Rp210 ribu.

“Lebih murah dibandingkan di pasar. Setiap kapal ini masuk saya memilih untuk berbelanja di Pelabuhan Letung. Untuk stok di rumah,” ujarnya sambil memilih barang yang akan dibelinya. ***

Loading...