Diterima Polisi, Anak Pemulung Cium Kaki Ibunya

Loading...

Kemiskinan adalah ibarat baju bagi Krisma Ariya Gus Saputra. Tentu ia tak bisa memilih mengapa dilahirkan dari ayah pemulung dan ibu rumah tangga biasa. Namun Tuhan memiliki keinginan sendiri, dan untuk mengubah anak pemulung ini menjadi polisi teramat sangat mudah bagi-Nya.

Sigit Rachmat

Rumah di Jalan Pinisi, RT 009 RW 003, Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Bukit Intan, Kota Pangkalpinang, Bangka Belitung itu dibangun dengan material seadanya. Dindingnya dari papan kayu yang tak sejenis. Atap sengnya sudah berkarat di banyak tempat.

Krisma Ariya Gus Saputra (kiri) dan ayahnya, Agus Sukamto. Gus tak pernah malu mendampingi ayahnya memungut barang bekas. F-youtube

Seorang lelaki muda tampak berjalan di halaman rumah. Mengenakan kaos hitam bergambar Vespa, celana panjang hitam dan bertopi merah, ia memanggul setengah karung barang bekas yang kira kira bisa diuangkan. Di belakangnya, sebuah gerobak dengan bentuk tak ubahnya becak diperkir di sudut halaman rumah. Lalu ada sepeda motor tua di samping gerobak tadi.

Lelaki muda itu adalah Krisma Ariya Gus Saputra, anak pasangan Agus Sukamto dan Asri Ariyah. Lahir dan besar hingga SMA, Gus, begitu anak muda itu biasa disapa, sudah merasakan himpitan ekonomi keluarganya. Saat remaja seusianya bisa bermain bebas, Gus merelakan waktunya untuk membantu mencari barang bekas bersama ayahnya. Kemiskinan tak mambuatnya hanya pasrah. Tidak bekerja bersama ayahnya berarti tak makan.

Sementara ibunya bertugas mengurus rumah tangga. Perempuan kelahiran Semarang tahun 1981 ini berusaha menjalankan perannya tanpa pernah mengeluh. Dengan kondisi seadanya, ia bahkan tak ingin mengurangi tugasnya di rumah. Doa dan kasih sayang ia selalu ucapkan saat salat. Terutama untuk Krisma Ariya Gus Saputra, yang bercita-cita menjadi anggota polisi.

Tak pernah menyesali diri lahir dari keluarga tak mampu, Krisma Ariya Gus Saputra justru terpacu semangatnya menjadi anggota polisi. F-youtube

Hanya doa yang bisa diberikan untuk Gus yang mengerti dan paham kondisi orangtuanya. Sebagai timbal balik, Gus yang berpendidikan terakhir di SMAN 2 Kota Pangkalpinang, Jurusan IPS ini menjaga kesehatannya. Tidak harus ke pusat kebugaran, karena untuk nge-gym pasti terkendala dana. Caranya, setuiap hari sepulang sekolah ia menyusuri jalan-jalan bersama ayahnya, mencari botol minuman, kertas dan barang bekas lain yang bisa dijual kembali.

Gus yang lahir 28 Mei 1999 ini tak pernah menceritakan keinginannya kepada orang lain. Hanya ayah dan ibunya memahami tekatnya. Karena sudah lazim, untuk menjadi anggota polisi harus membayar sekian puluh bahkan sekian ratus juta. Gus bisa membayangkan, sebagai anak orang miskin, tentu apa yang dicita-citakan bisa berbalik menjadi bahan olok-olok. Gus memendam keinginannya itu kuat-kuat. Mengikatnya di dasar hati.

“Tidur saja beralas tikar, kok mimpi menjadi polisi,” ungkap Agus Sukamto, ayah Gus.

Miskin harta bukan berarti miskin segalanya. Keluarga ini sangat kaya doa, semangat dan upaya. Bukan upaya mengutang tetangga kanan-kiri, menjual sesuatu dan semacamnya. Upaya paling mudah ialah bekerja seperti hari biasa tanpa melupakan setiap langkah adalah doa. Doa yang tak hanya terucap saat menghadap pencipta di atas sajadah, namun mengakar dan mengurat nadi.

Asri Ariyah, ibunda Krisma Ariya Gus Saputra, masih tak percaya anaknya diterima anggota polisi tanpa biaya sepeser pun. F-youtube

Bagi Gus sendiri, doa orangtua adalah segala-galanya. Sambil menunggu penerimaan anggota polisi, ia tetap membantu ayahnya. Bagaikan sahabat, Gus dan Agus mendorong gerobak barang bekas bersama. Kadang Gus yang memungut botol bekas lalu memasukkannya ke gerobak, kadang ayahnya.

Saat lelah mendera, dan Agus butuh istirahat. Gus dengan cekatan mengambilkan air minum kemasan gelas. Tak ada minuman spesial untuk pasangan anak bapak yang sungguh hebat ini. Air putih cukuplah. Karena turut serta merasakan dan menjalani pekerjaan ayahnya, Gus pun ingin mengubah nasib orang tuanya. Ia percaya Tuhan akan menunjukkan jalan suatu saat nanti.

Sebelum dinyatakan lulus Ujian Nasional (UN) tahun 2017 dari sekolahnya, SMAN 2 Kota Pangkalpinang, Gus sudah terlebih dahulu mendaftarkan diri sebagai anggota polisi jalur Brigadir Polri di tahun itu juga. Beberapa tes dilakoni Gus dengan sepenuh hati. Hingga sampailah pada Sidang Panitia Penentuan Kelulusan Akhir (Pantukhir) Brigadir Polri Tahun Ajaran 2017 di Gedung Tribrata Polda Kepulauan Babel, Sabtu, 5 Agustus 2017.

Saat itu semua orangtua calon yang ikut Pantukhir hadir. Termasuk Agus Sukamto dan Asri Ariyah. Dan nama Krisma Ariya Gus Saputra dinyatakan lolos seleksi tahap akhir, berhak mengikuti Pendidikan Pembentukan Brigadir Polri Tahun Ajaran 2017 selama tujuh bulan di SPN Lubuk Bunter, Polda Kepulauan Babel. Pembukaanya dilakukan oleh Kapolda Kepulauan Babel, Brigjen Pol Dts Anton Wahono pada hari Rabu, 9 Agustus 2017.

Begitu dinyatakan lulus seleksi, Agus Sukamto dan Asri Ariyah tak mampu membendung air mata mereka. Jika dihitung secara kasar di atas kertas, peluang Gus, anak mereka, tidaklah selebar calon lain. Apalagi keduanya sudah laam mendengar, kalau tak punya orang dalam susah masuk polisi. Kecuali punya uang ratusan juta untuk kongkalikong.

Gus bergegas mendatangi kursi ayah dan ibunya. Tanpa kata, hanya air mata yang dibiarkan memeleh di pipinya menandakan ia menahan haru teramat sangat. Air mata itu tumpah saat Gus memeluk ayah dan ibunya. Ketiga mahluk Tuhan ini tak mampu berkata-kata.

Saat memeluk ibunya, Agus tak kuasa menahan air mata yang sempat dihapusnya. Di dekapan perempuan yang telah melahirkannya, mengasuhnya semampunya, Gus senantiasa mendapatkan nasihat bijak. Setelah melepaskan pelukan ibunya, Agus mendadak membungkuk dan mencium kaki Asri Ariyah.

Bagi teman-teman Gus yang orangtuanya cukup mampu, mungkin keberhasilan anaknya menjadi anggota Polisi meski tidak menyuap, bisa jadi hal biasa. Namun tidak untuk Agus Sukamto, Asri Ariyah dan Krisma Ariya Gus Saputra. Bagi Gus, setidaknya Tuhan telah mengangkat derajat orangtuanya lewat profesi polisi.

Asri bahkan masih tak percaya hingga beberapa hari kemudian.

“Masih tak percaya anak saya orangtuanya tak mampu bisa jadi polisi. Saya masih tak percaya sama anak saya, anak orang tak mampu, bapaknya pemulung menjadi polisi,” ungkap Asri sambil mengusap air matanya.

Sementara Agus Sukamto menyalakan semangat anak muda yang kondisinya juga tak jauh dari Krisma Ariya Gus Saputra. Orang tua tak seharusnya malu dengan pekerjaannya, karena rezeki sudah diatur oleh-Nya.

“Bagi yang di luar sana, jangan patah semangat meski orang tak mampu. Masuk polisi itu tidak dipunguit biaya sepeser pun,” katanya, sambil tangannya memilah barang bekas.

Ayah yang bangga dengan anaknya ini mengucapkan terima kasih kepada sejumla pejabat di Polri tanpa diikuti nama, yang dinilainya memberikan peluang yang sama kepada semua peserta seleksi. Pertama ia menyebut Kapolri, Jenderal Titpo Karnavian; lalu Asisten SDM Kapolri, Irjen Arief Sulistyanto; Kapolda Babel, Brigjen Anton Wahono; Kabiro SDM Polda Kepri dan semua panitia penerimaan anggota polisi.

“Sebagai orang susah, tak mampu sudah membuktikan sendiri. Anak orang tak mampu bisa menjadi polisi,” tutur Agus.

Sementara Krisma Ariya Gus Saputra yang mengenakan seragam polisi mengatakan, “Percayalah dengan kemampuanmu, berdoa dan berusaha keran materi bukanlah segala-galanya.

***

Hari seperti biasa, Agus Sukamto mendorong sendiri becaknya. Namun ia tak merasakan bebannya lebih berat. Meski tak ada lagi Gus yang mendampinginya memungut barang bekas, ada senyum mengembang di hatinya, jiwanya dan parasnya.

Doa itu terus mengalir darinya, jadilah polisi yang baik, Anakku.

Berikut videonya:

Loading...