Nora Septiana, Anak Sopir Bus Itu Lulus Akpol

Loading...
Produk Revolusi Senyap dari Dapur Mabes Polri

TANJUNGPINANG (suarasiber) – Ada puluhan ribu remaja se-Indonesia yang melamar untuk menjadi perwira Polri melalui Akademi Kepolisian (Akpol).

Setelah melalui proses penyaringan yang sangat ketat, dan juga sangat transparan selama beberapa bulan, 250 orang dinyatakan lulus, 220 orang taruna, dan 30 orang taruni.

Satu diantara yang lulus itu, adalah Nora Septiana. Dia bukan anak pejabat penting di daerah atau di pusat, bukan juga anak pengusaha. Juga bukan anak orang kaya.

Nora Septiana mencium tangan Ketua Panitia Seleksi Catar Akopl Tahun 2018, Irjen Arief Sulistyanto disaksikan ayah Nora, Sutarto. f-istimewa

Dia hanya anak dari Sutarto (55), yang berprofesi sebagai seorang sopir bus antarkecamatan di Boyolali, Jawa Tengah. Pendapatannya cuma harian, jumlahnya tidak pasti. Kalau dirata-ratakan sehari dia bisa dapat Rp50 ribu.

Jangankan untuk menyuap hingga ratusan juga rupiah agar anaknya bisa masuk Akpol, kalau saja pendaftaran masuk Akpol dipungut biaya, dia tak akan mampu.

Sutarto sangat bersyukur. Karena ternyata dari pendaftaran Akpol hingga seleksi tidak dipungut biaya sama sekali.

Karena tidak punya kemampuan finansial, Sutarto hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Yang Maha Pecipta. Agar, anak perempuannya bisa meraih cita-citanya sejak kecil, jadi polisi.

Sekelumit informasi tentang kisah Nora ini diperoleh suarasiber.com dari perbincangan dengan Asisten Sumber Daya Manusia (As SDM) Kapolri Irjen Pol H Arief Sulistyanto MSi.

“Nira dari Boyolali, Jateng. Bapaknya sopir bus antarkecamatan di Boyolali.
Nora punya prestasi juara karate tingkat nasional. Pilih ikut seleksi Taruni,” kata Arief.

Sehari menjelang pengumuman seleksi masuk Akpol, Kamis (26/7/2018), Satlantas Polres Boyolali melakukan razia bus antarkecamatan. Dalam razia itu, Sutarto ditemukan. Razia ini memang untuk pembuktian, bapak Nora memang seorang supir bus.

Saar dirazia Sutarto belum tahu, apakah anaknya bakal lulus seleksi atau tidak. Yang pasti saat pengumuman dia datang. Dan, dia sangat terharu karena putrinya lulus.

Ketika proses rekrutmen taruna Akpol dilakukan dengan cara yang jujur dan transparan, seorang supir bus di kota kecamatan seperti Sutarto pun bisa merasakan kebehagiaan karena anaknya diterima tanpa menyogok sepeser pun. f-istimewa

Apalagi saat dia diminta ke panggung dan bisa berjabat tangan dengan jenderal garang yang memimpin proses seleksi masuk Akpol 2018, Irjen Pol Arief Sulistyanto.

Jenderal yang selalu bertutur lembut, dan selalu tersenyum itu, memang dikenal sangat garang dengan segala bentuk perilaku penyimpangan oleh anggota Polri.

Saat menjabat Kapolres Tanjungpinang dan Kapolda Kalbar, kegarangannya terlihat jelas. Begitu juga saat menjabat Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri.

Ketika dipercaya menjadi Asisten SDM Kapolri, Arief tanpa banyak bunyi langsung melaksanakan revolusi senyap di dapur pacu Mabes Polri. Revolusi ini mengubah sistem rekrutmen anggota Polri di semua jenjang pendidikan.

Butuh waktu dan jelas banyak tantangan. Namun, Arief dan tim di SSDM Polri mampu mengubah sistem itu. Suap menyuap, dan memo memo alias katebelece dari segala penjuru perlahan hilang sama sekali.

Dan, dari revolusi senyap itu lahirlah Nora Septiana, juga Nora Nora lainnya dari segala strata sosial dari penjuru di Tanah Air. (mat)

Loading...