Jangan Biarkan Jarimu Merusak Pilkada Tanjungpinang 2018

Loading...

Tyo, mahasiswa semester awal sebuah perguruan tinggi swasta di Tanjungpinang tampak serius dengan ponsel pintarnya, Senin, 23 April 2018 lalu. Warga Kampung Sidorejo, Seijang, Kecamatan Bukit Bestari itu menikmati postingan teman-temannya di Facebook soal Debat Pilkada Tanjungpinang 2018 yang berlangsung malam sebelumnya.

“Semalam mau masuk tapi nggak boleh, nggak bisa. Terpaksa lihat di layar lebar di halaman Hotel CK, nggak sampai selesai,” tutur pemilih pemula yang mengaku menjagokan salah satu pasangan calon, kepada suarasiber.

Media sosial (medsos) bagi Tyo adalah kebutuhan. Demi memuaskan hasrat bermedsos tadi, ia tak sayang membeli ponsel pintar dengan menyisihkan uang hariannya. Dengan senang hati ia akan mengomentari status seseorang yang sekiranya kurang sejalan dengannya. ia hanya perlu menggerakkan jari-jari tangannya untuk melakukannya.

Ia lalu menunjukkan postingan di Facebook yang menyebut uraian pasangan calon lain lebih bagus. Lalu dengan menggebu-gebu Tyo menjual kecapnya dengan segala embel-embel nomor satu. Semuanya dituangkan di medsos.

Tyo hanya satu dari sekian banyak warga Tanjungpinang yang bersahabat dengan media sosial, sangat akrab. Frekuensi pertemuan manusia dan teknologi ini semakin sering menjelang Pilkada Tanjungpinang 2018 yang dilaksanakan 27 Juni mendatang. Mereka bisa memilih grup mana yang dianggap bisa memuaskan kebutuhannya bermedsos.

Deklarasi Pilkada Damai diikuti pasangan nomor urut 1, Syahrul – Rahma (kiri) dan pasangan nomor urut 2 Lis – Maya (Kanan) di Lapangan Pemadan, Ahad (18/2/2018). F-dok

Saling perang komentar, bahkan terkadang saling sindir dan hujat, dianggap biasa di dinding medsos. Hal ini terjadi, biasanya usai tahapan Pilkada Tanjungpinang 2018 yang melibatkan pertemuan dua pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul – Rahma dengan nomor urut 1 dan Lis Darmansyah – Maya Suryanti dengan nomor urut 2.

Sebelum debat publik, warga di jagat medsos juga bergemuruh. Ini terjadi tatkala dua pasangan calon pemimpin Tanjungpinang tadi mencabut nomor urut, 13 Februari 2018 dalam Rapat Pleno Terbuka Pengundian dan Pengumuman Nomor Urut Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang tahun 2018 di Hotel CK.

Pendukung nomor 1 jelas melihat itu nomor wahid, nomor juara. Sementara pendukung nomor urut 2 pasti juga tak mau kalah, tetap melihat nomor itu sebagai keberuntungan.

“Saya sampai pagi membaca dan membalas postingan lawan,” ujar pengikut sebuah grup tim pemenangan salah satu pasangan calon, di sebuah kedai kopi di Bintan Centre, saat ngobrol bersama suarasiber.

Ngeri, istilah yang digunakannya untuk menyebut pendukung pasangan calon lain justru lawan. Setidaknya itulah kesannya untuk mereka yang berseberangan pilihan dengannya. Untuk mematahkan komentar pihak seberang, ia hanya perlu ponsel pintar, kuota internet dan jari tangan.

Ungkapan mulutmu harimaumu semakin tak relevan. Karena untuk menyerang, menyindir, menghujat atau sekadar membalas pernyataan seseorang tak harus bertatap muka. Lewat jari saja, dengan perantara medsos. Harimau pun bukan keluar dari mulut lagi, melainkan melompat dari jari-jemari tangan yang kurang bijak menuliskan sesuatu di jagat maya. Ya, jarimu harimaumu!

Hasil browsing yang dilakukan suarasiber, dari satu media sosial saja, Facebook, terdapat banyak grup yang dibuat khusus untuk keperluan Pilkada Tanjungpinang. Hingga 15 Juni 2018, atau pas Idul Fitri 1 Syawal 1439 Hijriah, sdikitnya ada enam grup pendukung Lis – Maya.

Dua terbesar dengan anggota di atas 100 orang adalah grup Lis – Maya dengan 1.000 anggota, Lis Maya Bersama Kita Bisa beranggotakan 872 orang. Sementara sisanya hanya memiliki puluhan anggota.

Demikian juga dengan grup Facebook yang dibuat untuk memuluskan perjuangan Syahrul – Rahma, ada tiga grup yang anggotanya di atas 100 orang. Yaitu Grup Relawan Syahrul – Rahma #Harapan Baru dengan 1.700 anggota, Relawan Sahabat Sabar (Syahrul – Rahma) beranggotakan 378 orang dan 302 orang bergabung di Grup Tim Buser Relawan Sabar (Syahrul-Rahma). Ada dua grup lain namun anggotanya puluhan.

Ketua KPU Tanjungpinang, Robby Patria dan komisioner lain serta staf membahas persiapan Pilkada Tanjungpinang 2018, belum lama ini. Tidak seharusnya kerja keras KPU dan semua pihak yang terkait dinodai ulah siapa pun yang menginginkan pesta demokrasi ini berjalan di luar budaya yang terjaga. F-dok

Bisa dibayangkan jika semua grup bergerak, akan banyak postingan di dalamnya. Data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tanjungpinang, Pilkada Tanjungpinang 27 Juni 2018 akan menjadi pengalaman pertama bagi 10.488 pemilih pemula.

Dengan rentang usia 17 sampai 20 tahun, anak-anak muda ini tentu pangsa empuk yang disasar media sosial. Seperti kebanyakan anak muda zaman now, salah satu hal yang agakinya wajib untuk dimiliki adalah media sosial. Tak cukup satu. Facebook ada, Instagram ada, Twitter Ada.

Ketiganya satu grup, saling terhubung. Postingan di salah satu sosial media tadi dapat dengan mudah dishare ke sosial media lain dalam satu grup. Mengirimkan hasutan, hoax, berita abal-abal, tak lagi harus repot-repot ke kantor pos, membeli perangko.

Satu sentuhan ujung jari di layar ponsel pintar, saat itu juga kiriman tersebar di dunia tanpa batas. Tak bisa dipungkiri, kelompok ini adalah mereka yang melek teknologi informasi.

Bahkan KPU Kota Tanjungpinang bakal menyelenggarakan Debat Pilkada Tanjungpinang 2018 Putaran ke-3, tanggal 22 Juni mendatang, yang bisa disaksikan secara langsung.

“Bisa disaksikan secara live streaming melalui akun Facebook KPU Tanjungpinang,” ujar Ketua KPU Tanjungpinang, Robby Patria, beberapa hari menjelang lebaran.

Terkait fenomena medsos, Robby pun sempat mengeluarkan pernyataan seharusnya medsos diperhitungkan sebagai pilar demokrasi. Selama ini empat pilar demokrasi adalah eksekutif, yudikatif, legislatif, dan pers.

“Ada satu pilar lagi yang berkembang di zaman now ini, yaitu medsos. Ia merasuk hingga ke semua lini tanpa dinding, ruang dan waktu. Karenanya medsos mampu memegang peranan penting dalam pembangunan. Juga dalam setiap pelaksanaan Pemilu dan Pemilukada,” terang Robby.

Menuju Pilkada Tanjungpinang 2018 berbudaya sudah diupayakan oleh KPU dan semua elemen yang terkait di dalamnya. Pada tanggal 11 April 2018 lalu, Kapolda Kepri Irjen Didid Widjanardi berkunjung ke Polres Tanjungpinang. Kedatangannya untuk meninjau persiapan Pilkada Tanjungpinang 2018.

Kepada media, Kapolda menyampaikan, untuk menyambut Pilkada, ia menginginkan Polres Tanjungpinang lebih unggul. Personel Polres Tanjungpinang yang akan diturunkan untuk pengamanan Pilkada Tanjungpinang 500 orang, 360 personel khusus untuk pengamanan Pilkada dibantu TNI dan unsur lainya.

Sebelum masa kampanye, KPU Kota Tanjungpinang pun mempertemukan dua pasanga calon, Lis Darmansyah-Maya Suryanti dan Syahrul-Rahma beserta tim pemenangan masing-masing. Pertemuan mereka di Lapangan Pamedan untuk menandatangani Pilkada Damai berlangsung Ahad, 18 Februari 2018.

Ini dilakukan untuk menciptakan Pilkada Tanjungpinang 2018 yang berbudaya. Dengan membawa serta tim pemenangan, diharapkan sebagai jembatan kepada pendukung di akar rumput untuk tetap menjaga Pilkada yang santun, bermartabat. Apalagi kedua pasangan calon menandatangani kesepakatan siap menang siap kalah.

KPU juga menjemput bola, mendatangi kampus demi kampus untuk kegiatan KPU Goes to Campus. Mahasiswa diberitahu seperti apa tahapan Pilkada Tanjungpinang 2018. Dan, nyatanya memang banyak yang belum tahu. Jika mengantongi pemahaman soal Pilkada, setidaknya bisa menjadi filter akan apa yang boleh dan tidak untuk dilakukan.

Atau dengarlah kalimat sejuk dari Kapolres Tanjungpinang, AKBP Ucok Lasdin Silalahi usai pelaksanaan Debat Pilkada Tanjungpinang 2018 putaran kedua, 15 Mei 2018. “Keberhasilan dan kesuksesan pelaksanaan debat kali tak lepas dari kesiapan anggota pengamanan dan koordinasi yang apik antara Polri, TNI, Kpu, Panwaslu, pihak hotel serta masyarakat pendukung calon,” ujarnya.

Ia pun memuji para pendukung kedua pasangan calon yang menurutnya selalu menjaga ketertiban yang berimbas pada kesuksesan dan kelancaran pelaksanaan debat. Ditambahkannya, peran masyarakat Tanjungpinang sangat penting untuk menciptakan kondisi Tanjungpinang selalu kondusif.

Kantor KPU Tanjungpinang di depan Swalayan Albaik, Batu 8, Tanjungpinang selalu dijaga polisi. KPU pun tak pernah libur. Saat 41 koli surat suara dari Jakarta tiba ke Tanjungpinang, tanggal 26 dan 27 Mei 2018 lalu, polisi harus mengawalnya di tengah malam dalam perjalanan dari Bandara Raja Haji Fisabilillah ke gudang KPU Tanjungpinang. Pengamanan dipimpin oleh Kasat Intelkam AKP Monang P Silalahi.

Polisi mengawal pengiriman surat suara untuk Pilkada Tanjungpinang 2018 dalam perjalanan dari Bandara Raja Haji Fisabilillah ke Gudang Kantor KPU, Batu 8 Atas, 26 dan 27 Mei 2018 malam. F-dok

Tak ada yang menginginkan Pilkada Tanjungpinang 2018 berlangsung kacau, rusuh. KPU, Panwaslu, Polri, TNI, tim pemenangan, relawan sudah mencurahkan tenaganya dari awal. Pilkada Tanjungpinang tinggal menghitung hari, 27 Juni bukanlah waktu yang lama. Justru di masa-masa seperti ini yang tak bisa dibendung adalah serangan di medsos. Tak ada tahapan Pilkada yang mencantumkan tanggal sekian sampai sekian adalah hari tanpa komentar menyerang demi Pilkada berbudaya.

Sayangnya, kalimat yang dituliskan teman akan lebih dipercaya ketimbang baliho, spanduk yang dipasang para pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tanjungpinang 2018. Medsos sudah menjadi teman curhat, sahabat untuk berbagi, dan tempat menghabisi lawan.

Jika jari menuliskan sesuatu tanpa dipikirkan terlebih dahulu, tak mustahil Pilkada Tanjungpinang 2018 yang berbudaya hanya angan-angan belaka. Karena politik adalah salah satu alasan paling mudah untuk meletupkan perbedaan.

Akan lebih bijaksana menggunakan medsos sesuai kebutuhan. Kebutuhan yang tidak dipaksakan. Seperti pernyataan Anggara, warga Perumahan Hang Tuah Permai, Batu 12, yang menyayangkan jika akhirnya nanti Pilkada Tanjungpinang 2018 menyisakan persoalan yang jauh dari kesan berbudaya.

“Kita ini kan di tanah Melayu, menjunjung tinggi kearifan, saling menghargai. Kalau saya, ada komentar terkait Pilkada yang terlalu jauh saya lewati. Siapa nanti yang terpilih, itulah yang terbaik,” ujar pelaku usaha periklanan ini.

Senada dengan Anggara ada Purwani, warga Perumahan Taman Lembah Hijau, Kelurahan Batu IX yang melihat medsos menjadi satu-satunya cara termudah melampiaskan isi hati seseorang. “Saya setuju, kalau ada yang merusak Pilkada Tanjungpinang dijerat saja pakai undang-undang yang berlaku. Berbeda pilihan itu biasa, usai Pilkada ya kembali bersama,” tuturnya. (nurali mahmudi)

Loading...