Mejikuhibiniu di Pantai Tanjungsiambang

Loading...

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Tak ada lagi tempat teduh yang tersisa, hingga berdiri pun menjadi pilihan yang tak terencana. Namun indahnya pantai di depan mata, menyegarkan kembali kepala usai perjalanan setengah jam di atas roda.

Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu, begitulah cara guru zaman dahulu mengajarkan cara menghafal sejumlah warna.

Bila Anda akrab dengan singkatan itu, artinya usia Anda tidak jauh dari saya. Yang artinya juga menyadari oh, kita sudah tal lagi muda. Dan semua warna itu ada di Lomba Perahu Jong sebagai rangkaian Festival Bahari Kepri 2018. Dan inilah pengalaman pertama menyaksikannya.

Indahnya warna warni layar perahu jong. F-nurali mahmudi/suarasiber

Sepanjang bibir pantai yang landai penuh. Oleh manusia atau perahu mini yang biasa disebut jong. Ukurannya bermacam-macam, namun pada intinya ada tiga. Jong kecil berukuran 100 – 129 centimeter, sedang 130 – 149 centimeter dan besar 150 – 175 centimeter.

Beda ukuran beda pula kecepatannya saat berlomba. Karena ukuran panjang badan jong disesuaikan dengan lebar layar yang menjadi mesin utama penggerak perahu. Bila angin sedang bagus, pada hari itu, para peserta lomba pun bergairah.

Pada perlombaan kali ini, ada 900-an perahu jong diturunkan. Pesertanya bukan hanya Pulau Bintan. Ada yang datang dari Batam, bahkan Bengkalis, Riau. Beberapa orang mengenakan kaus bertuliskan nama kelompok dan daerah asal, sehingga kita bisa menebak dari mana mereka datang.

Karena lomba diadakan lebih sehari, para peserta pun harus “mondok” di lokasi acara. Peserta dibagi per kelompok, satu kelompok 30 orang. Uniknya, dalam satu kelompok beberapa orang adalah satu keluarga.

[irp posts=”10663″ name=”Pelepasan Balon dan Merpati Tandai Deklarasi Kampanye Pemilu Damai 2018″]

[irp posts=”10635″ name=”Jaksa Agung Resmi Bergelar Datok Wira Amar Adiwangsa”]

[irp posts=”10628″ name=”Jaksa Agung Cakap, Ibu Negara Iriana Jokowi Suka Durian Bintan”]

Sambas misalnya, ia membawa 9 orang yang semuanya masih ada ikatan darah dengannya. Warga Teluk Bakau, Bintan yang hobi perahu jong ini mengaku tak pernah mempersoalkan biaya yang harus dikeluarkan sendiri selama menginap di lokasi.

“Sudah hobi, sulit diceritakan,” katanya sambil tertawa renyah, siang itu, Minggu (23/9/2018), di depan meja pembawa acara.

Ikut lomba perahu jong harus fair. Terutama soal ukuran. Dan inilah yang pertama kali dilakukan panitia. Setiap satu race, nama peserta dipanggil untuk mengukur panjang badan perahu jongnya. Artinya, kelas perahu jong kecil harus bersaing dengan sesama ukuran. Pengukuran dilakukan dengan meteran manual.

Seorang peserta asal Batam yang coba dimintai keterangan harus tergesa masuk ke air. Jika dalam MotoGP ada warm up lap, yakni pemenasan di lap lomba, pun demikian di lomba perahu jong.

“Tes dahulu perahu sebelum lomba, Bang!” teriaknya sambil berjalan pelan menuju tengah sambil membawa serta perahu jongnya.

Menurut Sambas, pengecekan atau tes penting untuk memaksimalkan laju perahu. Salah satu hal yang paling sering diperhatikan ialah kekencangan tali yang mempengaruhi tegaknya layar.

Sangking banyaknya warna, komentator hampir selalu tak hafal siapa pemilik atau nama kelompok yang perahu jongnya tengah berlomba.

“Perahu dengan layar warna biru melaju cepat. Di belakangnya ada perahu milik, siapa ya, saya tak hafal semua. Oooh, disusul perahu dengan layar warna kuning,” seperti itu komentator berteriak dari bawah tenda.

Yang berbasah-basah di dalam air itu juri yang akan menentukan perahu jong siapa paling cepat menabrak tali pembatas. F-nurali mahmudi/suarasiber

Toh tak mengurangi keasyikan para penonton. Melihat pantai dengan ratusan perahu jong berlayar mejikuhibiniu benar-benar mengalirkan kembali syaraf tua yang cepat penat. Anak-anak kecil berteriak girang melihat warna warna mencolok melaju di atas air.

Lintasan lomba jong adalah sepenuhnya air laut. Untuk mengetahui ujung perahu mana yang peling awal masuk garis finish, lihat saja bentangan tali yang dipasang selebar lintasan untuk beberapa perahu. Tali ini dibentang di tepi pantai.

Ada hakim garis yang tugasnya mengangkat tangan tatkala tali di dekatnya ditabrak perahu jong. Itulah pemenangnya.

Bagaimana tipsnya agar perahu jong bisa bergerak lurus hanya mengandalkan angin? Karena banyak perahu jong yang keluar jalur. Untuk kondisi seperti ini, tak ada nilai untuknya.

“Nawaitu, semua itu niatnya. Harus pas menyetel kekencangan talinya, mengarahkan ujung perahu, arah angin, kekuatan angin,” sebut Agus, peserta lomba perahu jong dari Tanjungpinang.

Benarkah ada unsur mistis dalam lomba perahu jong? Beberapa peserta yang dimintai pendapat rata-rata menjawab dengan senyum. Hanya satu yang membisikkan ke telinga saya, “Itu namanya main curang, Bang.”

Lepas dari semua itu, lomba perahu jong memang layak untuk didatangi. Ada beberapa alasan, pertama biasanya di pantai. Siapa yang tak suka main ke pantai? Kedua, ya kembali ke mejikuhibiniu tadi, uh ramainya pantai dengan pelangi berserakan di mana-mana. (nurali mahmudi)

Loading...