Bangga, Ada Tanjak di Kepala Kami

Loading...

Awalnya ada rasa lilitan kain menekan kulit kepala saya. Saya diam diam menghadap kaca di sebuah kamar Hotel Rainbow, Tanjungpinang, yang disediakan untuk ruang ganti.

Saya ragu, apakah tanjak di kepala saya sudah benar posisinya. Sampai hari ini, inilah pertama kalinya saya mengenakan ikat kepala khas Melayu. Padahal toko samping toko stiker saya jualan tanjak. Setiap hari selalu saja ada yang datang membeli.

Hari ini, saya “diculik” Pemimpin Redaksi suarasiber, Sigit Rachmat untuk menghadiri Konferwil PWI Tanjungpinang – Bintan di Hotel Rainbow, Tanjungpinang.

Dan kami yang muda muda pun bangga mengenakan tanjak. Tanjak adalah kita guys… F-nurali mahmudi

Kemarin, Mas Sigit membawakan satu kemeja PWI. Yang hari ini saya pakai. Ada logo PWI, badge Say No to Hoax (benar, ini tidak salah tulis, karena biasanya kata terakhirnya drugs), Bendera Merah Putih di kemeja itu. Sebagian besar yang hadir pun mengenakan kemeja yang sama.

Depan saya pakai tanjak, samping kanan saya pakai tanjak, sebelah kiri saya pakai tanjak, belakang saya pun mengenakan tanjak.

Panitia penerima tamu dengah tanjaknya gagah menerima para tamu. Orang orang “besar”, pejabat pemerintahan, pejabat kepolisian, pejabat TNI dari semua matra, tokoh masyarakat, semuanya diantar panitia penerima tamu dengan keoala bertanjak.

Saya teringat ucapan salah satu pengrajin tanjak di Tanjungpinang. Dahulu, tanjak tak bisa dikenakan semua orang. Tanjak adalah simbol status seseorang.

Teman saya ini lalu menginginkan agar ada tanjak kreasi. Biar anak anak muda Kepri bisa mengenakannya saat sekolah, saat tampil di panggung hiburan dan momen lain.

Akhirnya terwujud harapannya. Termasuk saya, yang saat tulisan ini saya ketik pada kata ini, mulai nyaman mengenakan tanjak.

Hampir tak ada bedanya dengan rasa saat mengenakan kopiah, blangkon dan topi.

Ah, jangan jangan saya juga lebih keren (kalau boleh gunakan kata ganteng hehe), dengan tanjak di kepala saya.

Saya dan teman teman wartawan anggota PWI Tanjungpinang – Bintan bangga mengenakan tanjak.

Di kursi depan, Gubernur Kepri H Nurdin Basirun mengenakan tanjak tradisional. Juga tokoh pers nasional Rida K Liamsi, Penasihat PWI Narganas Nainggolan dan Chandra Ibrahim, mengenakan ikat kepala yang sama.

Ternyata, kami memang terlihat keren berbaju PWI dengan tanjak di kepala. Meski bagian bawahnya celana jins, celana kain. Meski lagi, kami membungkus kaki dengan sepatu beragam merek dan warna.

Bahkan Ketua PWI Kepri, Ramon Damora yang jurnalis berdarah sastrawan itu dengan pedenya melengkapinya kaca mata hitam, kepala bertanjak, bercelana jins.

Tanjak tetap keren. (man)

Loading...